cw // mature content, sex scenes
if you under 21 please don't read
...
"Saya mau bapak." Pernyataan itu tentu membuat Dimas kaget.
"Anindya, kamu yakin? Saya tidak mau kalau kamu melakukan ini dengan keterpaksaan."
"Tidak, saya memang menginginkan bapak." Tanpa basa-basi, Dimas kembali mencium perempuan yang ada di depannya sambil menggendongnya menuju kamar. Dimas sudah tak peduli dengan tugasnya. Dia berpikir masih bisa mengerjakannya nanti. Memang benar ucapan teman-temannya untuk mengontrol nafsunya. Karena di samping Anindya, Dimas lemah akan hal itu.
Dimas melepaskan ciumannya dan membuka pakaiannya menyisakan celana pendeknya. Anindya masih masih duduk di tepi ranjang milik Dimas. "Anindya, aku izin buka baju kamu." Anindya mengangguk dan membiarkan Dimas membuka satu persatu pakaian yang menempel pada tubuhnya. Kini hanya tersisa celana dalam berwarna hitam yang menutupi bagian tubuhnya.
Anindya mencoba menutupi bagian payudara dengan tangannya. Namun dengan segera Dimas mencegahnya. Dimas mencium singkat bibir Anindya sambil merebahkan tubuh Anindya di atas kasur. Perlahan, ciuman Dimas turun menyapa leher, tulang selangka dan tak lupa meninggalkan jejak kemerahan di sana. Dimas mengulum payudara Anindya.
"Ahhh, ahhh," Anindya meremas rambut Dimas. Dimas yang merasa kegiatannya terganggu mengunci kedua tangan Anindya dengan tangannya. Banyak bekas kemerahan di sekitar payudara Anindya karena ulah Dimas.
Dimas mengubah posisinya, dia menggeser tubuh Anindya tepat ditengah-tengah ranjangnya dengan punggung Anindya yang dia ganjal dengan bantal. Dimas membelai inti tubuh Anindya keatas kebawah padahal masih terhalang oleh celana dalam. Anindya sudah basah, Dimas menarik celana dalam Anindya dan meletakkannya sembarang.
Dimas menaikkan kaki Anindya hingga menutupi payudaranya. Anindya benar-benar menganga dengan lebar. Dimas dapat melihat inti tubuh Anindya yang tampak memerah karena ulah sebelumnya. Jika sebelumnya dia masih dalam pengaruh alkohol. Maka saat ini dia dapat melihat bagian itu dengan sangat jelas.
Perlahan, Dimas menyentuh bagian yang merapat itu dengan jari telunjuknya. Anindya terkesiap. "Ahh, aku nggak mau."
"Tadi kamu yang minta, Anindya." Dimas semakin menggoda Anindya. Diusapnya bagian inti Anindya dengan lembut. Anindya mulai merasakan miliknya berkedut saat disentuh oleh Dimas. Jantungnya berdegup kencang dan dia berusaha untuk mengatur napasnya yang terputus-putus. Lutut Anindya bergetar saat Dimas memasukkan dua jarinya ke dalam sana dan menggerakkan jarinya keluar masuk.
"Ahhh, hmmmpp..." Anindya mencengkram pundak Dimas.
Kini, Dimas mencium kembali bibir Anindya dengan jari-jari yang belum berhenti bergerak. Dimas menarik jarinya dan mengusap permukaan sana dengan tempo yang cepat. Dimas menggetarkan bagian itu hingga mampu membuat Anindya meliuk tak karuan. Sekuat tenaga Anindya berusaha untuk menyingkirkan tangan Dimas yang masih menggetarkan inti tubuhnya namun gagal. "Ahhh... arghh... ahhh... arrhh... AAKHHH" Anindya benar-benar banjir oleh awalan yang diberikan oleh Dimas.
Kini, Dimas membuka habis celananya. Menampilkan miliknya yang sudah sangat tegang. Saat hendak menggoda inti tubuh Anindya. Anindya bangun dan memegang penis Dimas. Dimas kaget dengan apa yang dilakukan oleh Anindya. Dimas berdiri dengan lututnya diatas ranjang dengan Anindya yang mulai memberikan pijatan ringan dipenisnya. "Astaga, Anin.. Kamu tahu dari mana?" Dimas benar-benar dibuat kagum ketika Anindya memijat miliknya dengan kedua payudaranya. Anindya membuatnya gila. Anindya meremas payudara miliknya yang mengapit penis Dimas. "Ahhh, yesss," desah Dimas.
Anindya semakin cepat memberikan pijatan, Dimas mengerang karena berhasil keluar dengan cairan yang mengenai sekitaran payudara dan turun ke perut Anindya.
Keduanya istirahat beberapa saat, Dimas bangkit mengambil kondom yang dia simpan di laci kamarnya dan kembali membuka kedua kaki Anindya hingga menunjukkan daerah intim Anindya yang tampak mengkilap. Dimas menggoda Anindya dengan menyodorkan miliknya dipermukaan lubang milik Anindya. Anindya merasa geli, dan hanya bisa mencengkram sprei abu-abu milik Dimas.
Perlahan, Dimas memasukkan miliknya ke dalam sana. "AKKKHHH" Anindya melenguh nikmat. Dimas mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, kedua tangannya sibuk memegang paha Anindya untuk mempermudah permainannya. Keduanya sudah diselimuti oleh nafsu yang membara.
Suara penyatuan saat berhubungan intim menguasai seisi ruangan yang bercampur dengan suara desahan. Dimas mempercepat temponya saat milik Anindya sudah terbiasa dengan miliknya. Desahan Anindya semakin meninggi saat Dimas mempercepat temponya. "Awhhh, sakittt, Argh!"
...
Anindya bangun dari tidurnya, merasakan bahwa tubuhnya seolah remuk akibat permainannya semalam. Dia melihat bungkus kondom dengan merek terkenal di Indonesia berserakan dilantai, ada sekitar empat bungkus. Pantas saja jika Anindya merasa vaginanya kebas, ternyata Dimas benar-benar menghabisinya.
Pergerakan ringan Anindya tersebut membangunkan Dimas dari tidurnya. Dimas semakin mengeratkan pelukannya tanda bahwa dia tidak ingin Anindya meninggalkannya. Anindya juga merasakan kulit mereka saling bersentuhan. Hangat.
"Pagi, Anindya," suara serak Dimas khas bangun tidur tersebut membuatnya merinding.
"Akhhh..." Anindya mendesah saat tangan Dimas meremas payudaranya. "Pak, jangan... Akhhhh..."
"Saya tegang, bangun tidur lihat kamu disamping saya."
Anindya merasakan penis Dimas begitu keras mengenai bokongnya. Dimas semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Anindya, tidak lupa semakin kuat meremas payudara Anindya dibalik selimut. Namun, Dimas sejak tadi tidak berhenti menggesekkan penisnya diluar vagina April dalam posisi miring yang tentu membuat aksinya berjalan sangat mudah.
"Euhhh... Euhh..."
"Basah banget, Anindya."
Gelenyar aneh mulai menguasai tubuh Anindya, dia mencengkeram tangan Dimas yang masih meremas payudaranya. Dia juga merasakan vaginanya sangat basah karena sejak Dimas menggesekkan penisnya, cairan kental tersebut terus keluar. Saat Dimas menekan perut bagian bawahnya, Anindya merasa geli bercampur nikmat.
"EUHHH..." Desah Dimas yang berhasil mengeluarkan cairan cintanya. Beberapa saat setelahnya, Anindya juga gemetar mengeluarkan cairan bening dari miliknya.
Dimas lantas mencium pucuk kepala Anindya setelah pelepasannya, "I like you," ucapnya lirih.
...
Setelah percintaan kedua yang mereka lakukan dari malam sampai pagi ini, keduanya mulai menunjukkan afeksi melalui sentuhan fisik. Anindya yang sedang duduk bersantai didepan televisi mulai menerima sifat clingy dosennya.
Saat berapa disamping Dimas, Anindya merasa aman dan nyaman.
Tidak ada salahnya dia mengutarakan perasaannya semalam, karena dengan begitu, Anindya akhirnya tahu apa yang sebenarnya dia rasakan.
Meskipun pengakuan tersebut berakhir dengan kegiatan panas yang membuat miliknya masih sedikit terasa nyeri.
...
Lanjut besok-besok, komen dan vote yang banyak
Kalau nggak banyak nggak nulis hehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake or Luck (21)
Romancecw // mature content, rough activities of sex. "Akhhh... Dimasss," desah Anindya saat miliknya dipenuhi oleh milik Dimas. Hubungan dosen dan mahasiswa yang seharusnya tetap pada jalur profesional justru berubah menjadi hubungan intim yang begitu p...