Saat Win pergi menjauh bocah kecil itu terus mengikutinya membuat Win merasa sedikit kesal, namun saat melihat wajah dari bocah itu Win merasa kasihan dan pada akhirnya Win menghampirinya dan mengajaknya bicara, tidak masalah bukan lagi pula dia anak seumuran dengannya dan Papa nya pun tidak tau.
"Ada apa? Kenapa kau mengikuti terus,"
"Aku ingin mengajak Phi main bola,"
"Aku tidak mau, aku sudah punya layangan,"
"Sebentar saja saja Phi, aku ingin punya teman,"
"Memang nya kau tidak punya teman? Kau sepertinya anak orang kaya,"
"Aku tidak punya teman, dan apa itu orang kaya Phi,"
"Aku juga tidak tau orang kaya itu apa, sudah ya aku mau pergi,"
"Tidak bisakah, Phi bermain sebentar dengan ku?"
"Tidak bisa nanti Papa akan memarahiku, kata Papa aku tidak boleh bicara dengan orang asing,"
"Dimana Papa nya Phi?"
"Papa ku tidak ikut dia ada di desa, aku datang ke kota dengan uncle,"
Setelah mengatakan itu Win pun berniat pindah tempat agar bocah itu tidak mengikutinya lagi, namun tetap saja bocah itu mengikuti kemana Win pergi dan saat berlari tidak sengaja bocah itu terjatuh dan kakinya terluka.
"Phi, tunggu Phi, awwww.. Daddy sakit,"
"Heiii... Kau tidak apa-apa kan?"
"Kaki Sean sakit Phi, hiksss.."
Melihat ada luka di kaki dan di tangan bocah itu Win mengeluarkan sapu tangannya, dan membersihkannya lalu menutupnya mengunakan plester yang sering Win bawa kemanapun ia pergi.
"Sudah jangan menangis, kata Papa anak laki-laki itu tidak boleh cengeng, dimana daddy mu?"
"Daddy ada disana,"
"Ayo aku antar kau kesana,"
"Terimakasih Phi,"
Win mengantar Sean ke tempat daddy nya agar kakinya di obati dan tidak terjadi infeksi.
"Daddy!"
"Sean, darimana saja kamu sayang, daddy mencarimu sejak tadi,"
"Tadi Sean main disana dad bersama Phi, dan tidak sengaja Sean terjatuh kaki dan tangan Sean terluka,"
"Astaga... Kenapa kau tidak berhati-hati?"
"Tidak apa-apa ini hanya luka kecil,"
"Luka kecil! Tapi sepertinya kau habis menangis?"
"Tidak Sean tidak menangis, iya kan Phi,"
Win hanya tersenyum saat mendengar Ayah dan anak itu saling bicara, ia berpikir daddy bocah itu baik dan perhatian pada anaknya.
"Phi!"
"I-iya, ada apa?"
"Kenapa Phi melamun? Apa Phi rindu dengan Papa,"
"Maaf, aku harus kembali ke restoran takut uncle mencariku,"
"Kita istirahat dulu Phi, dan kita makan dulu lihat daddy sudah membawakan banyak bekal untukku,"
"Tidak, terimakasih,"
Saat Win ingin pergi Sean menahannya, dengan menarik tangan Win agar Win tidak pergi.
"Dad, cepat bujuk Phi nya supaya mau makan bersamaku,"
"Jika Phi nya tidak mau jangan di paksa sayang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Yang Sama (Tahap Revisi)
RomanceCerita cinta yang begitu rumit dan membuat emosi... Akankah berakhir happy ending?