SERUPA (END)

34 5 0
                                    

Bandung, 2024

Sejuk angin menerpa permukaan wajah Raka saat baru saja keluar dari kendaraan beroda empatnya. Hari ini, dua tahun kepulangan Damian dan Nuggrah harus ia peringati tanpa Liona dan Chandra yang ikut ke tempat pemakaman karena Liona sudah menjadi Maba di Universitas Indonesia Dan Chandra sudah tak lagi menampakan wujud nya di depan mereka. Perlahan langkah kakinya membawa Raka menuju sebuah pusara dengan sebuah papan bertuliskan "Damian Airlangga Mahaputra" dan "Nuggrah Samatha Rehandra".

Raka berjongkok, menebar kelopak bunga cantik dan satu tangkai bungah utuh di atas gubdukan tanah tersebut. Sejenak, ia menatap lamat makam sang abang dan bunda, menikmati teduhnya suasana hari ini.

"Gimana kabarnya, Bang Mian?, Bang Nuga? Adek harap Abang bahagia selalu," katanya dengan kedua tangan yang mengusap papan nisan tersebut. Raka tersenyum tipis, ingin menertawai dirinya yang berbicara sendiri di depan makam sang abang dan bunda.

"Adek Liona izin nggak ke sini, karena dia udah jadi mahasiswa baru di Ui bang. Pintar kan adek nya Raka," tanya Raka lagi.

"Titip salam buat bunda Laxia ya, Bang. Kan Abang dan bunda di dalam sana sebelahan tuh sama Bunda Laxia," ucapnya dengan sedikit kekehan. "Adek masih sedih, tapi jauh lebih baik sekarang. Abang lihat kan, kan, sekarang Adek udah nggak kurus banget kaya waktu sakit."

"Adek sebentar aja, ya bang? Udah soreh soalnya. Nanti Adek balik lagi ya, Bang. Jangan Buat bunda marah di sana!" serunya dengan sedikit kekehan setelahnya.

Raka beranjak pergi dan melanjutkan kendaraannya dengan santai. Cuaca hari ini sedikit mendung tetapi hujan juga tak kunjung turun.

Kehidupan di kota ini tidak pernah beristirahat. Mau hari biasa atau hari libur, kota ini selalu disibukan dengan orang-orang yang berjuang demi sesuap nasi. Seperti saat ini, Raka tengah berhenti karena lampu merah dan melihan seorang pria remaja yang sedang berjualan tisu di sana. Tanpa pikir panjang, Raka membeli tisunya.

"Dek, sini!" teriak Raka dengan melambaikan tangannya ke arah anak tersebut.

"Mau tisu, bang?"  tanya anak laki-laki tersebut begitu menghampiri Raka.

"Iya, satunya berapa?" tanya Raka dengan lembut.

"10.000 aja, bang!"

"Oke, aku mau sepuluh, ya."

"SIAP, BANG. TERIMAKASI!"

"Nama kamu siapa?"

"Nama aku Kamian, umur aku empat belas tahun!"

"Pinter sekali, Kamian. Hati-hati ya, di jalanan banyak orang jahat."

"SIAP, ABANG. AKU PINTER KARATE, KOK!"

"Keren! Abang duluan ya, terima kasih tisunya."

Raka tersenyum, lalu bergumam, "Kok, bisa mirip banget ya?"

"Kamian, mirip banget wajahnya sama bang Nuggrah. Cuma beda hidungnya aja,"

"Kangen di spam omelan sama bang Nuggrah deh...." lirih Raka dengan nada lesuh.

            END.          


ExorcistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang