MENAHAN AIR MATA

51 28 0
                                    

Senin, 2024 tepat di jam 5soreh Damian dan Raka akan segera pergi untuk menenangkan pikiran damian sembari menungkan rasa rindu dengan adik nya. Rencana mereka ingin ke makam Nuggrah yang sudah lama tak mereka kunjungi. Sudah hampir 3bulan selalu menggagal kan rencana mereka untuk menghampiri makam itu.

Jujur saja, raka masih belum ikhlas atas kepergian abang nya itu. Di saat senang itu kembali, kenapa harus pergi jauh lagi? Kerap mengantui pikiran raka di soreh itu. Hati nya sakit saat mengingat semuanya. Siksaan, omelan, bahkan kasih sayang nuggrah kepadanya masih sangat dia rasakan hingga bertahun tahun ini. Bagaimana bisa dia menjalani hidup tanpa dorongan seorang abang yang benar benar ingin memajukan adik nya?

" Sudah lama ya dek, pasti nuggrah rindu sama kita "

" iya bang, kalo mau kesini selalu rancangan saja "

Mendengar perkataan raka sekali lagi, sukses membuat damian sakit kembali.

" Bang, adek mau jujur "

" Apa itu? Ada yang mau kamu bilangkan? "

" Adek sampai saat ini belum ikhlas sama sekali atas kepergian bang nuggrah "

" lepas bertahun tahun adek masih belum bisa bang, adek masih butu sosok abang yang bisa menuntun adek ke depan "

" Dek? Adek gak nganggap abang? Abang ada di sini, abang sama seperti nuggrah dek. Jadi abang lah sekarang yang menuntun mu ke depan "

" Masalah kamu belum ikhlas, itu mohon di hilang kan ya dek, itu gak baik "

" Abang ada di sini. Abang bisa jadi apapun yang bisa melindungi adek adek abang di manapun berada "

" Abang usahakan itu dek "

Raka menggeleng kan kepalanya. Berat rasanya jika menganggap orang lain untuk menjadi pedoman hidup nya. Damian hanya sebatas Anak adopsi saja, beda jauh dengan nuggrah yang asli darah daging dari keluarga rehandra.

" Yasudah kita siram bunga nya udah mau gelap "

" iya bang. Habis dari sini bisa temani adek ke supermarket? "

" Bisa, habis ini kita langsung ke situ "

Saat menyiram bunga terahkir, Air mata itu jatuh tanpa di suruh. Imbang dengan rintikan gerimis yang tiba tiba membasahi daerah pemakaman itu dengan sangat cepat.

" eh gerimis, yaudah sini buruan dek. Abang udah selesai "

" iya bang "

Selesai menyiram dan memberikan sedikit doa, mereka beranjak dari tanah pergi secepat nya di karenakan gerimis yang mulai deras membasahi bumi.

" jadi dek? Ke supermarket nya? "

" emm... hujan bang, emang kota gak banjir? "

" kayanya gak deh, kan baru turun juga masih bisalah di terjang "

" oh iyah? Kalo gitu langsung aja ke supermarket nya "

Tak menjawab, damian langsung menggas mobil itu dengan kencang. Menerjang genangan air yang bisa di bilang cukup dalam. Bangunan besar itu pun terlihat dari kejahuan lampu kelap kelip mulai menyala di kegelapan soreh yang hampir di serap dunia. Sebenarnya, supermarket sudah tutup untuk jam segini di kota mereka, makanya memilih untuk berbelanja ke mall yang ada di kota itu.

" kita ke mall aja ya dek, lebih lengkap juga kan? Jadi kamu bisa menemukan barang yang di supermarket gak ada dek "

" iyah bang, Karena di supermarket itu jarang ada barang yang adek mau cari ini "

" yasudah kita parkir dulu ya, di bawah aja biar gak basah kamu nanti "

" iyaaa "

Mobil itu dengan cepat menujuh parkiran bawah tanah yang tersedia di mall itu. Dengan penerang lampu yang ada di masing masing jalan parkiran itu membuat damian tidak terlalu sulit untuk memarkirkan mobil nya. Dia memilih yang dekat dengan pintu masuk dari belakang mall itu. Tak usah menyediakan payung, karena parkiran itu tertutup sekali.

" Abang ikut? Atau adek sendiri aja? "

" ikut abang gak mau kamu sendirian terus "

" yaelah adek udah biasa kali, ke supermarket dekat sini aja sendirian kok "

" yaudah lah abang juga mau cari sesuatu "

" eemm... yaudah yuk lah, tapi temanin adek cari ikan sama bahan masak dulu ya bang abis itu baru kita cari yang lain "

" iya iya "

Tangan raka ia pegang dengan sangat kuat agar tidak ada yang menggangu nya. Ia kaget melihat pria itu sudah seukuran tinggi nya. Padahal kemarin masih jauh di bawah nya. Dia pasti sudah merasakan pedih nya dunia itu. Bagaimana damian bisa tenang? Ia mengingat ucapan adik kandung nya saat masih hidup.

" Abang harus bisa Ngebahagiain adik adik abang yang akan menjadi bagian dari abang. Buat lah mereka sebagaimana abang menyayangi aku "

Damian memejamkan matanya sebentar dan di sana lah ia melihat ragen sedang bercanda gurau dengan bapak dan ibu. Rasa ingin bergabung tetapi kemungkinan bisa hanya 0% saja dari hubungan mereka yang tidak akan pernah bersatu lagi sampai tuhan menyatukan mereka semula.

Banyak hayalan yang damian ambil di mall ini. Keluarga yang lagi menikmati makan malam nya, membuat hati damian semakin sakit. Bahkan dia tak pernah mengajak orang tua kandung nya untuk makan malam di sebuah restoran ataupun mall. Keadaan ekonomi emang lagi seret, tapi gak terus-terusan membawa mereka jatuh ke miskinan kan? Ada masanya mereka bisa mengubah rasa kemiskinan itu. Namun, Tuhan memang mengtakdirkan damian untuk hidup kaya lebih dahulu di bandingkan kehidupan keluarga nya yang bisa di bilang sekarat. Meskipun banyak pukulan, siksaan, bahkan tolakan dari keluarga nya sendiri.

" Bang,... gak apa apa kan? Ada masalah? " Raka yang menyadari damian dari tadi diam dan sesekali memejam kan matanya merasa khawatir seketika. Dia takut terjadi apa apa kepada damian. Akhir akhir ini memang damian hidup sendiri tanpa ada seseorang yang menemaninya di rumah.

" Abang ga apa apa, yaudah sudah siap kan belanja nya "

" sudah bang, gak mau cari barang yang abang bilang tadi? Mumpung lagi di sini kan, "

" gak jadi dek, abang baru ingat di rumah masih ada banyak banget "

" oh iyah, yaudah habis ini kita jangan langsung pulang ya, adek mau ngajak abang jalan jalan adek gak mau lihat abang sedih sedih terus. Adek tau semua nya bang, adek gak mau abang sakit sakitan. Kalo abang sakit, adek juga ngerasa sakit bang "

" hahahaha..... It's okay little brother, just calm down "

ExorcistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang