Damian diam, merenungi diri nya yang tinggal sendiri di rumah yang besar ini tanpa ada seseorang pun menemaninya. Alih alih pandangan nya teralih kan pada kamar sang adik nya, Nuggrah. Ia menaiki anak tangga sedikit demi sedikit sampai di depan kamar yang masih tertata rapi dan tak berpenghuni sejak bertahun tahun yang lalu. Aroma kas nuggrah masih damian rasakan hingga saat ini. Melihat kasur yang tertata sangat rapih, bantal yang masih bersih dan rak meja yang posisi nya sama sejak kamar ini di tinggal kan untuk selama lamanya.
" Masih rapih "
Diri nya tertarik pada lemari yang berdiri tak jauh dari diri nya. Membuka lemari dan melihat baju baju Nuggrah yang masih rapih. Baju itu putih berkerah sekali lagi memancing pandangan damian di situ, baju yang di kenakan nuggrah saat ke jadian kecelakaan yang merengut nyawa nya itu masih tergantung di lemari itu." ini baju yang kamu pake terakhir kali dek, masih rapih banget tergantung "
" baju ini, baju yang abang belikan waktu kamu mau pergi wisuda SMA kamu kan dek? Betapa senang nya kamu abang belikan baju ini saat itu "
" abang masih ingat sekali masa masa itu dek, abang simpan sampai pada akhirnya abang menyusul kamu di sana dek "
" sekarang abang harus kehilangan dulu baru menyesal tak menjaga mu dengan baik saat itu "
Ucapan itu damian keluarkan. Yang di pendam - pendam nya saat ini akhirnya keluar. Ia tak ingin sebenarnya seperti ini, waktu berjalan dengan cepat keputusan damian untuk menikah dengan perempuan itu terlalu membawa pengaruh bagi keluarga nya. Impian serta imbalan yang dia pegang kini terasa sangat berat untuk di lanjutkan." sadari awal abang dengar kata kata mu dek, abang pasti gak akan kaya gini "
" abang hanya memikirkan karir dan karir, padahal jika abang paham dari mulai awal kalo nikah mudah itu banyak beban nya, dan abang gak ngelakuin itu, mungkin abang sudah bisa di sebut pria berkarir saat ini. Namun takdir berkata lain "
Lepas dari omongan nya, kepala damian terasa berat. Dia keluar dari kamar itu menuju ruang tamu untuk membaringkan tubuh nya di sofa besar itu. Memejam kan mata, sampai tak terlihat apapun.
Saat baru saja hendak memejam kan matanya, suara tlekson mobil terdengar dari luar. Dan ternyata itu adalah ayah dan bunda beserta adik adik nya yang baru saja pulang setelah lama nya mengudara di luar.
" Assalamualaikum, bang tolong bukain pintu nya " Teguran suara yang damian rindukan saat ini, yaitu raka.
" iya iya, sebentar yaa "
" Adek!! " memeluk serta mencium adek nya yang telah ia rindu-rindukan saat ini akhirnya berada di raga pelukan nya.
" abang rindu sama adek "
" adek juga bang, abang sehat kan? Gak kenapa napa kan? "
" abang baik baik aja dek, oh iya ayah sama bunda mana? "
Ternyata raka pulang sendiri saat itu. Bunda ayah dan adik nya, masih liburan. Karena raka mempunyai jadwal ujian, makanya dia pulang lebih awal.
" Ayah bunda dan adik masih di bali bang, adek pulang sendiri karena adek kan mau ujian "
" Loh? Cuma adek sendiri? Naik mobil? "
" iyaa "
" em, oke deh yaudah masuk terus mandi yaa biar kita jalan jalan nanti "
" serius? Oke oke adek mandi dulu yaa, oh iya abang udah mandi? "
" udah dong, abang udah dari jam 4 soreh tadi udah mandi "
" cepat banget, yaudah adek mandi dulu ya bang "
" iya dek "
KAMU SEDANG MEMBACA
Exorcist
Novela JuvenilDi kota Nurbazkia tak ramah di kenal orang tentang keramatnya kota itu. Sebagian orang memilih untuk tidak terlalu lama melewatinya, namun keluarga Navistain tetap kekeh untuk berdiam di kota itu. Tak apa, semenjak kematian anak perempuan mereka, Ca...