Sementara

636 62 1
                                    

[Hanya Fiksi]
.
.
.

Di sebuah ruangan, seorang laki-laki duduk di atas brankar dengan pandangan yang menatap keluar jendela. Saat pintu ruangannya dibuka, bahkan ia tidak bergeming.

"Hyuck-ah.. "

Meski dipanggil, laki-laki itu tidak merespon seperti tidak mendengar apapun.

Menghela napas panjang, wanita paruh baya itu meletakkan amplop dokumen di meja nakas lalu duduk di samping putranya itu.

"Donghyuckie, ayo pulang." Barulah laki-laki itu menoleh karena kepalanya dielus. Haechan menatap Eommanya lekat.

"Ini hanya sementara, karena ledakan mobil tadi pagi yang sangat keras. Dokter menyarankan untuk mu istirahat, aku juga sudah berbicara kepada manajer mu untuk diberi libur. Kau akan pulang?"

Haechan mengangguk. "Nee," jawabnya pelan.

"Apa kau sekarang sudah mendengar Eomma?"

Sekali lagi Haechan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Emn, aku bisa mendengarnya dengan jelas. Telingaku juga tidak berdengung lagi."

Eomma Haechan pun memeluk Haechan, mengelus punggung putra sulungnya itu dengan hangat.

"Kau pasti sangat takut... "

Haechan mengangguk pelan. "Aku sangat takut karena aku tidak mendengar apapun. Aku sangat takut saat tidak mendengar ucapan Mark Hyung juga Jun Hyung. A--akuu sangat takut."

Eomma Haechan pun melepaskan pelukannya, memegang kedua pipi Haechan lalu mengelus kepala Haechan. "Sekarang tidak apa-apa, jangan khawatir."

Haechan segera dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut dan rapat dibubarkan. Karena keadaan menjadi serius, manajer pun menelepon keluarga Haechan untuk izin melakukan tes. Dan dari hasilnya, Haechan baik-baik saja. Itu adalah efek dari suara ledakan mobil tadi pagi yang sangat keras. Bahkan Haechan sampai terpental dan pingsan karena ledakan itu, sebenarnya hal ini wajar.

Hanya saja, untuk beberapa jam yang lalu Haechan benar-benar ketakutan. Tidak bisa mendengar apapun, rasanya seperti berada di dasar laut, dan itu sangat menyesakkan. Haechan hampir tidak bisa bernapas karenanya. Haechan juga takut, ia takut jika ia tidak bisa bernyanyi lagi.

Dan yang paling Haechan takutkan adalah ia tidak bisa mendengar ucapan orang-orang, mereka mengucap sesuatu namun Haechan tidak mendengarnya padahal mereka sangat dekat. Itu benar-benar membuat Haechan gila.

Tapi seperti kata dokter, itu hanya sementara. Sekitar sepuluh menit yang lalu Haechan kembali bisa mendengar. Meski lega, masih terbayang perasaan saat Haechan tidak bisa mendengar.

Melihat Haechan yang begitu murung, tentu saja Eomma Haechan meminta izin untuk cuti. Lagipula sebentar lagi liburan christmas, tidak apa jika libur lebih awal.

"Hyung... "

Saat hendak pulang, ternyata beberapa member masih menunggu Haechan di luar kamar Haechan. Salah satunya adalah Jisung yang sangat khawatir. Haechan mengelus rambut Jisung pelan, tersenyum tipis.

"Gwenchana, sudah lebih baik."
Itu cukup untuk menjadi jawaban semua orang. Jisung memeluk Haechan, meski berusaha untuk menahan air matanya namun akhirnya runtuh juga. Jisung menangis di pelukan Haechan karena ia juga sangat takut melihat Haechan ketakutan seperti tadi.

Haechan membalas pelukan Jisung, tanpa berkata apapun. Ia tidak memiliki kata-kata penenang untuk adiknya itu, ia juga sedikit merasa bersalah karena membuat Jisung ketakutan sampai menangis.

Tidak ingin kalah, Mark, Johnny, Jeno, dan Taeil pun beranjak untuk memeluk Haechan dan Jisung. Mereka benar-benar lega.

Setelah selama lima menit dalam posisi seperti itu, mereka pun memberi jalan untuk Haechan dan Eommanya, membiarkan Haechan beristirahat.

"Eomma, aku ingin mampir ke mall untuk membeli sesuatu."

"Membeli apa?"

"Kado Christmas untuk adik-adiku."

"Apa kau santa?"

"Aku akan membeli kostum santa juga."

Eomma Haechan tersenyum hangat, bahkan di saat seperti ini Haechan tetaplah seorang Kakak yang sangat menyayangi adik-adiknya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] Hug Me : Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang