04

586 81 19
                                    


°°°

Apakah kau punya penerus? Tentu saja, sebagai hashira sia-sia jika tidak meneruskan kekuatannya kepada orang lain, jika tidak punya penerus maka akan membuat posisi hashira  kosong dan hal itu pasti merugikan korps. Selama ini tidak hanya satu orang yang kamu latih bahkan lebih dari itu.

Tetapi..

Tidak terjadi sekali, baik laki-laki atau perempuan, Tsugoku yang kamu latih pasti selalu berakhir mati di tangan para iblis.

"Hashira-sama!" Sato Hiiro.
Mati dibunuh iblis bulan atas.

"Ten-Bashira-sama!" Akihiko Rei.
Mati saat seleksi akhir.

"Hime-Shishou.." Keito Miko.
Mati di mutilasi iblis.

"Shishou!" Fumi Asahi.
Mati kehabisan darah.

"(name)-san!" Izumi Keiko.
Mati dimakan iblis.

"Sensei" Hanawa Kenta.
Mati di seleksi akhir.

"Himejima-sensei" Sugimoto Ryuu.
Mati dibunuh iblis bulan bawah.

Sampai kamu tidak menerima murid lagi.

Panggilan mereka yang beragam bergema di ingatanmu, kamu memutuskan untuk berhenti, apa karena pelatihanmu yang terlalu lemah lembut? Atau karena mereka terlalu lemah? Kamu tidak mengerti. Seberapa keras atau lembutnya kamu mengajar, mereka pada akhirnya ditakdirkan mati di tangan makhluk rendahan. Perihal mereka menggunakan pernafasanmu atau tidak itu bukanlah masalahnya.

Kamu memberi penghormatan kepada mereka, mengunjungi makam mereka setiap ada waktu dan berdo'a untuk kedamaian mereka di akhirat. Musim panas, musim gugur dan musim dingin kamu lalui, gagakmu menjadi saksi seberapa lama kamu berdoa di depan makam mereka setiap waktunya.

"Tuhan..mereka masih muda..tolong buatlah mereka bahagia di akhirat sana.." gumamanmu di tengah butiran salju yang turun terdengar sangat pilu.

Sadar Bayangan tinggi besar datang dari arah belakangmu, Gyomei melatakkan haori besar miliknya di pundakmu, kamu berdongak untuk melihat wajahnya yang basah karena air mata, dia menangkupkan kedua tangan untuk ikut berdoa denganmu.

"..Namu..Manusia punya batasan. Kita tidak bisa memaksakannya.."

"Aku tahu.." Gyomei mendengar suaramu yang datar, dia tidak terkejut mengetahui bahwa kamu tidak menangisi satupun mantan Tsugoku-mu, dia tahu kamu memang bukan tipe yang melampiaskan kesedihan dengan cara menangis, istrinya memang bukan wanita cengeng seperti dia.

"Ini adalah takdir..", matamu yang sayu hanya memberikan kesan kekosongan, meski kamu ingin menangis tapi air matamu tidak keluar setetes pun, kamu juga menyalahkan dirimu karena tidak bisa menangisi kepergian mereka.

.

Di saat seperti ini Gyomei harus mengambil perannya, istrinya murung dan tidak nafsu makan selama berhari-hari karna masih dalam perasaan berduka. Apa yang bisa membuat kamu tersenyum dan tertawa kembali?. Dia berpikir, kamu pasti perlu lebih banyak waktu sendirian, dan dia sudah mencobanya, tetapi tampaknya membiarkanmu sendirian adalah ide yang sangat buruk.

Dengan ide barunya Gyomei berharap bisa membuatmu merasa lebih baik. Kapan terakhir kali dia memanjakanmu?. Oh dia harus melakukannya lagi sekarang.

Kini kamu sedang menyisir rambutmu di depan cermin, tanganmu perlahan bergerak ke atas lalu menyisir ke bawah.

FIDELITY WIFE'S - Himejima GyomeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang