Bab 2: Ide Brilian

2 0 0
                                    

     Beberapa tahun pun berlalu dengan sendirinya. Meninggalkan tahun-tahun sebelumnya. Ini adalah tahun 2024.

     Vincent dan Leo telah berhasil meraih gelar doktornya dengan mulus, bahkan sekarang mereka telah mendapat gelar profesor sesuai dengan cita-cita mereka. Mereka juga bekerja di tempat yang sama, yaitu di universitas ternama di Kota Newtonville, yaitu universitas yang terletak di tengah kota. Tetapi Vincent belum puas dengan hasil yang ia raih. Ia ingin lebih kreatif dan inovatif lagi, seperti bisa menciptakan alat canggih baru, bisa menjadi rektor, dan lain-lain. Beda halnya dengan Leo yang hanya ingin menulis buku bermanfaat untuk didagangkan kepada seluruh mahasiswa maupun masyarakat umum dengan harga terjangkau.

     “Hari ini selesai juga.” Leo mengambil mobil miliknya yang masih terparkir di parkiran depan universitas. “Saatnya membuat buku dan menerbitkannya lagi untuk Minggu ini.”

     “Ahh, alat apa lagi yang harus aku ciptakan kali ini? Sepertinya semua alat sudahku ciptakan.” Vincent mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir. “Emm, kira-kira alat apalagi yang harus diciptakan?”

     Di pintu gerbang depan universitas, mobil Vincent dengan mobil Leo bertemu.

     “Tiiiid!

     “Silakan duluan, Pak Leo,” kata Vincent.

     “Baik, Pak Vin. Terima kasih, Ayo saya duluan!” balas Leo.

     "Iya, hati-hati dijalan!”

     Vincent sedang mengendarai mobil pribadi miliknya. Ia bekerja sambil kuliah. Hasil kerjanya seperempat ditabung dan sisanya untuk bayar kuliah dan makan. Sebelum menjadi profesor, Vincent bekerja dengan giat di Universitas Maju Kota Newtonville. Setelah ia menjadi profesor, uang yang dikumpulkannya sudah banyak hingga bisa membeli mobil pribadi second.

     Di jalan, ia memikirkan bagaimana caranya agar bisa menguasai teknologi canggih lainnya. Tahun 2024 ini ia sudah menguasai semua teknologi canggih yang ia tahu.

     “Ahaa. Ini adalah tantangan terakhir untukku, aku akan membuat mesin waktu yang bisa mengantarkanku ke masa depan. Di masa depan, aku akan belajar cara untuk membuat teknologi canggih yang ada di san. Setelah itu aku kembali ke masa ini, dan aku pasti bisa mencalonkan diri sebagai rektor di Universitas Maju Kota Newtonville karena aku bisa membuat alat canggih dari masa depan yang bermanfaat untuk universitas itu. Karena aku bisa membuat alat canggih yang bermanfaat, mereka pasti akan memilihku untuk menjadi rektor,” ucap Vincent dengan keras di dalam mobil hitam yang kacanya tertutup. “Baiklah, aku akan menggunakan multitabku untuk membatuku mendesain, mencari alat dan bahan serta merangkainya menjadi mesin waktu. Hahahaha.”

     Vincent segera melajukan mobilnya dari kecepatan sedang ke kecepatan tinggi. Ia telah memasuki Kota Newtonville yang jarang ada lampu merahnya.

     “Wess!

     Setelah beberapa meter perjalanan, Vincent akhirnya sampai di laboratoriumnya.

     “Akhirnya sampai.” Vincent memarkirkan mobilnya di tempat khusus parkir di Laboratorium Vincent. Vincent langsung masuk ke laboratoriumnya dan disambut oleh Arlo.

     “Hai, Tuan Vincent. Ada yang bisa saya bantu?” tanya robot pintar Arlo.

     “Hai, Arlo. Apakah kamu melihat multitabku?” tanya Vincent.

     “Iya. Ini multitabmu, Tuan Vincent. Ngomong-ngomong, ada apa dengan multitab itu, Tuan Vincent?”

     “Aku ingin membuat sebuah alat canggih yang paling canggih untuk terakhir kalinya, yaitu membuat mesin waktu yang dapat membawaku ke masa depan.”

     “Idemu bagus sekali, Tuan Vincent.”

     “Tentu saja. Seorang profesor itu haruslah pintar.”

     Ia mulai mengotak-atik multitab miliknya. Setelah itu ia mengambil beberapa tumpukan kertas untuk membuat sketsa mesin waktu yang diperlukan. Setelah berhasil, ia mulai menghitung-hitung rumus dan memanfaatkan teori fisika kuantum. Sebelum menciptakan mesin aslinya, ia mencoba membuat miniatur model mesin waktu terlebih dahulu. Saat ia semakin yakin dengan ide besarnya, ia mulai menyusun daftar bahan dan komponen yang diperlukan.

     “Wah, ternyata bahannya selangka dan semahal ini ya?” kata Profesor Vincent sambil melihat multitabnya.

Vincent Black's Time Machine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang