~~••~~
Mendengar penuturan dari ayah Adel, Haikal menunduk dan menatap ikan-ikan yang tengah ia pegang. Jujur, sesuatu yang tidak nyaman menjelajahi hati, gerakannya perlahan, merambat lembut namun menusuk dalam. Sakit sekali mendengar ucapan barusan. Tapi tak apa, mungkin Haikal harus lebih mengerti dan untuk kedepannya, sebelum membelikan apapun untuk Om Ahmad, ia harus memilih dengan lebih baik.
“Maaf Om.”
Ahmad mengembuskan napas. “Kalau gitu, kamu masuk dulu aja ke belakang. Biar saya urus ikannya.”
“Enggak apa-apa, enggak perlu. Kalau memang Om udah punya banyak ikan, lebih baik ikan yang ini saya simpan dan urus sendiri di rumah. Maaf kalau saya menganggu waktu istirahat Om. Saya akan mampir lain kali ke sini.”
“Masuk dulu ke dalam rumah, Ikal. Nurut kalau diperintah sama orang tua.” Dan Ahmad pun berbalik, meninggalkan Haikal sembari berkata, “Jangan lupa tutup pagarnya kalau kamu masuk.”
Haikal agak bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia ingin pulang karena takut membuat paruh baya itu semakin tak nyaman. Tapi akan tidak sopan kalau ia tak menuruti inginnya Ahmad. Jadi ragu, Haikal pun masuk ke dalam rumah, menutup pagar dan mengikuti kemana Ahmad pergi. Saat menemui Nina menyambut mereka, Haikal pun segera menyalami wanita paruh baya itu.
“Kamu mampir Nak?”
“Iya Tante.”
“Haikal mau kebelakang sama Ayah, Bu.”
“Mau minum apa Nak Haikal? Biar Ibu ambilkan.”
“Jangan repot-repot Tante.”
“Kopi hitam aja dua Bu. Tolong ya?”
“Iya Yah.”
Dan Haikal kembali mengikuti langkah Ahmad ke halaman belakang yang luas. Terdapat kolam ikan yang enak dipandang, dengan air mancur dan gemerciknya yang menenangkan. Pantas saja Adel bilang kalau sang Ayah memang sangat suka menenangkan diri di belakang rumah. Tempat favoritnya adalah halaman belakang.
“Sini-sini, ikannya dipisahin dulu di sini biar enggak stress dan bisa hidup.”
Gesit Haikal menuruti kata-kata tersebut.
“Kamu baru balik kerja langsung mampir ke sini Ikal?”
“Iya Om.”
“Mau ngapain sebenarnya? Cuma mau ngasih ikan sama saya?”
Haikal terdiam sesaat, agak bingung harus menjawab apa. Kan kalau ia mengkonfirmasi perkataan Om Ahmad, otomatis laki-laki paruh baya itu akan tahu bahwa kedatangannya kali ini hanya untuk mencari perhatian. Tapi di sisi lain, ia juga tak punya alibi yang bagus. “Iya Om, saya ke sini memang untuk ngasih ikan. Saya inget kemarin Om kayaknya lebih peduli sama ikan dari pada sama saya. Akhirnya saya beliin deh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Denoument
Spiritual"Saya tidak merestui kamu untuk meminang Adel, anak tercinta kami." Dan saat itu, gemuruh petir saling bersahutan dan Haikal merasa, dunia langsung meledak begitu saja. Haikal pikir, menikahi Adel akan sangat mudah. Mengingat mereka berdua memang s...