[12]

44 32 0
                                    

💙💙💙

Aku benar-benar tak tahu kenapa merasa ada sesuatu berbeda saat bersamanya. Karena, rasa itu belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku harap, itu perasaan yang akan membuatku bahagia. Bukan malah sebaliknya.

💙💙💙

"Gue kesini mau ngembaliin gelang lo, kemarin tergeletak di jok mobil. Jadi, gue pikir itu punya lo." Banyu sembari mengambil benda yang dibicarakan pada saku celana seragam sekolahnya. Kemudian, menyerahkan kepada Eleanor. Karena, ia cukup yakin bila gelang itu memang milik Eleanor. "Ini gelang-nya."

Eleanor terdiam sejenak, sembari memperhatikan benda yang ditunjukan oleh Banyu. Sedari kemarin, ia tak menyadari bila salah satu benda kesayangan yang dipakai ternyata terlepas.

"Iya, Kak. Itu gelang punyaku, makasih udah simpan sekaligus kembaliin ke aku." Eleanor mengambil gelang miliknya yang berada pada tangan Banyu. "Aku jadi ngerepotin Kak Banyu terus dari kemarin."

Banyu menyunggingkan senyum, "Iya sama-sama. Santai aja, lagipula gue nggak merasa keberatan buat direpotin sama lo, kok."

"Tapi, tetap aja aku ngerasa nggak enak bikin Kakak harus datang ke sini. Terus, malah dikerjain Kak Maraka sama Kak Naran. Sekali lagi, aku minta maaf, ya." Eleanor benar-benar merasa tak enak hati dengan Banyu. Terlebih, dengan apa yang dilakukan kedua kakaknya pada cowok itu.

"Gue beneran nggak apa-apa. Lagian, wajar aja kalo Kak Maraka sama Kak Naran lakuin hal kayak tadi ke aku. Karena, mereka sayang sama lo." Banyu tak mempermasalahkan apa yang sudah dilakukan Naran serta Maraka. Tahu, bila seorang Kakak pasti akan mengkhawatirkan adeknya dekat dengan orang asing.

Tatapan Eleanor, beralih menatap ke arah Naran. Ia masih menunggu perkataan maaf Naran kepada Banyu. Karena, sudah mengerjai cowok itu.

Naran menghela napas, sepertinya ia harus menuruti permintaan Eleanor. Adiknya. Agar, gadis itu tidak marah kepadanya.

"Gue minta maaf, udah ngerjain lo kayak tadi. Niatnya, cuma bercanda kok." Naran melakukan hal itu, demi kebaikan bersama.

"Nggak apa-apa, Kak."

"Gue juga minta maaf, soalnya ikutan ngerjain lo, Nyu." Maraka ikut meminta maaf, tahu bila adiknya pasti akan marah bila dirinya tidak melakukan permintaan maaf kepada Banyu.

"Gue beneran nggak apa-apa, kok, Kak. Nggak keberatan bantuin Kak Maraka sama Kak Naran tadi." Banyu tersenyum, merasa tak apa membantu kedua cowok yang merupakan kakak dari Eleanor.

Eleanor menghela napas, merasa lega melihat kedua kakaknya sudah meminta maaf serta sadar dengan apa yang diperbuat tidaklah seharusnya dilakukan kepada Banyu.

"Kak Banyu bajunya basah semua gara-gara bantuin Kak Naran. Mending, sekarang ganti baju deh daripada nanti masuk angin. Soal baju ganti, biar nanti pake punya Kak Naran aja. Kayaknya, ukuran badan kalian nggak beda jauh." Eleanor sedari tadi merasa khawatir melihat keadaan Banyu. Takut, bila cowok itu merasa kedinginan serta sakit karena ulah kedua kakaknya.

Naran tak habis pikir dengan perkataan Eleanor. Adiknya. Akan tetapi, lebih baik ia menuruti permintaan adiknya itu. Daripada, Eleanor marah dan tidak mau berbicara dengannya gara-gara tak mau melakukan yang diminta.

"Lo tunggu di sini, biar gue ambil baju ganti." Naran mengatakan itu sembari menatap Banyu. Dan, dibalas anggukan oleh Banyu.

Eleanor sudah tidak heran lagi dengan tingkah Naran maupun Maraka. Terlebih, ia memang jarang mempunyai teman laki-laki selain teman sekelasnya. Juga, ia memang sengaja tidak terlalu bergaul dengan banyak orang. Karena, banyak rasa kekhawatiran dialami setelah kejadian buruk di masa lalunya.

Heart Fluttering [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang