08

698 93 19
                                    


°°°

Hari ini Kamu terpaksa harus bekerja sampai larut malam agar bisa meminta izin kepada tuanmu untuk berhenti, kamu hanya berharap supaya segera terbebas dari pekerjaan sialan ini, setelah meminta izin dengan membungkuk dihadapan tuan rumah, sesuai dugaanmu, mereka melakukan perlakuan tidak manusiawi lagi.

"YASUDAH! BAGUS KALAU KAU MAU BERHENTI. LAGI PULA WAJAHMU MENGOTORI KELUARGA KAMI" Kata Nyonya Rumah.

Kamu hanya membungkuk kepada mereka tanpa perlawanan apapun, kamu sudah menyiapkan barang untuk pergi, juga kamu memang sudah menyiapkan mental untuk menghadapi kekejian mereka. Ujung-ujungnya wajahmu terluka dan tubuhmu menerima banyak bekas lebam akibat dari keluarga itu.

"Terima kasih atas semuanya Nyonya..Tuan.."

Kamu segera di usir esok harinya, sangat menyebalkan mengetahui bahwa mereka enggan menyerahkan gaji terakhirmu, tapi siapa peduli? Yang terpenting kamu sudah selesai dengan urusan ini. Kamu berjalan meninggalkan kediaman itu, langkahmu yang ringan dan damai menyusuri jalan kota berencana untuk segera kembali ke panti asuhan.

"Anak-anak pasti senang mendengarku akan tinggal dengan mereka lebih lama.." katamu tersenyum sedikit tertawa membayangkan tingkah kegirangan mereka. Kamu mulai berlari kecil, sangat tidak sabar untuk segera sampai ke panti, setidaknya butuh 3 jam untuk sampai ke sana dengan berjalan kaki.

Tetapi..

Kamu sampai di kuil tempat dimana anak-anak panti asuhan seharusnya berada. Bukan suara anak-anak yang menyambutmu melainkan keheningan, kamu mendapati Kuil kosong tanpa tanda-tanda kehidupan, hidungmu mencium aroma darah, kuil berantakan dalam keadaan pintu terbuka lebar.

Kamu langsung membelalakkan mata, nafasmu menjadi tersengal-sengal membuat seluruh organmu rasanya ingin melonjak keluar karena perasaan mendidih yang di dasari dari seluruh emosi buruk.

Lagi-lagi kehilangan. Kehilangan cahaya hatimu, kehilangan cahaya yang seharusnya membawamu ke masa depan yang lebih bahagia. Anak-anak telah di bantai, kamu bisa mencium bau darah manusia dan bau  busuk yang tak lain adalah jejak keberadaan iblis.

Hatimu terasa sangat sakit, jelas tidak meneteskan air mata melainkan hanya dendam yang semakin menggebu-gebu. Kamu berteriak sekuat tenaga memukul dadamu yang tidak berhenti terasa sakit.

"TERKUTUK KALIAN PARA IBLIS! MASUKLAH KE NERAKA! MATILAH RIBUAN KALI! TERKUTUK! TERKUTUK! TERKUTUK!"

Kamu hilang kendali, kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan setelah itu, kesadaranmu seakan direbut oleh sesuatu yang ada di lubuk jiwamu.

Terakhir yang kamu ingat adalah menarik tangan Gyomei untuk pergi menjauh dari desa.

___________________ _

"Dan selesai! Oke aku tidak ingin mengingatnya lagi karena itu cerita lama. Masa laluku payah jadi aku ingin bahagia tanpa mengingatnya, dan Gyomei tutup mulut jangan membocorkan apapun saat aku masih remaja." katamu memakai logat cepat.

"..Um ya.." Kamu dan Gyomei duduk  berdampingan bersimpuh di depan Genya yang duduk bersimpuh juga.

Karena sebelumnya Genya bercerita mengenai masa lalu dia dan kakaknya, kamu jadi keceplosan bercerita soal masa lalumu juga, itu jadi seperti adu nasib,kamu menyumpahi dirimu sendiri karena melakukan ini, masa adu nasib sama bocah yang benar saja!.

Gyomei merasakan tanganmu gemetar di genggamannya, masa lalu selalu membuatmu gemetar, itu buruk untukmu makanya Gyomei meminta agar kamu melupakan kejadian masa lalu.

Genya tertunduk sedih, "Shishou...saya rasa..saya harus bersyukur atas hidup saya..saya akan terus hidup sampai bisa bertemu dengan kakak saya dan meminta maaf kepadanya", sepertinya dia bisa mengambil pelajaran dari kisah masa lalumu.

FIDELITY WIFE'S - Himejima GyomeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang