Lantaran sudah malam, Winter pun mengantar Summer pulang dengan mobil wanita itu. Dia yang memaksa, walau nanti akan merepotkan harus pulang dengan taksi. Sepanjang jalan Summer terus melihat ke luar jendela dan berusaha menghindari matanya. Winter tahu alasan Summer bersikap seperti itu lantaran malu, karena tadi sudah membalas ciumannya.
Sampailah mereka di lantai basement apartemen Summer yang tergolong elite. Menggelitik rasa penasaran Winter untuk bertanya, "berapa gaji kamu sebulan sampai bisa beli unit di sini?"
"Thanks udah nganterin," ucap Summer tanpa mengindahkan tanya Winter yang terlalu kepo.
Winter terkekeh. Dia pun mematikan mesin dan memberikan kunci mobil itu pada Summer. "Makasih udah jadi pasangan aku malam ini, nanti aku kasih review bintang lima di aplikasi," balasnya setengah bercanda.
"Kamu boleh pulang," usir Summer tanpa menawari pria itu mampir dan langsung mengambil kunci mobilnya. Saat akan turun dari mobil, ponselnya berbunyi, ada panggilan masuk dari sang pacar.
"Halo, Tom?"
"Sayang, kamu di mana? Kok belum sampe?"
"Ini aku udah parkiran mau jalan ..."
Saat Summer hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba Winter menariknya dan mencium bibirnya. Ponsel di tangan Summer sontak terlepas, padahal panggilan masih tersambung. Entah setan apa yang merasuki otak Summer saat ini sehingga dia dengan mudahnya membalas ciuman itu.
Mereka berciuman di antara sempit yang membatasi ruang gerak, pengap yang menguap dan basahnya lidah. Sambil berciuman seperti itu, Winter mengambil kunci mobil di tangan Summer untuk menghidupkan mesin agar AC bisa berfungsi. Setelahnya, dia kembali memegang tengkuk Summer dan memperdalam ciuman.
Tok. Tok.
Keduanya sontak saling memisahkan diri dengan napas yang masih engap akibat ciuman panjang tadi. Terlihat seorang sekuriti berdiri di samping jendela mobil mengetuk kaca jendela, pasti karena Summer tidak kunjung turun dari mobil padahal sudah lama berhenti.
Summer mengambil tisu mengelap bibirnya yang terasa sangat basah. Dia mengatur napasnya, setelahnya menurunkan kaca mobil.
"Malam Pak," sapa Summer dengan senyum ramah.
"Eh, Mbak Summer. Kirain siapa." Pak sekuriti itu sontak cengengesan saat melihat Summer. Diliriknya pria yang duduk di samping Summer, kemudian cengengesan lagi.
Summer lebih dulu turun dari mobil, disusul Winter setelahnya. Winter berjalan ke sisi Summer memberikan kunci mobil itu.
"Permisi Pak," pamit Summer sambil buru-buru pergi.
"Loh, ini tamunya nggak diajak?" Pak sekuriti itu melongo melihat Summer pergi begitu saja. Ditolehnya Winter dan cengengesan lagi. "Ditinggal tuh Mas," ucapnya prihatin.
"Biasa Pak, cewek." Winter terkekeh.
"Dingin ya, Mas. Enak nih kalau ada rokok," sindir sekuriti itu.
"Saya nggak ngerokok Pak," jawab Winter.
Ekspresi wajah sekuriti itu pun lesu.
"Tapi, kalau uang buat beli rokok saya ada." Winter memberikan dua lembar seratus ribuan.
Melihat uang, sekuriti itu sontak riang kembali. "Makasih Mas, kebanyakan ini," ucapnya malu-malu, tapi tetap diambil.
"Sekalian beli kopi, Pak."
"Ayo Mas ngopi bareng di pos," ajak sekuriti itu.
"Boleh." Winter menyanggupi.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss Me Dangerous
RomanceGara-gara ada yang memasukkan obat sialan ke minumannya, Summer sampai salah masuk kamar dan melakukan hal tidak terduga bersama pria tidak dikenal. Dia pikir itu hanya akan menjadi hubungan satu malam yang bisa dilupakan setelah berpisah. Namun, si...