BACA DULUAN UNTUK CERITANYA MAS IKAL SUDAH ADA DI KARYAKARSA, HANYA 2,500 RUPIAH UNTUK 5 BAB LEBIH AWAL. DI WATTPAD HARUS NUNGGU 2-3 MINGGUAN UNTUK LIMA BAB×=× silahkan yang mau, mampir ke Karyakarsa-ku🫂
~~••~~
“Nangis dia?”
“Ya gimana enggak nangis sih Bang? Dia itu mau Abang. Punya harapan semuanya lancar. Tapi dihantam sama kenyataan kayak gini tentu aja bikin Mbak Adel down. Kepikiran. Selain mikirin perasaanya sendiri, dia juga pasti mikirin perasaan Abang. Mbak Adel takut kalau Abang malah nyerah sama keadaan ini.”
Haikal terdiam lama dalam tunduknya setelah mendengar ungkapan Larasa barusan. Sesaat ia tersenyum dan mengusak rambut sang adik. “Abang enggak kenapa-kenapa kok Dek. Abang harap baik kamu yang lagi hamil ini, Mama atau pun Adel jangan terlalu kepikiran, jangan terlalu khawatir. Abang juga enggak nyerah kok sama keseriusan Abang ke Adel. Abang tadi sore mampir ke rumah orang tuanya Adel malah, Abang akan mencoba sebisa Abang untuk mengambil restu dari Pak Ahmad. Abang akan buktikan kalau Abang ini emang serius sama Adel.”
“Larasa tahu kalau Abang kuat dan enggak akan menyerah. Larasa yakinin itu dari semenjak mendengar apa yang sebenarnya terjadi dari Mas Kahfi. Cuma Larasa juga ngerti kalau, ini enggak mudah buat Abang. Padahal Larasa harap, semuanya bisa lancar dan dimudahkan.” Larasa mulai murung dan menangis. Ia tentu sangat menyayangi laki-laki yang kini ada di sisinya. Haikal adalah sosok yang paling berharga. Hidup Haikal juga sudah sulit semenjak Papa meninggal. Dia bertanggung jawab pada Larasa selama ini. Dia menggantikan peran Papa dalam hidup Larasa. Jadi Larasa harap untuk keinginan baik Haikal yang berniat mempersunting seorang wanita, Allah bisa lancarkan semuanya. Tapi pada titik yang terpijak saat ini, semua hal masih tidak mudah untuk Haikal.
“Kamu tuh ya, lebih sensitif dan mudah banget nangis pas lagi hamil begini. Abang aja yang jalanin enggak nangis loh Dek.” Haikal memegang dan meremas pelan tangan gendut Larasa. “Andai kamu tahu ya? Kalau dulu, cowok yang melamar kamu itu bukan Kahfi. Bukan seseorang yang dekat dengan Abang, yang Abang tahu betul gimana sosoknya, Abang juga akan mempersulit dia untuk menjadi adik ipar loh Dek. Enggak mudah memberikan tanggung jawab orang yang terkasih pada laki-laki yang enggak kita kenal. Dan begitu juga yang dilakukan sama Om Ahmad. Abang udah merenung semalaman dan Abang rasa keputusannya itu masuk akal. Sekarang, Abang berjuang agar Om Ahmad bisa kenal lebih jauh dengan sosok Abang. Agar restunya bisa dengan mudah terucap.”
Haikal tersenyum dan merangkul Larasa yang masih saja menangis. “Kamu tahu Abang sejak kamu lahir ke dunia ini. Mama dan Papa tahu Abang sejak detik pertama Abang tumbuh di perut Mama, Kahfi kenal gimana Abang sejak kami kuliah, bertahun-tahun lamanya. Kalian semua mungkin bisa menilai gimana Abang selama ini. Yang ganteng, baik, pekerja keras, salih, rajin menabung—”
“Iiiiiiih Abang narsis!”
Haikal tertawa mendengar ucapan Larasa. “Ya kan emang gitu Dek pada nyatanya. Dan ya wajar kalau kamu sama Mama menggampangkan kalau Abang itu bakalan langsung dapet restu dari Om Ahmad karena kalian kenal Abang seperti apa. Tapi bagi Om Ahmad, Abang ini hanya pemuda asing yang tidak dia tahu asal-usulnya dari mana, sifat Abang seperti apa dan lain hal. Wajar dong kalau dia enggak semudah itu buat ngasih restu biar Abang nikah sama seorang putri yang sudah mereka besarkan secara susah payah, yang mereka sayangi dan lindungi. Om Ahmad enggak mau Adel menikah sama laki-laki yang salah. Dan itu wajar dilakukan sama seorang ayah Dek. Dan karena Abang merasa kalau Abang ini laki-laki yang tepat untuk Adel, Abang berjuang sekarang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Denoument
Spiritual"Saya tidak merestui kamu untuk meminang Adel, anak tercinta kami." Dan saat itu, gemuruh petir saling bersahutan dan Haikal merasa, dunia langsung meledak begitu saja. Haikal pikir, menikahi Adel akan sangat mudah. Mengingat mereka berdua memang s...