Bab 3: Tantangan dan Hambatan

3 0 0
                                    

     “Sudah lumayan malam.” Profesor Vincent melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 22:59. “Sepertinya aku akan menginap di sini.”

     “Siap, Tuan Vincent. Satu kamar tidur akan disiapkan untukmu.” Robot pintar Arlo itu pergi ke laboratorium sebelah selatan dan membereskan kamar tidur untuk Vincent. Kamar tidur lama yang sudah dibangun sejak awal renovasi pabrik itu jarang dipakai saat ia sudah menjadi profesor dan bekerja di universitas ternama di Kota Newtonville.

     “Mmh, aku akan mencari bahan-bahan langka itu besok setelah menyelesaikan pelajaran.” Vincent makan malam dengan mie instan yang sudah tersedia di laboratoriumnya. Baginya, laboratorium miliknya adalah rumah keduanya. Meskipun keadaannya sudah lebih baik daripada saat kuliah, ia tidak pernah ingin pindah rumah atau menjual laboratoriumnya. Ia hanya ingin membuat alat-alat canggih dan memasarkannya. Sudah ada tiga produk ciptaannya yang dijual secara umum di toko offline maupun online.

     Malam berlalu dengan sangat cepat, sebelum matahari terbit, Vincent pulang terlebih dahulu ke rumahnya untuk membersihkan diri. Tak lupa, ia juga membawa makanan yang ia butuhkan barangkali ia tidak sempat pulang ke rumahnya lagi. Kurang dari tiga puluh menit, Vincent sudah tancap gas menuju ke universitas ternama di Kota Newtonville untuk bekerja. Ia ternyata sampai terlalu pagi di universitas tempatnya bekerja.

     “Eh, Pak Vin. Sudah sampai di sini aja?” sapa satpam universitas.

     “Eh iya, Pak Sa. Kebetulan tadi pagi bangunannya terlalu cepat. Jadinya saya berangkat ke sininya juga cepat.”

     “Oh, gitu ya, Pak Vin. Yaudah, Pak Vin, silakan masuk.”

     “Terima kasih. Ayo, Pak Sa.”

     Karena di universitas masih sepi, Vincent pun makan terlebih dahulu di parkiran mobil di depan universitas. Tak lupa, ia juga mencari di mana tempat untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat mesin waktu.

     ‘Hah, Pasar Gelap End Ray,’ batin Vincent. ‘Aku harus pergi ke Kota Metropolis City Tenggara untuk mendapatkan bahan-bahannya.’

     Setelah selesai mengajar di universitas, Vincent langsung tancap gas pergi ke Kecamatan Metropolis City Tenggara untuk mencari bahan-bahan langka yang dibutuhkannya. Namun, saat diperjalanan, suasana tidak mendukung untuk pergi ke Kecamatan Metropolis City Tenggara karena jalan utama menuju ke Kota Metropolis City macet total.

     “Yaah, sayang sekali aku tidak membawa motor. Coba saja tadi aku membawa motor,” keluh Vincent. Sambil menunggu kemacetan, Vincent dengan santai membuka multitabnya dan melihat peta.

     “Oh, untung saja aku membawa Multitab, jadi aku bisa menggunakan petapro.com untuk melihat jalan lain.”

     “Oh, ternyata ada jalan alternatif yang tidak terlalu padat. Oh, di lampu merah depan aku harus belok kiri.”

     Setelah itu, Vincent mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi sambil melihat petapro.com.

     Setelah berhasil membeli bahan-bahannya, ia langsung pergi ke laboratoriumnya melewati jalan pintas.

     “Wow, lumayan dekat. Hanya tinggal jalan lurus saja dari sini!” kata Vincent dengan semangat sambil melihat peta dan tancap gas dengan kecepatan tinggi. Jalan yang dilalui oleh Vincent padat penduduk, tetapi di jalan itu tidak terlalu ramai.karena pusat keramaiannya berada di dekat Kantor Camat Metropolis City Tenggara.

     Setelah beberapa menit, ia akhirnya sampai di laboratoriumnya.

     ‘Ah, langsung saja aku mulai membuat mesin waktunya.’

     Keberadaan mobil pribadi Vincent yang berada di jalan membuat Pak Lerd terbingung dengan tingkah pemilik mobil yang menyimpan mobilnya sembarangan.

     “Haduh, siapa sih ini yang menyimpan mobil sembarangan di jalan. Udah tau jalannya sempit.” Kata Pak Lerd yang sedang mengendarai motornya. Dia adalah seorang bapak berumur 48 tahun yang menjabat sebagai ketua RT 001 Kampung Endtown.

     “Hmm, tetapi jika diingat-ingat, ini mobilnya Pak Profesor Doktor Vincent Black. Parkirnya juga di depan pabrik tua yang direnovasi oleh Vincent untuk dijadikan laboratorium.” Pak Lerd mendekat ke laboratorium milik Vincent.

Vincent Black's Time Machine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang