09 :: Sekutu

357 104 9
                                    

Ada yang aneh sama Jisoo.

Taeyong memang tidak terlalu peduli, tapi gadis itu sudah satu pekan tidak datang ke rumahnya lagi, maksudnya ke perpustakaan pribadi ayahnya. Taeyong jadi mulai menerka-nerka apa gadis itu betulan sudah puas? Dari tingkah laku gadis itu yang centil dan genit, masa dia menyerah begitu saja untuk merayu atau cari muka di depan ayahnya?

Setidaknya kabari Taeyong kalau memang sudah cukup dalam sekali kunjungan. Taeyong sudah mengirimi gadis itu pesan dengan sapaan hangat—menyapa dengan embel-embel cewek pink dengan maksud agar gadis itu tersinggung dan membalas chat-nya—tetapi dia tidak menghasilkan apapun. Pesan Taeyong tidak dibalasnya, bahkan dibaca pun tidak. Taeyong trauma dia diblokir lagi, tetapi foto profil gadis itu tidak botak seperti tempo lalu saat memblokir nomornya.

Taeyong juga sering me-reply snapgram gadis itu—puji Tuhan dia dulu diacc following akunnya—sehingga Taeyong sedikitnya tahu kabar si perempuan krisis sopan santun tersebut. Jisoo sering post selca di perpus kampus, tapi tiap Taeyong membalas snapgram atau feeds gadis itu, dia dicueki.

Taeyong mengernyitkan kening saat usahanya menelepon gadis itu nihil. Minimal di-reject, ini betulan seolah sengaja didiamkan sampai nada deringnya habis.

Cewek cebol itu ... sekarang ngajak ribut, ya?

Taeyong kurang mengerti salahnya di mana. Ya, dia sendiri sebenarnya tidak terlalu memedulikan juga. Hubungan mereka selama ini hanya simbiosis mutualisme saja, kalau perjanjiannya sudah selesai, bukannya mereka memang seharusnya menjadi asing lagi?

Namun, Taeyong tetep bete.

Teman-temannya terlanjur salah paham kalau Jisoo itu pacarnya karena Taeyong pernah post di status, snapgram, bahkan feeds Instagram. Jisoo juga pernah post di feed gadis itu, tetapi ujung-ujungnya di hapus membuat Taeyong diserbu pertanyaan oleh teman-temannya seperti, lo udah putusan ya?

Sialan.

Taeyong nggak betah di cut-off tanpa alasan gini.

"Den, pacarmu nggak main ke sini lagi, ya?"

Taeyong yang sedang melamun di sofa tunggal itu menoleh ke sisi kirinya, memandang malas pada art perempuan berusia empat puluh tahunan tersebut.

Orang-orang di rumahnya pun mulai menanyainya begini.

"Nggak tahu, aku dicueki," balas Taeyong jujur, enggan berbohong demi sekadar menyelamatkan wajahnya sendiri, "mungkin dia udah muak sama aku."

"Lhaa, kek mana tadinya?" Bi Narsih menaruh jus buah naga ke atas meja untuk diminum sang majikan, "tapi muka pacar Aden waktu terakhir kali main di sini udah suntuk, sih. Kalau berantem, bicara baik-baik, ya. Cantik gitu, kapan lagi Aden punya pasangan yang udah dapat lampu hijau di keluarga Aden?"

Taeyong tersadar sebentar.

Bentar.

BENTAR.

"Aku nggak ngantar dia pulang waktu minggu kemarin!" Taeyong sadar menemukan letak kesalahannya. Dia lanngsung berdiri sampai membuat Bi Narsih berjengit kaget. "Fuck, kalau Ayah tahu, gue pasti diomelin."

Taeyong berbalik, berjalan tergesa berusaha kembali ke kamar untuk mengambil kunci mobil. Namun, begitu dia memegang knop pintu, ucapan Bi Narsih membuatnya termenung.

"Tapi waktu itu Pak Hartigan yang antar pulang."

"AYAH?!!" Taeyong langsung histeris. Otak Taeyong gagal connect sampai dia justru berasumsi, "Dia beneran bertekad mau jadi ibu tiri aku?!!"

Blessing in Disguise • jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang