Bab 2 - Beruntung

11 3 0
                                    


Happy Reading-!

Dua hari sudah terlewati, Diandra sudah tahu beberapa hal soal Cahaya dengan membaca pesan dan catatan di handphone milik Cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari sudah terlewati, Diandra sudah tahu beberapa hal soal Cahaya dengan membaca pesan dan catatan di handphone milik Cahaya. Ia sudah menganggap bahwa dirinya sekarang adalah Cahaya, Diandra? Ia mungkin akan melupakannya.

Besok adalah waktunya Cahaya untuk menyiapkan diri dan memulai hari baru. Diandra merasa tidak asing dengan yang ia temukan dalam diri Cahaya.

Sedang asyik melamun, Diandra alias Cahaya ini sadar saat sebuah tepukan kecil dibahunya. Menatap siapa yang menepuk, Cahaya membulatkan matanya.

"Cahaya?"

"Sinta Maharani?" gumam Cahaya pelan.

"Lo udah baik-baik aja kan?" tanya Gadis bernama Sinta itu kembali.

Cahaya mengangguk, ia pun menatap beberapa orang dibelakang Sinta. Ada Dua gadis lain yang tengah menatapnya juga.

Tiba-tiba pintu diketuk oleh Dokter Arga, semua menoleh dan tersenyum. Dokter Arga berjalan mendekati Cahaya dan mulai memeriksanya.

"Maafkan aku, jika aku menganggu. Tapi izinkan aku untuk memeriksanya ya, sebentar saja," ucap Arga lembut dan langsung mendapatkan anggukan kecil dari yang lainnya.

Setelah memeriksa, Arga berpamitan dan keluar dari ruangan Cahaya. Keenam orang tersebut duduk disofa yang disediakan.

"Sepi tahu pas gak ada lo di Sekolah," keluh Rania.

Cahaya tersenyum,"bagaimana di Sekolah?" tanya Cahaya.

"Ya gitu, bosenin deh. Gue akhir-akhir ini kagak bisa bolos karena gak ada lo," ucap Hani yang membuat Rania dan Sinta tertawa.

"Cahaya suka bolos? Anjir nih bocah," batin Diandra alias Cahaya.

"Pas gak ada lo, Si Hani kagak pernah keluar kelas, kerjaannya tidur mulu," jelas Rania seraya mengacak rambut pendek Hani.

Cahaya terkekeh, Sinta yang sedari tadi memperhatikan ikut melontarkan pertanyaan.

"Gimana perasaan lo sama Alex?" tanya Sinta menatap Cahaya penasaran.

"Lo masih suka sama dia kan?" tanya Rania.

Cahaya menghela nafas, "gue gak tahu."

"HAH?" teriak ketiga gadis itu.

"Bukannya lo kemarin-kemarin bucin banget ya?" tanya Rania bingung.

"Atau lo berubah karena ucapan Devira?" tanya Hani.

"Ucapan Devira, yang mana?" tanya Cahaya ikut bingung.

"Dua hari sebelum lo kecelakaan, Devira bilang lo populer karena temenan sama Sinta, lo pinter karena temenan sama Rania dan Lo berani karena temenan sama gue, intinya lo itu cuman peran tambahan doang di persahabatan kita bertiga, dia ngomong gitu," jelas Hani panjang lebar, "lo gak inget itu?"

"Dan dia bilang gitu di lapangan waktu upacara, pas itu lo cuman diem dan ya gitu, banyak melamun," jelas Rania.

"Kebayang lo pasti malu waktu itu, didepan semua orang termasuk Alexander," tambah Sinta.

Deg!

Diandra alias Cahaya itu merasakan sakit yang luar biasa didalam hatinya. Bukan penyakit jantung, Namun perasaan sakit yang tak kasat mata. Cahaya merasa dirinya melemah dan mata yang panas ingin mengeluarkan air terjun.

Namun, sesak dihatinya lebih besar. Ia mencoba menahan perasaan sakit dengan senyum tipisnya.

"Lo kuat Cahaya, jangan nangis lo. Lo pasti kuat," batin Cahaya menguatkan.

"Jangan dengerin itu semua oke? Gue bersyukur lo masih hidup dan bareng kita lagi," ucap Rania dan langsung memeluk erat Cahaya.

"Gue juga," ucap Hani dan menyusul Rania memeluk Cahaya.

Tanpa berbicara Sinta ikut memeluk teman-temannya. Perasaan campur aduk Menggejolak dalam diri Cahaya. Tetapi, ia bersyukur masih memiliki sahabatnya.

"Cahaya, Lagi-lagi lo beruntung dalam persahabatan," batin Diandra.

Sepertinya Diandra akan nyaman dengan kehidupan barunya ini. Terimakasih Cahaya sudah memberikan dirinya kehidupan baru.

Walaupun nanti ia harus bertarung dengan beberapa masalah yang dibuat oleh Cahaya yang dulu. Ia yakin akan bisa melewatinya, Namun ia sekarang menjadi merindukan seseorang.

Satria, Diandra merindukan sepupu tersayangnya itu. Ia ingin melihat bagaimana jika dirinya sudah meninggal dan sekarang ia malah terdampar disini, diraga orang lain.

Air mata lolos keluar dari mata cantik Cahaya, elusan dipunggung dan pelukan hangat membuat Diandra merindukan Cahaya yang sebenarnya dan Satria.

To Be Continued...

The Second {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang