💙💙💙
Aku tak tahu, perasaan apa yang dirasakan sekarang kepadanya. Akan tetapi, entah kenapa hanya mendengar namanya saja jantungku berdetak kencang. Aku harap, ini merupakan pertanda hal baik. Bukan malah, hal sebaliknya. Karena, bukankah hati tidak akan salah menilai. Sehingga, aku yakin pasti hal-hal baik akan menyertai hidup kita.
💙💙💙
"Gue baru putus, Ly. Kemungkinan bakalan lebih selektif pas dekat sama orang lagi. Lagipula, gue masih menata hati dulu. Dan, kayaknya nggak bakalan mudah buka hati. Kecuali, kalo emang ada yang bikin hati gue nyaman." Perkataan Banyu, membuat Berlian sadar memang tidak mudah menata serta membuka hati setelah putus cinta. Meskipun, ia tahu Banyu bukan tipe orang yang akan susah membuka hati.
"Pokoknya lo harus tetap semangat. Kalo emang belum ada yang dekat, ya konsen buat pertandingan basket aja, Nyu. Nanti, tolong pas kompetisi basket antar sekolah udah mulai kabarin gue. Takut, gue nggak tau soalnya sibuk syuting." Berlian selalu berusaha memberi support sebanyak mungkin kepada Banyu. Karena, kebahagiaan sahabatnya juga kebahagiaan untuk dirinya.
"Oke siap, Ly. Tenang aja, nanti gue kabarin. Dan, misal gue dekat sama orang baru pun bakalan berusaha ceritain kedekatan kita sebagai sahabat. Biar, nggak ada kesalahpahaman lagi." Banyu tak ingin kejadian di mana orang yang dekat dengannya tak menyukai sosok Berlian. Karena, mereka memang sudah dekat serta akrab sejak kecil. Seperti layaknya saudara kandung.
"Oke."
Banyu memperhatikan area rumah Berlian. Situasi serta kondisi di sana tampak sepi. Sepertinya, Hasta masih belum pulang dari kuliahnya. Karena, belum terlihat muncul menghampirinya. Biasanya, kakak dari Berlian itu akan ikut mengobrol bersama. "Kak Hasta belum pulang, Ly?"
Berlian menggelengkan kepalanya, karena sedari tadi memang belum melihat sosok kakak laki-lakinya itu. Sepertinya, Hasta memang masih ada jam kuliah. Sehingga, belum berada di rumah walaupun sudah mulai malam. "Kayaknya masih kuliah. Kalo nggak, mungkin lagi ngerjain tugas bareng temannya. Dari tadi juga belum ngabarin, sih."
Banyu mengangguk, paham bila menjadi anak kuliahan memang terkadang sangat sibuk. Karena, pasti memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan. Tak hanya itu, jam belajarnya pun tidak seperti saat sekolah.
"Pantesan aja sepi, biasanya dia ikut nimbrung ngobrol di sini bareng kita kalo udah pulang." Banyu sedikit tertawa, mengingat sikap Hasta yang tidak bisa diam. Cowok itu, seperti memiliki banyak energi. Bahkan, mungkin terlampau aktif.
"Kak Hasta emang orangnya nggak bisa diam, malah kalo diam tuh bikin khawatir. Jadi, biarin aja kalo dia rame berarti dia lagi normal." Berlian tertawa, mengingat tingkah Hasta. Kakak satu-satunya yang selalu menemani dirinya menjalani hidup.
Tawa Berlian, menular ke Banyu. Karena, yang dikatakan oleh Berlian memang benar adanya. Meskipun begitu, Hasta tetaplah seorang Kakak terbaik untuk Berlian. Juga, Banyu yang sudah menganggap Hasta seperti kakaknya sendiri.
Hari semakin larut, tak mau terlalu lama di rumah Berlian. Banyu memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Tak mau, membuat orang-orang berpikir buruk tentang kedekatannya dengan Berlian. Meskipun, mereka memang tidak memiliki hubungan spesial. Akan tetapi, tidak tahu dengan pemikiran orang luar. Terlebih, dengan kondisi rumah Berlian yang sepi. Sehingga, akan lebih Banyu kembali ke rumahnya sebelum malam benar-benar larut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Fluttering [SELESAI]
Teen Fiction"Getaran hati itu muncul tanpa diduga, sudah menjadi takdir hidup kita. Jadi, percayalah hati tidak pernah salah memilih saat berdebar. Itulah tanda cinta sejati kita hadir." Eleanor, selalu menjalani hidup dengan apa yang menurutnya baik baginya. K...