Bab 3

1.1K 124 5
                                    

"Maps, please benturin kepala gue ke tembok sekarang. Gue pengen hilang ingatan aja, kalau perlu menghilang dari bumi."

Maple sontak tertawa geli mendengar permintaan konyol Summer itu. Sejak pulang dari meeting, sahabatnya itu uring-uringan sembari menceritakan soal Winter berulang-ulang.

"Lo bilang bumi nggak sesempit itu, tapi kenapa dalam hitungan jam gue bisa ketemu lagi sama tuh cowok? Dan gilanya, he is Winter!" Summer masih sangat shock membayangkan nasibnya saat ini.

"Bukannya bagus, ya kalau dia Winter?"

"Bagus lo bilang?" Summer histeris.

"Coba lo pikir lagi udah berapa abad lo nunggu respons dia buat invest? Ini bisa jadi kesempatan yang bagus buat mulusin rencana lo."

"Lo nyuruh gue jual diri sama dia?"

"Bukannya udah?" ledek Maple.

"Sialan." Summer duduk mengangkat kedua kakinya ke atas sofa, resahnya tetap tidak bisa hilang.

"Gue jadi penasaran secakep apa sih si Winter itu sampe bisa bikin seorang Summer sepanik ini," ucap Maple.

Untuk memenuhi rasa penasarannya, Maple pun mencari tahu lewat mbah google, namun terlalu banyak nama Winter di sana, termasuk merujuk pada istilah musim salju.

"Kok gue baru sadar ya nama kalian tuh mirip. Sama-sama nama musim, satunya musim dingin, satunya lagi musim panas. Jangan-jangan kalian jodoh?"

"Mulai deh." Summer memutar bola matanya.

Maple cekikikan. Di saat seperti ini, mau dia melempar lawakan apapun tidak akan mempan pada Summer.

"Ya udah sih dibawa enjoy aja, jalani sesuai alurnya," ucapnya lebih serius.

"Pusing gue." Summer mengurut dahi.

Ting!

Ponselnya berbunyi, Summer melirik sedikit. Seketika matanya membulat melihat siapa yang mengiriminya pesan. Siapa lagi yang bisa membuat jantungnya dag dig dug tidak karuan selain Winter? Bahkan sebuah pesan mampu mengintimidasinya.

Winter: Kapan kamu kembali? Ada yang harus kita bicarakan.

Summer melempar ponselnya ke sofa seberang, seperti melempar bom yang akan meledak. Winter pasti ingin membicarakan soal kejadian kemarin malam, karena dirinya melarikan diri begitu saja.

***

Summer pikir keputusan untuk tidak merespons chat dan telepon Winter akan membuat pria itu mundur, akan tetapi perhitungannya itu salah besar. Winter memang tidak mengirim chat atau menelepon seharian ini, namun datang langsung ke kantornya. Bila sudah begini, sebagai senior manager yang berhubungan langsung dengan calon investor, Summer tetap harus profesional.

"Pak Winter, kenapa tidak menelepon dulu sebelum ke sini?" sambut pak Toto dengan penuh sukacita.

"Maaf Pak Toto, saya kebetulan lewat sini, jadi sekalian mampir. Saya tidak mengganggu, kan?"

Winter menatap Summer. Wanita itu membalas tatapannya dengan tenang.

"Tentu tidak, kapanpun Pak Winter mau datang, pintu Panah Asmara akan selalu terbuka," jilat Pak Toto.

Winter tertawa kecil.

"Ayo Pak Winter kita ke kantor saya," ajak pak Toto.

"Baik." Winter mengangguk.

"Summer." Pak Toto memanggil agar Summer mengikutinya.

Sebagai bawahan, Summer tidak bisa membantah. Dia dengan profesional mengikuti Pak Toto dan Winter dari belakang.

Kiss Me DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang