MANUSIA DAN BATASNYA

28 11 0
                                    

Hari Minggu seharusnya menjadi hari yang menyenanglam bagi anak-anak. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi Liona pada saat ini. Sudah minggu kedua semenjak masa liburan, Liona tidak pernah bermain satu kali pun dengan sang abang.

Selama liburan, Raka hanya sibuk untuk datang ke bimbel setiap hari dari sore hingga malam menjelang. Sedangkan Liona sudah beberapa kali pergi keluar bersama ayah untuk mempersiapkan seragam SMA barunya dan juga peralatan sekolah lainnya. Liona akan menduduki bangku kls 11, beda duatahun dengan Raka.

Raka tidak pernah berpartisipasi untuk sekedar ikut membeli sepatu atau tas baru. Sebenarnya bukan tanpa sebab Raka tidak pernah sekalipun ikut untuk membeli peralatan sekolah guna menyambut kelas dan semester baru. Namun, Chandra selalu mengajaka Liona pergi saat Raka tengah berada di tempat bimbelnya.

"Abang ayo main! Liona bosen, Ayah juga belum pulang!" ucap Liona sembari terus mengetuk pintu kamar raka, tapi tidak ada sahutan dari dalam. Hal tersebut membuat Liona terus mengetuk pintu kamar sang abang.

"Abang, besok udah sekolah hari pertama. Ajarin Liona harus gimana kalau udah kelas dua SMA. Liona ga paham...." ucapnya sembari terus mengetuk pintu, tak lupa dengan boneka ubur-ubur berwarna Pink yang ia dekap di tangan kirinya.

"BERISIK!!" sahut Raka dari dalam. Lalu dengan cepat pintu kamar itu terbuka dengan kasar, menampakan wajah raka dengan amarah yang begitu terlihat dari raut wajahnya.

"Abang, liona mau ngasih ini..." ujarnya sembari tangannya bergerak untuk mengambil sesuatu dari kantong celananya. Itu adalah sekotak susu pink favoritnya. "Abang selama libur belajar terus, Abang nggak pernah main sama adek. Karena besok udah sekolah, Liona cuma mau kasih susu Pink ini biar Abang semangat."

Tanpa aba-aba, Raka ambil sekotak susu pink tersebut secepat kilat, lalu membuka dan menuangkan susu tersebut pada boneka yang adiknya bawa di tangan kiri.

"ABANG!"

"MINUM TUH! SURUH UBUR-UBUR IDIOT LO MINUM!" ucap Raka setelah menumpahkan semua susu itu pada boneka Liona. Dalam hati, Raka merasa sangat puas atas perlakuannya  pada Liona yang selalu menggangunya hampir setiap saat.

"ABANG! NINA JADI BASAH! NANTI DISEMUTIN"

"Gua lebih nggak sudi minum susu dari hama kaya lo. Yang ada gua nanti mati keracunan. Cuih, nggak usah sok akrab lo sama gua. Dasar hama!"

"KAMU KETERLALUAN, BANG!"

"Apa? Di mana letak keterlaluannya?"

Raka berdiri tepat di hadapan Liona sambil berkacak pinggang, seolah mengintimidasi anak perempuan di hadapannya itu.

"Liona tau kamu nggak akan pernah anggap Liona sebagai adik sedikit pun. Tapi sampai kapan kamu lakuin ini ke Liona, hah?! Liona juga bisa capek, Abang!"

"Sampai lo mati dan dikubur pun, gua nggak sudi nerima lo jadi adek gua! LO CUMA ANAK HASIL PERSELINGKUHAN, LO HANCURI KELUARGA GUA, DAN LO SAMA SEKALI NGGAK PANTES BUAT DAPAT BAHAGIA!" ucap Raka sembari menujuk-nunjuk muka Liona.

"Kamu selalu libatin mendiang Bunda Liona kalau lagi ribut....."

"Apa? Mau bela hidup bunda lo yang kotor itu?"

Seketika, panas mulai menjalar di seluruh permukaan pipi kana raka. Ia. Ia mematung dan memcerna tamparan keras yang baru saja menyapa permukaan pipinya. Ia tak menyangka Liona akan l
Melayangkan tamparan keras padanya.

"Setop bahas hal buruk tentang bunda. Tolong biarin bunda tenang. Liona minta maaf udah ganggu hidup abang," lirih Liona. Tangannya bergetar hebat setelah menampar Raka. Kali ini ia benar-benar menangis, dengan air mata deras yang terus mengalir. Sebelum Raka membuka mulutnya untuk memaki, dengan segera Liona kembali ke kamarnya membawa boneka ubur-ubur pink-nya yang sudah lengket akibat disiram susu oleh sang abang.

"Hama nggak tahu diri! Gua pastiin hidup lo nggak akan bahagia, sialan!"

Setelah Raka masuk kembali ke kamarnya, dapat ia dengar suara tangisan anak perempuan di kamar sebelah yang begitu kencang .

Setelah Raka masuk kembali ke kamarnya, dapat ia dengar suara tangisan anak perempuan di kamar sebelah yang begitu kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka mengernyitkan dahinya setelah membaca balasan pesan dari sang adik. "Lihat aja nanti, siapa yang bakal butuh," gumamnya dengan meremehkan pesan sang adik.

Sementara di kamar sebelah, Liona masih menangis terseduh seorang diri. Menjadikan meja belajarnya sebagai tumpuan untuk ia mengistirahatkan kepalanya yang mulai terasa berat akibat menangis. "Liona nggam minta lahir ke dunia, Abang...." lirihnya sebelum ia terlalut dalam kesedihannya hingga tertidur di meja belajar.

ExorcistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang