Bab 1 - Diandra dan Cahaya

15 2 3
                                    

Hallo, Welcome to My First Story ya. Semoga Suka🌷

Happy Reading-!

Happy Reading-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tin!

Tin! Tin!

Suara klakson terdengar di sepanjang jalan, beberapa orang turun dari kendaraannya dan berjalan untuk melihat apa yang menyebabkan kemacetan ini terjadi.

"Apa yang terjadi?" tanya Pria paruh baya kepada seorang anak Laki-laki yang terlihat panik.

"Kau tidak lihat ada yang kecelakaan?" jawab Wanita yang ada disamping anak Laki-laki bernametag Satria.

"Ambulan sebentar lagi akan datang," ujar Pria bernama Ali seraya menatap Satria.

Baru saja Satria menghela nafas lega, tiba-tiba saja suara sirine terdengar jelas. Satria menegang saat semua orang ramai untuk membantu menggotong temannya. Wanita disampingnya terus mengusap bahunya.

"Diandra, lo pasti kuat," batin Satria.

Diandra Athaya Queensha, gadis berusia tujuh belas tahun. Gadis yang ceria dan berani telah mengalami kecelakaan saat menuju ke Sekolah. Ia pergi untuk mencari ilmu. Namun, harus berakhir dengan tragis. Teman dari Satria sekaligus Sepupu tersayangnya.

Kecelakaan terjadi karena supir Truk yang mengantuk, Satria dan Diandra berangkat bersama dengan membawa kendaraan masing-masing. Bayangan Diandra tertabrak sangat jelas di memori otak Satria. Ia merasa terpukul dan hancur, sampai ia tidak merasakan sakit ditangannya karena terkena pecahan kaca spion.

Diandra sudah dibawa ke Rumah Sakit dan Satria menatap Diandra kosong, telapak tangannya sedang di obati oleh Perawat yang menemaninya. Disisi lain, dialam bawah sadar, Diandra menatap sekitar yang hanya putih saja. Tidak ada tanda-tanda kehidupan hanya ruang kosong berwarna putih. 

Diandra berjalan dengan hati-hati dan melihat seorang gadis tengah berjongkok dan menatap Diandra seraya tersenyum, gadis itupun berdiri.

"Siapa lo?" tanya Diandra bingung.

"Gue Cahaya Ghaaliya Mahasin," jawab Cahaya, "nama lo siapa?"

"Gue Diandra Athaya Queensha," jawab Diandra dengan mengerutkan alisnya.

Cahaya menatap Diandra dengan tersenyum yang membuat Diandra menatapnya heran, Cahaya menarik tangan Diandra dan menggenggamnya. Diandra terkejut dan menatap Cahaya kesal.

"Gue bersyukur ketemu lo disini, raga lo udah gak bisa diselamatin. Kalo lo mau masih hidup, lo bisa pake raga gue," jelas Cahaya yang membuat Diandra terkejut.

"Lo tahu dari mana raga gue gak bisa diselamatin?" 

"Gue tahu, karena lo ada disini."

"Lantas lo disini juga, berarti raga lo juga gak bisa diselamatin."

"Bukan raga tapi Jiwa gue gak bisa diselamatin. Gue disini karena Jiwa gue udah ditolak. Jadi, gue harap lo masuk ke dalam raga gue."

"Lo gak ada niatan buat hidup kembali?" tanya Diandra seraya mengusap bahu Cahaya.

"Gue udah lelah, Dra. Gue udah capek, jadi lo aja ya terusin hidup gue. Tolong perbaiki apa yang gue rusak dan hancurin ya."

"Yeu, lu mah."

"Bercanda kali, tapi tolong ya. Lo bisa ambil hidup gue dan hiduplah sebagai Cahaya, gue yakin lo bisa."

"Oke, tapi gue butuh bantuan lo."

"Apa itu?"

"Kirim semua ingatan lo ya dan bantu gue."

"Oke, makasih."

"Hm, sama-sama."

Diandra memeluk Cahaya erat, begitupun Cahaya. Tidak lama, keduanya melepaskan pelukan tersebut dan saling menatap. Cahaya berjalan ke arah terowongan gelap dan Diandra berjalan ke arah terowongan putih. Beberapa menit berjalan Diandra merasa dirinya tersedot ke sebuah lubang.

Diandra membuka matanya dan menatap sekitar, sepi yang ia lihat hanya ada benda-benda di Rumah Sakit. Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya seperti remuk dan kembli tertidur. 

"Cahaya, gue udah ada di tubuh lo."

Pintu ruangan terbuka, Diandra yang kini menjadi Cahaya terkejut dan menatap dua orang yang memasuki ruangannya.

"Cahaya, kamu sudah sadar?" tanya Pria berjas putih dengan nametag, Arga Wijaya.

Cahaya mengangguk pelan, "Jangan takut, saya gak bakalan ngapa- ngapain kamu kok," ucap Arga seraya terkekeh.

"Cahaya, kamu baik-baik aja kan?" tanya seorang Wanita yang mirip sekali dengan Cahaya.

Cahaya mengangguk, "sudah Ma."

"Syukurlah, Mama harap kamu cepat sembuh," ucap Wanita yang bernama Clara Mahasin.

Cahaya mengangguk dan menatap Arga yang sibuk memeriksanya. Ia menatap sekitar dan berakhir menatap Clara yang menatapnya tersenyum bahagia.

"Baiklah, sepertinya tiga hari lagi akan bisa pulang. Jadi, cepatlah sembuh ya Cahaya, agar kau bisa kembali ke sekolah," ucap Arga seraya mengusap surai hitam legam Cahaya.

Cahaya mengangguk dan tersenyum, Arga berpamitan dan keluar dari ruangan. Cahaya menatap Clara duduk di kursi samping ranjangnya.

"Kau nyaman sekali tidur, apa tidak rindu padaku, hm?" tanya Clara sendu.

"Aku sangat rindu padamu dan inilah aku sekarang. Aku sudah bangun untuk bertemu denganmu," jawab Cahaya pelan.

Air mata mengalir dipipi yang sedikit tirus milik Clara, Cahaya buru-buru mengusap air mata tersebut.

"Jangan menangis, Cahaya akan sembuh," ucap Cahaya menenangkan sang Ibu.

"Cepatlah," ucap Clara seraya mengecup telapak tangan Cahaya.

Cahaya mengangguk dan tersenyum menyakinkan. Diandra yang didalam raga Cahaya ikut merasakan sakit, ia pernah mengalami ini.

"Lo beruntung punya Ibu yang peduli sama lo, Ca," batin Diandra alias Cahaya.

To be Continued...

The Second {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang