💙💙💙
Kita perlu memastikan semua akan berjalan dengan baik. Juga, menguji segala hal agar tidak ada sebuah hal buruk terjadi. Karena, itu dilakukan demi kebaikan bersama. Agar, tidak ada penyesalan dirasakan pada kemudian hari.
💙💙💙
Pak Jono kembali ke tempat bertugasnya. Kemudian, ia menghampiri Banyu yang masih menunggu diperbolehkan berkunjung ke rumah Eleanor atau tidak.
"Silakan masuk, Mas. Tapi, Non El lagi nggak ada di rumah. Jadi, suruh nunggu di teras depan sana. Duduk aja, mungkin bentar lagi Non El pulang." Pak Jono memberi arahan pada Banyu. Agar, tidak ada kesalahan dilakukan oleh Banyu.
Banyu mengangguk sembari tersenyum kepada lelaki paruh baya yang merupakan penjaga rumah Eleanor. "Makasih, Pak. Kalo gitu, saya izin masuk ke dalam, ya."
"Iya, Mas."
Banyu kembali memasuki mobil miliknya, lalu melajukan untuk masuk ke area rumah Eleanor. Setelah sampai di halaman rumah itu, Banyu keluar dari mobil. Kemudian, terlebih dahulu ia memperhatikan area sekitar. Terlihat sepi, sepertinya penghuni rumah itu sibuk dengan kegiatan masing-masing di luar.
Perlahan, Banyu mulai duduk pada kursi yang ada di teras rumah Eleanor. Karena, ia memutuskan untuk menunggu kepulangan gadis pemilik rumah itu.
Beberapa menit kemudian, pandangan Banyu beralih pada seseorang yang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Sepertinya, orang itu sedang mengerjakan sesuatu di sana.
"Gimana caranya gue bisa cepat nyeleseiin kerjaan ini semua? Nggak mungkin, gue kerjain bareng. Tangan gue cuma dua gini." Perkataan itu, sontak mengalihkan perhatian Banyu yang masih duduk sembari sedikit memperhatikan orang yang sepertinya sedang kebingungan dengan pekerjaannya.
Banyu perlahan bangkit dari duduknya, merasa tak tega melihat ada orang terlihat kebingungan serta kesusahan di sekitarnya. Kemudian, ia menghampiri orang itu.
"Ada yang bisa gue bantu, Kak?" Banyu memulai pembicaraan dengan orang itu. Merasa bila jarak umurnya terlalu jauh. Sehingga, ia memanggil dengan sebutan Kakak. Juga, agar terdengar sopan serta menghargai orang lain.
Orang itu mendongakkan kepalanya, lalu memperhatikan Banyu. "Hm... Iya, Dek. Gue bingung harus ngerjain yang mana dulu. Soalnya, ini pertama kalinya kerja di sini. Gue lagi gantiin bapak gue yang jadi tukang kebun."
"Kalo gitu, gue bantuin ya, Kak. Kita bagi tugas aja, biar nanti lebih gampang sekaligus cepat. Hm... Gue kerjain tugas motong rumput, Kakak nanam sama siram tanamannya. Jadi, kerjaannya cepat selesai kalo dikerjain bareng." Banyu mengajukan sebuah ide kepada orang yang ia sebut Kakak itu. Karena, menurutnya sebuah pekerjaan akan lebih baik dikerjakan secara bersama.
"Oke. Sebelumnya, makasih udah mau bantuin gue. Hm... Kenalin gue Maraka, anak dari tukang kebun rumah ini." Maraka tersenyum, sembari mengulurkan tangan memperkenalkan diri pada Banyu.
Juga, Banyu menerima jabatan tangan dari Maraka. Merasa bila cowok di hadapannya ramah saat mulai berinteraksi dengannya. "Banyu, Kak."
"Ngomong-ngomong ke sini mau ketemu siapa? Soalnya, jarang-jarang ada tamu anak sekolahan datang ke sini. Temannya Non El, ya? Tapi, seragam sekolahnya kok beda." Maraka berbicara sembari melihat baju yang dipakai oleh Banyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Fluttering [SELESAI]
Teen Fiction"Getaran hati itu muncul tanpa diduga, sudah menjadi takdir hidup kita. Jadi, percayalah hati tidak pernah salah memilih saat berdebar. Itulah tanda cinta sejati kita hadir." Eleanor, selalu menjalani hidup dengan apa yang menurutnya baik baginya. K...