Membiasakan Diri

137 38 1
                                    

Seminggu kemudian, Jimin sudah diperbolehkan pulang. Semua pun membawa Jimin kembali ke Hotel, untuk beristirahat beberapa hari sebelum kembali ke Seoul. Sesampainya di Hotel, Jimin memilih menuju kamar Eomanya. Dia tidak ingin kembali ke kamarnya dengan Yoongi,  dan sudah meminta Taehyung beserta Jungkook untuk mengemasi semua barangnya untuk di bawa ke kamar Eomanya.

Yoongi terdiam dan hanya menerimanya tanpa banyak bicara. Seminggu ini Jimin pun terus mengabaikannya. Jimin bersikap begitu hangat kepada semuanya, kecuali Yoongi. Jimin berbagi tawa dan senyumannya kepada semuanya, kecuali Yoongi. Jimin benar-benar menganggap Yoongi tidak ada disitu. 

Yg lain tentu saja menyadarinya, dan selalu menguatkan Yoongi. Yoongi hanya tersenyum dan selalu berkata dia baik-baik saja, bahwa ini adalah hukuman yg pantas dia terima. Semua juga bisa melihat betapa Yoongi sebenarnya begitu tersiksa akan sikap tak peduli Jimin padanya, tapi mereka juga tidak bisa berbuat banyak.

3 hari setelahnya, mereka pun semua bertolak kembali ke Seoul. Sesampainya di Seoul, Jimin langsung masuk ke kamarnya sebelum Yoongi sempat berbicara padanya, setelah membawakan barang-barang Jimin dan juga Eoma Park.

"Yg sabar ya, nak Yoongi," ucap Eoma Park seraya mengelus pundak Yoongi, "Eoma tau, sikap Jimin sesaat setelah dia sadar, sampai sekarang terasa begitu menyakitkan untukmu. Tapi Eoma yakin, suatu saat dia akan bisa memaafkan dirimu, terutama memaafkan dirinya sendiri."

Yoongi tersenyum, "gapapa Eoma, sungguh Yoongi tidak sakit hati dengan sikap Jimin pada Yoongi. Mungkin sikap Jimin terhadap Yoongi tidak seberapa dibandingkan luka yg sudah Yoongi torehkan di hati Jimin."

Eoma Park menghela nafasnya sejenak, "apa.... apa kamu akan menyerah, Yoon?"

Yoongi langsung menggeleng, "sampai kapanpun Yoongi tidak akan menyerah Eoma. Yoongi akan selalu menunggu sampai Jimin benar-benar memaafkan Yoongi dan menerima Yoongi kembali."

Eoma Park memeluk Yoongi, "Kamu tau, kami semua mendukungmu, nak. Jangan lelah berjuang ya. Ada kami semua yg selalu bersamamu disini."

Yoongi tergugu pelan dalam pelukan Eoma Park, "Yoongi sesungguhnya sangat tersiksa Eoma. Membayangkan Jimin yg tidak pernah menganggap Yoongi ada di antara kalian semua. Tapi Yoongi terima Eoma, inilah hukuman yg harus Yoongi terima dan jalani."

Eoma Park hanya bisa mengusap-usap punggung Yoongi, mencoba memberikan kekuatan. Sementara dari dalam kamarnya, Jimin dapat mendengar dengan jelas semua pembicaraan Yoongi dengan Eomanya. 

Hatinya sebenarnya sangat merindukan Yoongi. Bersikap untuk seakan-akan Yoongi tidak ada ketika bersama dengan yg lain sebenarnya juga membuat Jimin tersiksa. Seringkali Jimin menangkap raut sendu Yoongi ketika Jimin mengabaikannya, bahkan tak jarang Yoongi sering memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan airmatanya ketika Jimin berkata sangat tidak mengenakkan pada Yoongi. Atau ketika Yoongi memilih duduk menjauh dari Jimin ketika semua berkumpul bersama hanya untuk memberikan sedikit ketenangan pada Jimin tanpa ada Yoongi yg terlalu berada di dekatnya. Jimin tau dan menyadari itu semua. Tak ada yg luput dari penglihatan Jimin tentang bagaimana Yoongi yg selalu berusaha menjaganya, walau dari jauh, walau melalui Appa Min, Eoma Aera, Eomanya dan juga para sahabatnya.

Jimin mengusak rambutnya dengan kasar dan merematnya. Sampai akhirnya Jimin pun jatuh tertidur.

Hari-hari berlalu begitu saja. Semua disibukkan dengan rutinitas mereka masing-masing, dengan tak lupa sesekali saling berkumpul untuk bercengkerama bersama, berbagi kabar mereka masing-masing. Tentu saja, Yoongi hanya bisa bergabung dari kejauhan, memperhatikan bagaimana kedua orangtuanya, Eoma Park, Jimin dan semua sahabatnya berbagi kehangatan bersama. Masih tak ada yg berubah dari Jimin. Dia masih tetap mengacuhkan Yoongi.

Sampai akhirnya malam ini, ketika mereka berkumpul untuk makan malam bersama di rumah keluarga Min, Yoongi memilih untuk tidak datang dengan alasan banyak pekerjaan kantor yg harus dia selesaikan, dan memilih untuk menerima proyek kantor di Jepang untuk beberapa minggu ke depan. Tadinya Appa Min bermaksud untuk menyuruh orang lain untuk mengurus proyek itu, tapi Yoongi langsung mengajukan diri untuk memegang proyek itu.

Appa Min tau, itu hanya salah satu cara Yoongi untuk tidak selalu berada di sekitar Jimin dan membuat Jimin merasa nyaman tanpa kehadiran Yoongi. Appa Min juga tidak bisa berbuat banyak. Dia pun menyetujui keputusan Yoongi. Persiapan pun dilakukan seminggu menjelang keberangkatan Yoongi ke Jepang.

Makan malam berlangsung dalam suasana yg penuh kehangatan. Mereka menikmati makan malam mereka masing-masing dengan diselingi obrolan ringan antara satu sama lain.

Selesai makan malam, semua berkumpul diruang tengah untuk menikmati minum bersama.

"Jadi Namjoon dan Jin kapan menikah?" tanya Appa Min sembari menyesap minumannya.

"Mungkin 3 bulan lagi, Appa." Jawab Namjoon.

"Apa kamu sudah siap memasuki kehidupan setelah menikah, Jin?" tanya Eoma Aera.

Jin mengangguk, "rasanya sudah tidak ada yg Jin inginkan lagi, kecuali mengarungi kehidupan berumahtangga dengan Namjoon, Eoma."

Namjoon tersenyum dan menggenggam tangan Jin seraya berbisik, "I can't wait to have u as mine forever, baby."

"Eoma turut berbahagia untuk kalian berdua, sayang." Ucap Eoma Park tersenyum menatap Namjoon dan Jin.

"Kalau kalian?" tanya Appa Min menatap Hoseok dan Soobin.

"Kami sedang fokus untuk mengembangkan studio tari kami, Appa," jawab Hoseok, "sembari memantapkan hati kami berdua."

"Memang belum mantap?" goda Jin.

Soobin tersipu malu, "aku sih udah siap Hyung, Tapi Hoseok Hyung mau mempersiapkan semuanya untuk kami."

"Bagaimanapun aku harus bertanggung jawab atas diri Soobin kalau kami menikah nanti, Jin," ucap Hoseok tersenyum, "aku harus mempersiapkan tempat tinggal yg nyaman untuk kami berdua dan juga kepastian finansial untu menunjang hidup kami ke depannya."

"Whoa.... daebak, Hoseok Hyung." seru Taehyung.

"Kalau kalian, gimana." gantian Eoma Aera yg menatap Taehyung dan Jungkook.

"Nanti aja, Eoma," jawab Jungkook cepat, "aku dan Taehyung baru saja memasuki dunia model. Kami ingin menikmati dunia baru kami dulu."

"Ah begitu rupanya." ucap Eopma Aera.

"Asal jangan keenakan aja ya kalian," goda Hoseok, "nanti malah lupa untuk menikah."

Yg lain hanya tertawa, sementara Jimin nampak terdiam. Semua sahabatnya punya tujuan dalam hidupnya, berkarier dan menikah. Sedangkan dia?

"Kalau kamu sendiri gimana, sayang?" tanya Eoma Park sembari mengusap pundak Jimin yg kebetulan duduk disampingnya.

"Aku masih begini aja, Eoma," ucap Jimin dengan senyumannya, "pekerjaanku di toko bunga Eoma sungguh membuatku sibuk belakangan ini."

Semua memandang Jimin, entah mau berkata apa. Mereka semua sangat menjaga perasaan Jimin dan tidak ingin semakin melukai hati Jimin untuk bertanya tentang Yoongi.

"Eh, Appa," Namjoon membuyarkan lamunan mereka semua, "Apa Yoongi jadi ke Jepang?"

Appa Min belum sempat menjawab, tapi Jimin sudah lebih dulu bersuara, "Yoongi Hyung mau ke Jepang?"

Appa Min mengangguk, "Nee, Jim. Yoongi akan memegang salah satu proyek perusahaan yg ada di Jepang untuk beberapa minggu ke depan."

"Yoongi Hyung kapan berangkatnya, Appa?" kali ini Taehyung yg bertanya.

"Eoma denger katanya minggu depan sih, Tae." Jawab Eoma Aera.

Jimin terdiam. Ada rasa khawatir tiba-tiba menyeruak di hatinya. Mendengar Yoongi yg akan pergi jauh dan dalam waktu yg lama membuat Jimin diliputi rasa khawatir dan cemas. Apa jadinya hidupnya tanpa ada Yoongi di sekitar dirinya? 

Selama ini Yoongi berusaha menjaga jarak dengan Jimin, tidak terlalu dekat tapi juga tidak terlalu jauh. Yoongi yg selalu memastikan Jimin baik-baik saja, Yoongi yg tak pernah berhenti menjaga dan memperhatikannya, walau Jimin selalu menghindari Yoongi. Tapi Jimin menjadi begitu terbiasa akan kehadiran Yoongi di dalam hidupnya.

Dan sekarang, mendengar kabar kepergian Yoongi dalam waktu dekat, membuat Jimin dilanda gundah gulana yg luar biasa.

Only You, As Always (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang