DENOUMENT 07

1K 130 11
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

“Loh kok kamu yang buka? Kok kamu yang ada di sini si?”

“Aku udah di sini dari kemarin, nginep di sini Mas. Sama Kakak juga Teteh.”

“Oalah.”

“Kamu beneran enggak bisa dibilangin ya Mas?”

“Del, kan Mas udah bicara. Lagian enggak apa-apa, insya Allah, Mas bisa.”

“Kal!”

“Kak!” Haikal menyalimi Damar. Kakak dari Adel.

“Weh, mau kemana nih udah pakai baju olahraga segala?”

“Si Ikal mau jogging sama Ayah.”

Damar melirik ke arah belakang, melotot mendapati sang Ayah yang kini tengah mengenakan sepatu di kursi yang tersimpan di teras. Laki-laki itu mendekat pada Haikal dan berbisik dengan wajah tak percaya, “Yang bener aja sih kamu Kal! Masa kamu mau ngikut jogging sama Ayah?”

Memangnya jogging dengan Om Ahmad semengerikan itu ya? Kenapa nampaknya semua orang takut kalau ia akan berjogging dengan paruh baya itu?

Dengan raut polos dan perasaan yang terlihat masih tenang, Haikal menjawab, “Iya Kak, emang kenapa sih?”

“Del kamu enggak coba ngelarang Haikal?”

“Udah Kak. Mas Haikal aja yang bebal dan enggak mau dengerin apa yang Adel bilang. Maka itu sekarang Adel mau ngikut jogging juga. Biar bisa jagain dia dan biar Ayah enggak berlebihan.”

“Ayo, Ayah udah siap sekarang. Kal! Sini kamu, kita pemanasan dulu sebelum berangkat. Adel mau ngikut juga kan? Kalau gitu ikut aja pemanasan sama kami.”

Haikal tersenyum pada Adel dan kemudian masuk ke dalam, menghampiri Ahmad dan menyalimi tangannya. Mereka mengobrol sebentar sebelum kemudian mulai melakukan pemanasan ringan selama sepuluh menit sebelum benar-benar pergi jogging pukul enam pagi itu.

“Kamu kenapa mau ikut sih Del? Kamu tahu kan Ayah tuh bukan kanibal. Mana mungkin Ayah makan si Ikal. Enggak haruslah dia kamu jagain,” ucap Ahmad di sela-sela perjalanan mereka.

Dan Adel pun menggelengkan kepala. “Ayah emang enggak mungkin makan Mas Haikal tapi tetep aja Adel takut Ayah keterlaluan.”

“Halah, keterlaluan apanya sih? Ayah enggak akan sanggup lawan si Ikal. Dia masih muda, gagah, kuat. Iya kan Kal?”

Dan hanya senyuman yang bisa Haikal berikan untuk menjawab tanya dari calon mertuanya itu. Haikal masih aman untuk jogging di satu jam pertama. Meski rasanya mereka tidak pernah berhenti sejak tadi bahkan untuk sekedar minum. Bahkan Ahmad malah semakin mempercepat langkahnya.

Di satu jam berikutnya, baju Haikal mulai basah. Matahari meninggi dan menyengatkan rasa panasnya pada kulit. Meski masih tergolong aman. Hanya saja tenggorokannya haus sekali. Adel di sisi lain sudah hampir tumbang, ngos-ngosan terus. Haikal kira setelah ini, perjalanan mereka akan segera berakhir. Namun ternyata tidak, Ahmad masih santai melangkah cepat memimpin di area paling depan. Lelaki itu hanya fokus melangkah dan mengatur napasnya sedang Haikal merasa hampir mati. Gila, ia tak pernah jogging selama ini. Mentok satu jam saja. Di satu jam berikutnya, Ahmad berhenti di salah satu warung dan membeli minum. Di sana, Haikal hampir menghabiskan dua botol air.

Denoument Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang