12

381 66 18
                                    


°°°

Jika kalian bingung dimana Genya dan bagaimana kondisinya?, dia baik-baik saja sungguh.

Kamu tahu bahwa kamu dan Gyomei tentu tidak akan selalu berada di rumah, entah itu karena mengerjakan misi atau karena hal penting lainnya. Karna Genya tinggal di sana juga kamu tidak mungkin selalu menitipkan bocah ini ke orang lain.

Jadi untuk itu, kamu mengajarinya berbagai pekerjaan dalam rumah tangga, sebenarnya tidak biasa bagi laki-laki untuk melakukan pekerjaan rumah di zaman ini. namun, Genya sendiri tahu bahwa itu demi kebaikan dirinya sendiri juga.

Awlnya Kamu sudah berjanji kepada diri sendiri bahwa tidak akan berekspetasi tinggi terhadap didikan mu terhadap Genya, dan tidak disangka ia melakukan semuanya dengan baik!. Memasak, mencuci, berburu, menjemur, membersihkan rumah, bahkan ke pasar untuk membeli bahan makanan. Dia lebih mandiri dari dugaanmu, kamu merasa sangat bangga karena Genya menjadi anak yang bisa diandalkan, tanganmu tak henti-henti memberi elusan dan pujian kepadanya.

Di saat kamu dan Genya pulang dari pasar dia dengan suka rela ingin membantumu membawa tas keranjang belanjaan. Kamu tersenyum melihat ia begitu profesional dalam berbagai hal rumah tangga, kamu sangat bersyukur bisa mendidik dia dengan baik layaknya seorang ibu untuknya.

Tanganmu bergerak lagi untuk mengusap kepalanya, dia begitu kecil, sangat cilik untukmu, rasanya kamu ingin bocah ini kecil selamanya,meski beberapa tahun lagi dia pasti akan tumbuh lebih tinggi darimu. Genya berdongak untuk melihat wajahmu ketika tanganmu memberi usapan dikepalanya.

"Kau jadi seperti putraku", ucapmu membuat pipi Genya memerah, dan dia hampir salah tingkah.

"S-Souka..." Jawab Genya masih merasa Malu.

Genya sendiri mengagumi sosokmu, kamu adalah gurunya, dia memandangmu sebagai wanita penyelamat hidupnya, sosok yang membimbingnya di jalan kehampaan sekaligus...mungkin Sosok ibu bagi dia.

Mengingat tragedi kematian ibunya adalah hal paling ia benci, Genya benci ketika air matanya tanpa sadar sudah mengalir di pipi, dia pikir ia adalah anak paling menyedihkan dan paling sial, setiap mengingat kematian ibunya dan saudara-saudaranya ia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri.

Genya pikir satu-satunya solusi menghilangkan rasa bersalah itu hanyalah meminta maaf kepada kakaknya, Sanemi.

______________ _

Musim semi saat ini, pohon bunga sakura telah bermekaran di halaman rumah dan kelopaknya membuat halamanmu penuh dengan butiran- butiran merah muda yang cantik.

Kamu sedang duduk bersama Genya di Engawa sembari memakan buah yang baru saja kalian beli dipasar. Kamu memborong beberapa buah karena di musim semi ini harga buah lebih murah dari pada saat musim lainnya.

"Shishou.. Kenapa aku tidak boleh bertemu Aniki?" celetuknya dengan raut wajah sedih sambil memperhatikan potongan semangka yang sebagian telah ia makan.

"..." kamu diam sejenak sebelum lanjut menyuap stroberi ke dalam mulutmu.

"Ini demi kebaikanmu..", tanpa alasan jelas Genya merasa sangat bingung mengapa kamu selalu menjawab pertanyaannya seperti itu. Ketika dia bertanya kepada Gyomei pun jawabannya sama. "Demi kebaikanmu, suatu saat akan tiba waktu yang lebih tepat". Ujar Gyomei, setiap Genya bertanya tentang kakaknya, Gyomei pasti akan mengusap kepala Genya.

Genya merasa dia tersesat. Tersesat dalam pikirannya saat ini dan masa lalunya. Dia tidak suka ini. Selalu saja tidak ada jalan baginya untuk maju, tuhan hanya memberikan ia jalan setapak yang bahkan sebenarnya buruk baginya, Genya hanya ingin bahagia, dia ingin kakaknya kembali ke sisinya, kembali tertawa seperti layaknya saudara lagi. Genya harap keluarganya dapat kembali, dia ingin mengulang waktu dan melindungi adik-adiknya di kejadian itu, dia ingin tertawa lagi, dia ingin bertemu ibunya lagi dan memeluk keluarganya seerat yang ia bisa.

FIDELITY WIFE'S - Himejima GyomeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang