Stay Strong, Jimin!

275 44 5
                                    

"Loh Jimin kenapa?" Eoma Park panik melihat Jimin dalam gendongan Namjoon. Sekarang semua sudah berkumpul di kamar Jimin.

Jin segera menceritakan kejadian tadi, sementara Namjoon meletakkan Jimin dengan perlahan di tempat tidur. Eoma Park segera duduk di sebelah Jimin dan mengusap kepala anaknya, "kamu harus kuat sayang, Yoongi pasti akan segera kembali padamu." Eoma Park nampak terisak.

Eoma Aera segera memeluk Eoma Park, "Eonnie jangan ikut sedih. Jimin pasti nanti akan tambah sedih kalau liat Eonnie sedih. Kita semua harus berusaha kuat demi Jimin. Dia membutuhkan support dari kita semua."

"Apa kamu yakin, itu Yoongi, nak?" tanya Appa Min begitu Jin selesai bercerita.

Jin mengangguk, "aku sangat yakin Appa. Bahkan Jimin pun lebih dulu menyadarinya dibandingkan aku dan Namjoon. Bagaimanapun juga Jimin kan kekasih Yoongi. Dia pasti tidak akan salah orang."

"Tapi kenapa Yoongi Hyung mengatakan bahwa dia Suga dan bukannya Yoongi Hyung?" tanya Taehyung heran.

"Sebentar-sebentar," Namjoon berkata, "aku sepertinya melupakan sesuatu."

"Kamu melupakan apa, sayang?" tanya Jin menatap kekasihnya.

Namjoon nampak berpikir sebentar. Lalu kemudian dia menjentikkan tangannya, "aku ingat sekarang."

"Kau ingat apa, Joon?" tanya Hobi penasaran.

Namjoon menatap semuanya bergantian, "aku baru ingat, waktu itu perawat di bagian UGD bilang padaku, bahwa hasil diagnosa Dokter yg menanganinya, menyatakan bahwa pasien tersebut mengalami amnesia sementara akibat benturan kuat yg menimpanya saat kecelakaan itu terjadi."

"Mwo?" seru mereka semua bersamaan.

"Ja-jadi, maksud Hyung, Yoongi Hyung lupa ingatan?" tanya Soobin memastikan.

Namjoon mengangguk, "aku pikir juga begitu."

"Lalu siapa pemuda yg bersamanya tadi sayang?" tanya Jin.

"Mungkin dia yg menolong Yoongi saat kejadian." jawab Namjoon.

Semua nampak terdiam.

"Ja-jadi ternyata Yoongi Hyung sudah benar-benar melupakanku." Jimin bergumam pelan.

Eoma Park kembali memeluk anaknya, "jangan berkata seperti itu, nak. Yoongi tidak melupakanmu. Dia hanya sedang tidak ingat siapa dirinya."

"Tapi itu bukan alasan dia melupakanku, Eoma," Jimin kembali terisak, "dia bilang selamanya aku ada di hatinya. Kalau benar dia mencintaiku, dia pasti ingat siapa diriku saat aku memeluknya tadi. Ta-tapi..... Yoongi Hyung malah mendorongku, dan dengan bangganya dia menggandeng pemuda disampingnya dan bahkan pemuda itu berkata bahwa Yoongi Hyung adalah kekasihnya. KEKASIHNYA, EOMA!!!!!!" Jimin semakin histeris dalam tangisannya.

Eoma Park hanya bisa mengeratkan pelukannya tanpa mampu berkata apapun. Sementara yg lain hanya bisa terdiam. Mereka juga tak tau harus bagaimana karena meraka juga bisa merasakan kepedihan hati Jimin saat ini.

"Lebih baik besok kita pulang ke Seoul saja, Appa," ujar Jimin memandang Appa Min, "tidak ada gunanya lagi kita tinggal disini. Yoongi Hyung sudah melupakan kita."

Jimin melepaskan pelukannya dan beranjak keluar kamar.

"Sayang, kamu mau kemana nak?" Eoma Aera menggamit tangan Jimin sebelum mencapai pintu kamar.

"Aku butuh sendiri, Eoma, mianhe." Jimin pun segera keluar kamar tanpa menoleh lagi.

"Soobin, lekas kau ikuti Jimin," ujar Hoseok, "temani Jimin, jangan sampai dia pergi sendirian."

Soobin mengangguk dan segera menyusul Jimin.

"Jadi kita harus bagaimana, Appa?" tanya Taehyung dengan wajah penuh kecemasan.

Appa Min menghela nafasnya, "lebih baik kita biarkan Jimin sendiri dulu. Mungkin Jimin benar, dia butuh waktu untuk dirinya sendiri dulu saat ini."

"Lalu apakah kita harus kembali ke Seoul saja, Appa?" kali ini Jungkook yg berkata.

Appa Min menghela nafasnya, "Appa juga tidak tahu harus bagaimana nak."

Semua pun kembali terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sedangkan Jimin melangkahkan kakinya ke taman di belakang hotel. Dia mendudukan dirinya di salah satu bangku taman. Pandangannya menerawang ke atas. Begitu banyak yg ad di kepalanya sekarang.

"Yoongi Hyung, apa benar Hyung sudah melupakanku?" Jimin kembali menangis.

Nampak sebuah tangan merengkuh pundak Jimin. Jimin menoleh, mendapati Soobin yg tersenyum padamu, "Aku hanya ingin menemanimu saja, Jim."

Jimin kembali menatap langit. Pandangannya kosong. Dia sungguh tak mengerti apa yg sedang Tuhan rencanakan untuk hidupnya. Baru beberapa hari yg lalu dia sangat bahagia menghabiskan liburannya disini bersama Yoongi dan juga bersama seluruh sahabatnya. Tapi seketika semua kebahagiaannya berubah menjadi airmata kesedihan, apalagi mengingat kejadian hari ini. Hatinya sungguh perih dan terluka.

Jari jemari Jimin kembali mengelus gelang yg melingkari pergelangan tangannya.

"Apa aku harus melepaskan gelang ini, Soobin?" tanya Jimin pelan.

"Kenapa harus kau lepaskan?" ucap Soobin.

"Karena Yoongi Hyung sudah melupakanku," Jimin tersenyum getir, "berarti gelang ini sudah tidak ada artinya lagi. Gelang ini lambang cinta kasih kami. Sebagai pengingat pada diri kami betapa kami saling mencintai. Tapi sekarang......."

Jimin kembali terisak, membuat Soobin membawa Jimin dalam pelukannya, "Kalau kau percaya pada kekuatan cinta kalian, maka biarkanlah gelang itu tetap ada disitu Jim. Dia adalah penghubung kalian berdua. Dan aku percaya kekuatan cinta kalianlah yg akan menuntun Yoongi Hyung kembali padamu."

Jimin hanya bisa terisak, "aku merindukannya, Soobin, sangat merindukannya......."

"Aku tau Jim, kita semua juga sangat merindukan Yoongi Hyung," sahut Soobin, "kamu harus kuat Jimin, untuk bisa melewati semua ini. Ada kami semua yg selalu berada disampingmu. Kamu tidak sendirian Jim."

Di Apartemen Yeonjun, Yoongi sedang tiduran di kamarnya. Sejak pulang tadi, Yeonjun mendadak harus pergi karena ada jadwal pemotretan dadakan yg baru saja dikabari oleh manajernya. Dengan berat hati Yeonjun pun meninggalkan Yoongi sendirian.

Di kamarnya Yoongi begitu gelisah. Sejak pertemuannya dengan Jimin tadi, dirinya dilanda kegelisahan dan kecemasan yg amat sangat dalam. Dia sendiri juga tidak mengerti kenapa. Dia tidak kenal dengan ketiga pemuda itu, walau salah seorang dari mereka mengaku bahwa dia adalah kekasihnya. Dan mengatakan bahwa namanya ada Yoongi.

Jari jemarinya meraba gelang yg melingkar di pergelangan tangannya. Perasaan gelisah, cemas, sedih dan rindu seketika menyeruak kembali di dalam diri Yoongi, dan tanpa sadar airmata Yoongi keluarsendiri tanpa Yoongi tau apa sebabnya.

"Kenapa aku seperti merasakan kesedihan dan kerinduan yg luar biasa? Dan apa benar pemuda itu kekasihku?" gumam Yoongi, "Apakah benar namaku Yoongi, dan bukan Suga?"

Begitu banyak pertanyaan bergumul di pikiran Yoongi, membuat Yoongi berteriak frustasi.

Only You, As Always (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang