[Hanya Fiksi]
.
.
.Malam itu, setelah menyelesaikan jadwalnya yang mulai padat. Dalam perjalanan pulang, dari kejauhan Haechan melihat seseorang yang familiar tengah berdiri di depan apartemennya.
"Bukankah itu Seungyeon-ssi?"
Yu manajer memicingkan matanya, mencoba memperjelas penglihatan.
"Nee, ku kira juga begitu."
"Sampai sini saja Noona, aku akan turun di sini."
Berjarak beberapa meter, Haechan pun turun dari mobil lalu berjalan mendekati Seungyeon.
"Seungyeon-ah?"
Gadis itu membalikkan tubuhnya saat seseorang menepuk pundaknya, segera ia menghapus air matanya. Haechan yang melihat adiknya menangis pun terkejut.
"Kau menangis? Ada apa?"
Seungyeon menggeleng cepat, tatapannya jatuh pada ponsel Haechan yang diyakini ada di saku celana.
"Donghyuck-ah, hari ini kau keren."
"Eoh?" Apa Seungyeon datang jauh-jauh hanya untuk mengatakan itu?
"Jangan lihat hal tidak berguna dan jangan dengarkan orang lain. Dengarkan aku saja, kau keren." Setelah mengatakan itu, Seungyeon membalikkan tubuhnya hendak pergi begitu saja. Tentu saja Haechan menyusul.
"Yaa Lee Seungyeon, apa kau datang jauh-jauh semalam ini hanya untuk mengatakan itu?"
"Gwenchana? Kau ada masalah?"
Seungyeon berdecak. "Berhenti memikirkan masalah ku, urus saja masalah mu!! Kenapa kau memedulikan ku, saat dirimu sendiri sedang kesulitan?!"
Haechan sedikit terkejut. "Aku hanya khawatir padamu, Eomma pasti mencari mu. Ini sudah malam dan--"
"Kau sungguh masih menganggap ku anak kecil? Aku bukan anak sekolah, semalam ini aku terbiasa belum pulang. Aku kerja Lee Donghyuck, aku bisa saja lembur. Eomma tidak akan memarahiku."
Haechan menghela napasnya, tidak menjawab. Sebenarnya ia sedang tidak ingin berdebat, bahkan berbicara saja sebenarnya Haechan malas. Ia ingin pulang dan tidur, namun Haechan khawatir pada Seungyeon.
"Aku akan mengantar mu pulang--"
"Haechan Oppa."
Haechan menatap Seungyeon dengan tatapan bertanya-tanya, ini adalah pertama kalinya Seungyeon memanggilnya dengan nama panggungnya.
Menunggu kalimat yang akan diucapkan Seungyeon, namun adiknya itu malah memeluknya dan menangis.
"Bagaimana mereka bisa berbicara begitu jahat hiks! Apa kita bisa menuntut mereka?"
"Mereka tidak tahu apa-apa tapi berbicara banyak! Aku membenci mereka!!"
"Jika kau tidak ingin membagikan masalahmu padaku, setidaknya menangislah Lee Haechan. Aku bahkan menemani mu menangis. Apa kau tidak ingin menangis?"
Seungyeon melepas pelukannya, menatap Haechan dengan wajah penuh air mata. Haechan menatap adiknya itu lama, ternyata adiknya menangis karena dirinya. Tapi kemudian Haechan tersenyum tipis.
"Apa pacarmu pernah melihatmu menangis? Kau sangat jelek saat menangis," ucap Haechan bercanda yang seketika membuat Seungyeon mendengus.
"Aku tidak akan berbicara dengan mu!!"
Dengan marah, Seungyeon pun pergi. Haechan tersenyum, namun senyumnya langsung luntur saat melihat mobil yang dari jauh melaju kencang.
"LEE SEUNGYEON AWASS!!!"
Tiiiinnnnn
BRAKKKKKK
Ngiiiiiingggg
Sebelum kehilangan kesadarannya, selain tubuhnya yang terasa remuk, Haechan ketakutan. Ia merasa deja vu. Setelah waktu berlalu, telinganya kembali berdenging panjang bahkan sampai rasa sakit merenggut kesadarannya. Haechan takut.
Bisakah Haechan mendengar nanti saat ia membuka matanya?
Ah tidak!
Dengan banyak darah yang keluar, bisakah Haechan membuka matanya kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Hug Me : Lee Haechan
Fanfiction[Lengkap] Dalam mempersiapkan debut solo-nya, Haechan malah terus membutuhkan pelukan dari member, penggemar juga memeluknya. Dari jauh tentunya:v Tapi, suatu hari Haechan tidak lagi menerima pelukan siapapun. "Haechan-ah... Kau tidak mau kupeluk...