Hi hi pembaca karya cheese - eatmeduasatu. semoga kalian suka dengan cerita pertama yang aku tulis disini. support dengan bagikan dan vote untuk setiap part biar makin rajin halu. kalau kalian mau mampir karyakarsa punyaku juga boleh, mau didukung juga boleh biar tetap bertahan hidup.
salam kenal , cheese.
...
Dua minggu setelah kejadian malam itu Dimas dan Anindya tetap melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Jika Anindya mempunyai waktu luang untuk memasak, dia tidak lupa untuk menyiapkan bekal makan siang untuk Dimas. Hingga muncul gosip bahwa Dimas sudah beristri karena selalu percaya diri setiap kali membawa bekal tersebut.
'Jangan-jangan Pak Dimas sudah punya istri, tiap makan bekal kelihatan seneng banget' kurang lebih seperti itu. Namun akan ada satu atau dua orang yang akan curiga dengan kotak bekal tersebut. Seperti halnya Bella--teman dekat Anindya. Bella yang mempunyai waktu luang bersama Anindya lantas menanyakan sebuah pertanyaan yang mampu membuat Anindya gelagapan.
"Nin, bekal makan siang yang dibawa sama Pak Dimas itu dari kamu, kan? Kotak bekal itu punya kamu, aku yakin." Anindya membelalakkan mata karena tidak mampu menutupi rasa kagetnya setelah mendengar pertanyaan yang Bella berikan.
"Bel," Anindya mengangguk. "Aku mohon jangan kasih tahu siapa-siapa." Bella berjanji tidak akan membocorkan rahasia ini.
...
Dua minggu ini juga Dimas merasa waktu yang dia lalui begitu cepat, intensitas pertemuan yang meningkat semakin lama menjadikan hubungannya dengan Anindya semakin dekat. Dia juga tidak menyangkal bahwa kejadian malam itu telah mengubah sedikit pandangannya tentang bagaimana menjalin sebuah hubungan. Dia juga tidak mengelak bahwa sepanjang harinya hanya memikirkan Anindya. 'Bagaimana jika Anindya terbebani dengan kehadirannya disekitarnya.'
Selama dua minggu itu pula Dimas juga khawatir pada saat Anindya mengatakan telat datang bulan. Anindya mengatakan hal itu dengan sedikit ketakutan jika tiba-tiba dia hamil dan naasnya harus dikeluarkan dari kampus. Dimas hanya mampu menenangkan bahwa Anindya tidak perlu khawatir mengenai hal tersebut.
Dimas yang pulang sedikit telat karena ada rapat dengan jajaran birokrasi sudah disambut dengan potret Anindya yang sibuk dengan masakan didepannya. "Masak apa?" Tanya Dimas. Dapur di apartemen milik Handy memang terbilang lengkap. Ada satu meja makan dengan dua kursi yang saling berhadapan. Dimas memutuskan untuk duduk diruang tamu setelah mencuci kaki dan meletakkan barang-barangnya dikamar. Dia juga masih sempat memandang kagum kepada Anindya yang sibuk dengan dunianya.
"Sop ayam. Pak Dimas belum makan, kan?" Tanya Anindya. Dimas tidak langsung menjawab, dia masih sibuk membuka dua kancing kemeja teratasnya. Entah mengapa kebiasaan Dimas itu tidak pernah mendapatkan teguran dari Anindya.
"Belum, saya minta, ya. Gantian saya yang cuci piring. Kalau bahan dikulkas sudah habis nanti kita beli lagi." Jawab Dimas. Anindya mengangguk. Dimas kembali mengamati Anindya dan baru menyadari bahwa Anindya dengan rambut yang diikat asal justru terlihat lebih menarik, leher jenjangnya terlihat begitu jelas.
Ting... Tingg...
Ponsel Dimas berbunyi menunjukkan notifikasi dari temannya.
Handy : "Jujur sama gue, kenapa lo nyimpen kondom banyak banget? Jangan bilang lo doyan sama dedek Anin."
Hari ini, Handy memang menghubungi Dimas untuk mengambil sesuatu yang tertinggal dilemari yang berada di kamar Dimas. Anindya yang berada diapartemen lantas memberikan izin kepada Handy atas permintaan Dimas melalui pesan singkat. Dimas sangat paham dengan arah pembicaraan yang akan Handy lanjutkan. Mau menolak dengan alasan apapun, Handy akan menggali informasi tersebut sampai akar.
Dimas : "Mending otak lo buat mikir yang positif, Han."
Dimas mengaku menyimpan beberapa kondom dikamarnya. Namun tidak pernah dia bayangkan akan tertangkap oleh temannya. Tak hanya itu, kadang juga Dimas merasa otak mesum yang bersarang dalam kepala Handy telah menular kepadanya tiap kali dekat dengan Anindya.
Tidak terasa, hidangan makan malam telah tersaji rapi diatas meja. Keduanya menyantap makan malam dengan tenang hingga Anindya memutuskan untuk membuka suara. "Pak Dimas, saya mau minta maaf. Karena saya menyiapkan bekal memakai kotak bekal yang modelnya cewek banget jadi Pak Dimas jadi bahan pembicaraan mahasiswa di grup."
"Apa katanya? Saya tidak masalah, masakan kamu enak. Lain kali tidak perlu meminta maaf untuk kesalahan yang tidak kamu perbuat." Dimas memang selalu bijak dengan perkataannya, tapi tidak untuk kelakuannya dua minggu lalu.
"Maaf saya tidak bisa mengatakannya, Pak."
"Baiklah, kalau kamu tidak mau mengatakannya." Dimas memang tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh mahasiswanya tentang dirinya yang akhir-akhir ini membawa bekal buatan Anindya. "Saya lihat ada tumpukan pembalut dikamar mandi."
"Punya saya, saya seneng banget akhirnya datang bulan. Nanti saya ambil, soalnya tadi excited banget sampai kelupaan bawa ke kamar." Anindya menjawab pertanyaan itu dengan antusias karena dia tidak perlu merasa takut dengan bayang-bayang kehamilan.
Dimas bangun dari kursi dan membawa piring-piring kotor ke wastafel untuk dia cuci. "Saya senang lihat kamu bahagia," ucap Dimas seraya meninggalkan Anindya, menyembunyikan senyum bahagianya.
Anindya tidak takut lagi, tumpukan testpack yang telah Dimas belikan setelah mereka berhubungan tidak jadi dia gunakan. Datang bulan yang dia nanti-nanti akhirnya datang.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake or Luck (21)
Romansacw // mature content, rough activities of sex. "Akhhh... Dimasss," desah Anindya saat miliknya dipenuhi oleh milik Dimas. Hubungan dosen dan mahasiswa yang seharusnya tetap pada jalur profesional justru berubah menjadi hubungan intim yang begitu p...