DENOUMENT 06

1K 139 6
                                    

SELAMAT MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA

~~••~~

“Sore Om.”

“Kamu ngapain ke sini lagi?”

“Saya mau ngajak Om ngopi sambil makan martabak ketan hitam.”

Ahmad menatap bungkusan yang ada di tangan Haikal. “Saya enggak suka martabak ketan hitam.”

Haikal terdiam sesaat, menatap martabak di tangannya.

“Jangan kira saya tuh kayak orang-orang tua cewek lain yang bakalan luluh dikasih sekotak martabak ya Ikal.”

“Saya enggak ngira kayak gitu kok Om.”

“Oh, enggak ngira ya?”

Dan dengan polosnya, kepala Haikal pun mengangguk-angguk. “Tapi katanya Adel, Om suka martabak ketan hitam. Maka karena itu saya bawain. Om bohong ya barusan bilang enggak suka martabak? Bohong dosa loh Om.”

“Astagfirullah, enggak bohong, maksudnya saya lagi bosen aja sama martabak ketan hitam. Tapi karena kamu udah ke sini, yaudahlah sekalian saya makan.”

“Jadi saya boleh masuk nih Om?” tanya Haikal senang sembari hampir beranjak masuk melewati pintu besi.

“Kata siapa kamu boleh masuk? Martabaknya aja sini.”

Dan begitu saja, martabak di tangan Haikal ditarik masuk oleh Ahmad. “Kamu kalau mau mampir ya nanti aja di hari Ahad. Pagi. Pakai baju olahraga jangan lupa.”

“Om mau ngajak saya jogging ya?”

“Wa’alaikumssalam.” Dan Ahmad pun menutup pintu besi di depannya.

“Assalamu’alaikum,” ucap Haikal lirih. Agak aneh dengan sikap paruh baya barusan. Sesaat Haikal menggelengkan kepala dan kembali  ke dalam mobil. Ya setidaknya, ia bisa datang dan menghabiskan waktu dengan Ahmad di hari Minggu nanti. Semoga setelah menghabiskan waktu lebih lama, mereka berdua bisa lebih akrab pada satu sama lain.

Dan sore itu, Haikal bisa pulang cepat. Sengaja ia mengambil jalan sedikit lebih jauh untuk bisa melewati rumah yang dihuni oleh Adel. Dan nampaknya, mobil wanita itu sudah rapi tersimpan di carport. Haikal jadi penasaran, sekarang apa yang tengah Adel lakukan ya? Apa keadaannya sudah lebih baik?

“Ya Allah, permudah Ya Allah,” ujar Haikal, bicara sendiri. Ia hanya ingin menikah. Menghindari kemungkinannya untuk berzina dengan sosok wanita yang ia sukai. Maka dengan niat baik itu, Haikal harap, Allah akan mempermudah semuanya.

Sesaat Haikal turun dari mobil, membuka pagar rumah dan kemudian memarkirkan kendaraanya. Pintu depan kala itu langsung terbuka. Haikal mendesah panjang dan mengambil bungkusan lain di jok bagian belakang.

“Abang beliin kan?”

“Kenapa kamu enggak nitip ke Kahfi aja sih? Wong anak itu Kahfi yang buat. Seharusnya dia bisa tanggung jawab dong.” Haikal menyerahkan satu plastik berisi strawberry cake yang dititip oleh Larasa, sang adik.

Denoument Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang