Hari demi hari Vincent telah meninggalkan mesin waktunya. Ia juga sudah meninggalkan Kota Newtonville yang jika dihitung-hitung sudah beberapa Minggu. Vincent yang telah berhasil mengumpulkan bahan-bahan langka prasejarah yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin waktu segera melakukan perbaikan.
“Duarrr!
“Arrrgghh. Aku salah memasang bahan ternyata.” Vincent segera melanjutkan perbaikan mesin waktu buatannya. “Ini di sini, ini di sini dan ini di sini.”
“Duaarrr!
“Arrrgghh! Meledak lagi.” Setelah ledakan kedua, Vincent terus mencoba memperbaiki mesin waktunya lagi. Tetapi kali ini ia tidak ingin terburu-buru lagi. Dalam pikirannya sudah terpasang kejadian yang telah lalu, yaitu ia menyelesaikan mesin waktu dalam tempo yang singkat tetapi mesin waktu buatannya tidak sesuai dengan keinginannya.
Vincent berkata, “Aku akan coba yang seperti ini. Siapa tahu Multitabku salah.”
“Duaarrrr!
“Arrgghhh!” Vincent terpental sejauh 3 meter dari tempatnya memperbaiki mesin waktu. “A-aku salah pasang.”
Vincent segera kembali ke tempat ia memperbaiki mesin waktu. “Arrrgghh! Kalau begini aku harus....”
“Duarr! Petir menggelegar disertai dengan angin kencang dan air yang terjun ke bumi dengan bebas.
“Arrgh, kenapa harus hujan.” Vincent menendang batang pohon di sebelah mesin waktu. “Kalau begini aku harus berteduh dulu.”
Vincent mengambil bahan langka yang masih tersisa untuk dibawa ke dalam mesin waktunya agar tidak kebasahan.
“Kryuuk!
“Argghh! Tadinya aku pikir aku akan pulang hari ini hingga akhirnya aku tidak mencari makan siang dan makan malam, tetapi kenyataannya tidak... sekarang aku malah kelaparan. Aku harus mencari bahan makanan lagi.” Vincent segera keluar dari mesin waktu buatannya untuk mencari umbi-umbian yang ada di sekitar mesin waktu. Tetapi kali ini ia tidak menemukannya. “Loh, di mana letak umbi-umbian itu berada? Perasaan kemarin-kemarin ada di sekitar sini,” ujar Vincent terheran-heran, “masa iya umbi-umbian bisa pindah sendiri.”
Vincent merasa janggal dengan tempat umbi-umbian yang beberapa Minggu lalu ditemukan olehnya. Saat ia menunduk, ia melihat umbi-umbian yang ia temukan beberapa Minggu lalu terinjak sedikit olehnya. “Oh... ternyata yang aku cari dari tadi ada di bawahku.” Vincent segera mencabut umbi-umbian itu dari tanah, tetapi karena tenaganya sudah banyak yang terkuras ditambah dengan cuaca yang hujan, Vincent menjadi sedikit lemah. Ketika sudah berhasil mengambil umbi-umbian, ia juga mengambil daun pakis yang ada di sekitarnya untuk menemani umbi-umbian. Karena batu dan ranting pohon sudah terkumpul, ia tidak perlu repot-repot memungut lagi. Vincent memanfaatkan hujan untuk membersihkan tanah yang menempel di umbi-umbian. Setelah itu ia membakar dan memakannya bersama daun pakis. Rasanya memang aneh, tetapi Vincent tidak punya pilihan lain selain memakannya.
Keesokan harinya, hujan berpetir telah selesai. Vincent terbangun dari tidurnya dan langsung bersiap untuk memperbaiki mesin waktunya. Ia telah mencoba membenarkannya selama berhari-hari hingga membuatnya kurang istirahat dan sekarang ia terserang flu. “Aku harus memperbaiki mesin waktu dan menggunakannya untuk pulang hari ini juga!” Vincent kembali memperbaiki mesin waktu buatannya dengan sangat berhati-hati.
“Duaarr!
“Arrggh! Kenapa meledak lagi!” teriak Vincent di tengah hutan. Saat itu, ia merasakan getaran hebat yang terjadi di area hutan. “Ada apa ini?”
Tanpa diduga, muncul seekor Tyrannosaurus berlari ke arahnya dan Tyrannosaurus itu terlihat marah
“Grraaaarr!
“Aaa, kenapa kau lagi!”
Tyrannosaurus melompat ke arah Vincent dengan cepat.
“Arrgghhh!”
“Desss! Raaarrrrwwrr!
“Hah? Apa itu?”
Terlihat Brontosaurus dengan cepat menyerang Tyrannosaurus. Karena ia tidak bisa memindahkan mesin waktunya, mau tidak mau ia mengeluarkan senjata prasejarah buatannya untuk membantu Brontosaurus mengalahkan Tyrannosaurus.
“Graaarrr!
“Graaaerr!
“Slup! Satu luncuran tombak prasejarah telah dilemparkan ke Tyrannosaurus.
“Arrggh ini tidak mempan.”
Tyrannosaurus kembali berencana menyerang Vincent dan Brontosaurus kembali menghadangnya dan melawannya. Tyrannosaurus terpental sejauh beberapa meter karena tidak siap. Brontosaurus menatap mata Vincent seolah-olah ia berkata, “Pergilah ke zamanmu, Vincent... Tyrannosaurus biarlah menjadi urusanku.” Tyrannosaurus menyerang Brontosaurus lagi dan kali ini Tyrannosaurus mencoba menggigit leher Brontosaurus.
“Duuaarrr! Dari langit terdengar sebuah ledakan yang sepertinya itu bukanlah suara petir.
“Apa itu?” tanya Vincent.
Sebuah asteroid raksasa menembus atmosfer bumi dan asteroid raksasa itu mengarah ke Brontosaurus dan Tyrannosaurus. Karena kecepatan asteroid itu sangat tinggi, Vincent tidak sempat menghindar dan ledakan hebat seta getaran kuat pun terjadi. Pintu mesin waktu Vincent menutup sendiri dan menghasilkan getaran hingga membuat Vincent jatuh kembali.
“Haa, apakah ini adalah akhir hidupku ya?” Vincent terbaring dengan posisi tengkurap, ia merasa lelah dan juga terkena flu, serta terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi. “Aaa.” Vincent berbicara lemah sesaat setelahnya ia pingsan di mesin waktu buatannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vincent Black's Time Machine
Science FictionVincent Black's Time Machine adalah cerita fiksi ilmiah dan petualangan yang menceritakan tentang seorang profesor bernama Vincent Black yang menantang dirinya sendiri untuk menciptakan mesin waktu canggih untuk membawanya ke masa depan. Namun bukan...