5. Know you better

491 19 0
                                    

Jangan lupa vote dan dukung cheese

...

Anindya sudah tidak malu lagi setelah mendengar pengakuan yang diberikan oleh Dimas. Semakin hari, Anindya semakin rajin menyiapkan bekal untuk Dimas dan juga dirinya sendiri. Kotak makan itu masih tetap Dimas bawa.

Agenda makan siang dengan menu yang disiapkan oleh Anindya harus berubah menjadi suram saat Dimas mendapatkan pesan singkat dari sekretaris ayahnya. Sebuah pesan yang meminta kedatangannya untuk makan malam bersama ayahnya. Satu-satunya orang yang menjadi alasan mengapa Dimas memilih untuk tinggal sendiri. 

Dimas yang hidup penuh kecukupuan itu nyatanya merasa tidak bahagia jika harus terpaksa tinggal bersama dengan ayahnya. Sebuah ironi.

Dimas : "Ya." 

Dimas menatap bekal makan siang yang Anindya siapkan untuknya. Berbulan-bulan mengenal Anindya ternyata menjadi momen bahagia selama dia hidup. Anindya yang selalu menghargai setiap hal kecil membuatnya membuka mata bahwa selalu ada kebahagiaan yang hadir. 

Dan setelah tahu bagaimana pandangan para mahasiswanya tentang dirinya dari Anindya, Dimas mulai menata ekspresi dan tidak sekaku dulu. Dia mulai bersikap santai. Hal ini tentu menjadi sebuah perubahan yang sangat signifikan karena hampir semua mahasiswanya menjadi kaget dengan itu. 

"Rajin bawa bekal ya, pak, sekarang?" Tanya salah satu mahasiswanya yang sedang mengumpulkan kertas-kertas ujian diatas mejanya.

"Iya," jawab Dimas santai sembari memasukkan kotak bekal yang sudah kosong itu ke dalam tasnya. "Kebetulan ada yang masakin." 

"Istri, ya, pak?" 

"Bukan, saya belum menikah," jawab Dimas. 

Seperti biasa, forum mahasiswa akan ramai dengan pengakuan ini. Anindya yang menjadi anggota forum lantas tidak berkomentar apapun. Karena sebenarnya dia juga jarang berinteraksi dengan penghuni forum lainnya. 

"Nin," panggil Bella. Saat ini Anindya sedang menikmati makan siangnya di gazebo kampus. Anindya menoleh mendengar Bella memanggil namanya. "Nin, sebenarnya aku curiga kalau itu kotak bekal punya kamu." 

Anindya tidak mampu menyembunyikan ekspresi kagetnya. Bagaimana bisa Bella mengatakan hal seterang itu. 

"Mana ada? Kamu tahu, kan? Pak Dimas galaknya kayak gimana?" Sanggah Anindya. 

"Nin, kita udah temenan dari mahasiswa baru. Aku hafal banget sama kotak bekal kamu." 

"Iya, Bel. Kamu benar." 

Bella akhirnya tidak lagi menaruh rasa curiga mengenai kotak bekal tersebut. Bella masih penasaran dengan satu hal yang dia curigai. Namun, dia tidak ingin bertanya lebih lanjut. 

Anindya akhirnya menceritakan skenario palsu bagaimana kotak bekal itu selalu Dimas bawa hampir setiap hari. Anindya hanya berharap bahwa Bella percaya dengan apa yang dia katakan tanpa bertanya lebih lanjut. 

...

"Halo, Kak. Aku kan udah bilang kalau aku tinggal sama temanku. Jadi kakak nggak bisa bebas kesini. Aku nggak enak tahu," jelas Anindya pada sambungan teleponnya. 

"Setidaknya kakak mau lihat kamu sekarang tinggal dimana." 

"Aman kok tempat tinggalnya, aku matiin dulu, mau nyuci," ucap Anindya mematikan panggilan tersebut. 

Ricky, anak dari ayah angkatnya. Setelah ibu kandung dan ayah angkatnya meninggal beberapa tahun silam. Anindya benar-benar tinggal sendiri bersama dengan Ricky. Kakak sekaligus wali yang dia miliki satu-satunya.

Ricky yang saat itu sedang berkuliah dan sudah masuk semester akhir harus mengambil cuti untuk mencukupi biaya hidup dirinya dan Anindya. Tidak adalagi lulus tepat waktu, Jika tidak diancam Anindya untuk melanjutkan kuliahnya, mungkin Ricky sudah di keluarkan dari kampus. Namun, berkat ancaman yang Anindya berikan tersebut, Ricky akhirnya mendapatkan pekerjaan disalah satu perusahaan besar. 

Anindya yang saat itu lulus SMA berniat untuk tidak melanjutkan pendidikannya dan mulai bekerja untuk membantu kakaknya yang tengah mati-matian menyelesaikan skripsinya.

Atas paksaan dan dukungan yang kakaknya berikan, Anindya mampu berada dititik ini. 

Anindya dan Ricky adalah kakak beradik yang saling menguatkan satu sama lain. 

Namun, semenjak kejadian malam itu, Anindya bertekad untuk tidak mengecewakan kakaknya. Dia dengan rapat menutupi kehadiran Dimas disekitarnya. Sehingga, Anindya selalu menawarkan untuk bertemu diluar supaya Ricky percaya bahwa hidupnya baik-baik saja. 

...

Dimas : "Mau makan diluar?" 

Anindya yang baru saja selesai menjemur pakaiannya merasa dikagetkan dengan notifikasi ponselnya.Dimas mengajaknya makan diluar. Ada perasaan senang. Namun Anindya segera menangkisnya dan cepat-cepat menyadarkan dirinya untuk kembali waras. 

Anindya : "Mau."

Dimas : "Sebentar lagi saya sampai apartemen, kamu langsung saja turun."

Malam ini keduanya pergi menikmati makan malam bersama disalah satu restoran terkenal kota ini. Keduanya mulai mengenal satu sama lain, bukan sebagai dosen dan mahasiswa. 

Keduanya mulai berbagi banyak hal, mulai dari makanan favorit, film atau sesekali membicarakan mata kuliah yang Dimas ajar. 

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah mengawasi mereka sejak keluar dari gedung apartemen. 


Mistake or Luck (21)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang