[Hanya Fiksi]
.
.
."Bù hǎo yì si... "
"Eo? Haechan?!"
Di tengah keramaian sore malam tahun baru, Haechan mencoba melewati orang-orang yang sedang menikmati malam tahun baru, melihat kembang api bersama keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
Namun saat merasa terpanggil, Haechan pun menoleh lalu membelalakkan matanya melihat seseorang yang sudah sangat familiar.
"Chenle-ya??"
Haechan pun memeluk Chenle yang ternyata juga sedang melihat kembang api.
Liburan tahun baru Haechan memang berlibur ke Shanghai, tapi tentu saja ia tidak mengira akan bertemu Chenle. Shanghai terlalu luas, tidak besar kemungkinan untuk bertemu dengan Chenle meskipun berada di kota yang sama. Namun, ternyata sekarang mereka berdua bertemu.
"Ni hao ā yí, ni hao jiù jiu.. "
"Ha??"
Saat Haechan menyapa orang tua Chenle, Chenle malah mentertawakan Haechan membuat si empu mendengus.
"Annyeonghasaeyo Eommonim, Abeonim," ulang Haechan yang kali ini menggunakan bahasa Korea.
Orang tua Haechan terkekeh, Papa Chenle menepuk pundak Haechan sementara Mama Chenle mengelus kepala Haechan.
"Hyung sendirian?" Chenle melihat sekeliling untuk mencari keluarga Haechan.
"Aniya, di ujung sana. Aku baru saja mendapat telepon-- Jisung menelepon ku."
Karena Chenle yang menanyakannya, tentu saja Haechan lebih spesifik dalam menjelaskannya, bahwa Jisung lah yang meneleponnya.
"Jisungie?! Wae? Kenapa malam tahun baru dia menelepon mu?"
Haechan mengedikan bahunya. "Hanya mengucapkan selamat tahun baru. Ah! Jisungie tidak libur, dia sekarang sedang berlatih."
Chenle mengernyit. "Mwoya, kenapa dia sangat keras pada dirinya sendiri. Bagaimana jika dia malah terluka," gumamnya yang terlihat jelas khawatir.
Haechan pun menepuk pundak Chenle, tersenyum penuh arti. "Telepon Jisungie jika kau khawatir Chenle-ya... "
"Naega? Khawatir? Kepada Jisung??"
"Wae? Bukankah kau memang paling khawatir pada Jisungie?"
Chenle tertawa hambar, menggeleng dengan yakin. "Bukan khawatir, tapi--"
"Haechan-ah, dimana Eomma mu?"
Memotong ucapan Chenle, Mama Chenle pun melihat sekeliling untuk menemukan Eomma Haechan. Jarang bertemu, tapi pernah sekali dua kali bertemu Eomma Haechan membuat Mama Chenle ingin menyapanya.
"Ah, lewat sini Eommonim... "
"Tunggu aku!!"
Papa Chenle mengalungkan tangannya ke leher Chenle dan berjalan menyusul Haechan serta Mama Chenle.
Di sore malam tahun baru itu, keluarga Haechan dan keluarga Chenle pun makan malam bersama.
Setelah berpisah, Haechan dan keluarganya pergi ke hotel untuk beristirahat barulah besok terbang untuk kembali ke Korea, sementara Chenle dan keluarganya masih tinggal di sana sampai tengah malam untuk menunggu pergantian tahun.Sebenarnya Haechan pun ingin tinggal dan menunggu pergantian tahun, namun Eomma dan Appa Haechan yang memutuskan untuk kembali hotel.
Drrtt drttt
Baru saja hendak menuju kamar adik-adiknya untuk menunggu pergantian tahun bersama, namun merasakan ponselnya yang bergetar pun Haechan mengurungkan niatnya. Ia mengangkat telepon yang ternyata dari Chenle.
"Chenle-ya wae--"
"Hyung kau dimana?"
"Wae? Kau sudah merindukan ku? Tentu saja aku di hotel--"
"Jisungie cedera saat berlatih. Aku akan kembali ke Korea sekarang juga, Hyung ikut atau besok baru kembali ke Korea?"
Haechan tentu saja terkejut, kakinya melemas hingga ia menyenderkan tubuhnya ke dinding dan tiba-tiba tidak bisa berpikir. "Eohh... A--akuu," ujar Haechan terbata.
"Hyung tidak ada waktu. Sekarang aku sedang menuju bandara, aku sudah membeli tiket mu juga. Dua puluh menit lagi akan berangkat, cepatlah!"
Setelahnya panggilan diputus sepihak dan Haechan mencoba menyadarkan dirinya sendiri untuk fokus. Ia kembali ke kamarnya, memakai jaket dan masker lalu menyambar topinya. Keluar dari kamarnya, Haechan mengetuk kamar Eomma Appanya.
"Mwoya? Kau mau ke mana?"
"Mianhae Eomma, aku harus kembali ke Korea sekarang juga karena Jisung cedera. Aku sudah memesan tiket ke Korea besok siang, berangkatlah jam dua bersama dongsaeng-deul."
"Donghyuck-ah!!"
Hendak pergi, Eomma Haechan segera menahan Haechan dan mengambil syalnya lalu memakainya pada Haechan.
"Di luar dingin, jangan sampai flu. Jaga kesehatanmu, dan jangan khawatirkan kami. Mengerti?"
Haechan tersenyum, ia mencium pipi Eommanya bergantian kanan kiri lalu tersenyum hangat pada Appanya. Appa Haechan pun memeluk putra sulungnya itu, meski sedikit canggung.
"Jaga dirimu," ucap Appa Haechan.
"Nee. Kalau begitu aku pergi," pamit Haechan, segera pergi ke bandara dengan menaiki taksi.
Untung saja, jarak hotel ke bandara tidak jauh. Sepuluh menit, Haechan sudah sampai di bandara dan segera naik ke pesawat menyusul Chenle.
Dan di malam tahun baru kali ini, Haechan berada di pesawat bersama Chenle. Haechan menoleh ke arah Chenle yang terlihat sangat khawatir, dengan tangan yang disatukan dan meramalkan segala doa untuk kebaikan Jisung.
Haechan pun menggenggam kedua tangan Chenle, membuat si empu tersadar dan membuka matanya untuk menatap Haechan.
Haechan tersenyum, mengelus kepala Chenle lembut."Jangan khawatir, Jisung baik-baik saja."
Chenle mengangguk, meski sebenarnya kekhawatirannya tidak berkurang sedikitpun.
"Happy New Year, Chenle-ya... "
Chenle melihat jam di tangannya, lalu mengangguk pelan. "Happy New Year Haechan Hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Hug Me : Lee Haechan
Fanfiction[Lengkap] Dalam mempersiapkan debut solo-nya, Haechan malah terus membutuhkan pelukan dari member, penggemar juga memeluknya. Dari jauh tentunya:v Tapi, suatu hari Haechan tidak lagi menerima pelukan siapapun. "Haechan-ah... Kau tidak mau kupeluk...