Raka terdiam sesaat menduduki sofa empuk di balkon kamar Damian. Suasana sore yang nyaman dengan cahaya matahari yang mulai redup, udara yang sejuk, dan angin yang lembut. Suara burung berkicau dan daun berguguran dari pohon menambah kesan damai. Aromanya pun mungkin harum dari bunga-bunga yang sedang mekar. Suasana ini seringkali membuat Raka merasa tenang dan rileks setelah pikiran buruk merajai kepalanya. Sesaat, suara cewek lembut menyapa hangat dirinya seorang yang sedang menatap langit jingga.
"lagi apa bang," itu adalah Liona–adik tirinya. Dan di lanjut, "suasananya indah ya bang, seakan semuanya mendukung perasaan yang telah bahagia ini" lanjutnya yang membuat Raka tersenyum.
"Ikhlasin, Bang. Ikhlasin biar bang Damian dan bang Nuggrah terbang yang tinggi, jangan tahan dia di sini ya bang, Raka," Liona kembali berseru.
"Iya, dek. Maaf, Abang masih suka sedih. Abang––"
"It's okay, Abang. Ayo makan dulu, Adek bawa makanan kesukaan Abang".
"Kita makan di sini aja, boleh nggak, dek?"
"Boleeh banget, sebentar Adek ganti baju dulu ya bang," ucap Liona, lalu berjalan menuju kamarnya.
Sesaat setelah sampai di kamarnya, Liona menghela napas panjang. "Maaf ya, bang, kalau Adek sama Abang Raka masih susah ikhlasin abang," gummam Liona sembari meraup wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exorcist
Teen FictionDi kota Nurbazkia tak ramah di kenal orang tentang keramatnya kota itu. Sebagian orang memilih untuk tidak terlalu lama melewatinya, namun keluarga Navistain tetap kekeh untuk berdiam di kota itu. Tak apa, semenjak kematian anak perempuan mereka, Ca...