Suara dentingan sendok beradu terdengar, suasana yang begitu damai membuat para manusia yang sedang memakan sarapan mereka menampakkan wajah penuh tenang. Axel, yang semulanya tidak bisa diam seperti biasa kini menunjukkan gerak gerik yang begitu tenang karena sang nenek tidak ada disini, jadi sebisa mungkin dia tidak membuat masalah.
Callix menatap sejenak wajah sang adik yang sedikit sembab, senyuman miring terlihat dengan jelas di bibirnya. Badan atletis itu di sandarkan oleh pemiliknya agar lebih leluasa menatap wajah sembab kelincinya.
"So cute, bunny" Lirihnya, dimana tidak ada yang dapat mendengar terkecuali dirinya sendiri.
Merasa di perhatikan, Axel menatap kearah sebrang. Tatapan penuh obsesi terlihat di mata sang kakak membuatnya merinding, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya agar tak bertatapan dengan mata anak iblis kedua alston.
Melihat reaksi kelincinya yang terlihat takut, Callix tertawa kecil. "Wait for me" Ucapnya tanpa suara ke arah sang adik. Tahu akan ucapan kakak keduanya penuh misteri, Axell yang berada di sebelah sang ayah pun menggenggam ujung kemeja yang di pakai pria itu, lihat saja dia akan mengadu ke ayahnya.
Merasakan tangan kecil hinggap di bajunya, Alston menatap dengan intens menunggu apa yang akan di ucapkan putra bungsunya. Tetapi, melihat reaksi bibir yang melengkung indah membuat aktivitas nya terdiam sempurna.
Gertakan gigi beradu terdengar, bahkan kedua tangan berurat yang sedang memegang dua alat makan tergenggam sempurna, bayinya sungguh lucu.
"Takut..." Lirih nya, suara kecil itu terdengar di indera pendengaran nya, melihat sang ayah yang tidak paham, axell mencuri pandangan ke arah sang kakak keduanya. Melihat arah mata bungsunya, Alston beralih menatap sang putra kedua.
Benar saja, Alston sedang mendapati putranya yang tengah menyender di kursi dengan tatapan terhadap bungsunya. Ia menatap seksama. Tetapi, tentu saja Callix hanya kembali menatap dengan penuh pertanyaan ke arah sang ayah.
Genggaman di bajunya kembali mengerat, Alston yang sudah mendapati piring putranya yang sudah habis pun membawa tubuh itu ke pangkuan miliknya. Dengan tubuh yang begitu tegap berotot, Alston membawa bungsunya ke dalam gendongannya, lalu beranjak pergi dari ruang makan.
Sebelum benar benar meninggalkan ruang makan, Axell menyempatkan menatap wajah milik Callix. Remaja kecil itu mengeluarkan lidah kecilnya, seakan mengejek dengan wajah penuh kemenangan yang tertera. Xander, sebagai sulung hanya memperhatikan kegiatan kedua adiknya dengan seksama, tanpa mereka berdua tau bahwa ia telah memerhatikan keduanya sedari awal.
Di tengah perjalanan, Axell mendongak menatap wajah sang ayah dari bawah, di pikir pikir kenapa wajah iblis yang menggendongnya lebih tampan dari dirinya ya?, Alston menundukkan wajah nya untuk menatap putranya yang menatapnya dengan lekat.
"Kenapa?" Suara bariton terdengar, axell menggelengkan kepalanya, dia takut jika pria yang tengah menggendongnya ke pd an akibat pertanyaan di benaknya. Lagi pula tetap gantengan dirinya.
Sinar mentari pagi menyapa indera matanya, tanpa sadar remaja itu tengah mendekatkan wajahnya ke ceruk leher sang ayah. Dengan axell yang masih berada di dalam gendongannya, alston perlahan menceburkan kakinya terlebih dahulu ke dalam kolam renang sebelum benar benar seluruh tubuh nya masuk kedalam dengan putranya.
Merasakan dingin air menyapa kulitnya, mata itu mengerjap, Axell menjauhkan tubuhnya dari sang ayah. Senyuman terbit dengan sempurna di pahatan bak dewa yunani, dengan gerakan yang begitu lincah. Putra bungsu Alston itu mulai memainkan tubuhnya dengan gaya 'dada'. Sebelum putranya menjauh, dengan cekatan Alston menarik kaki putranya, agar perenggangan terlebih dahulu.
"Kenapa, dad?" Tanyanya kesal. Melihat reaksi putranya, tangan kekar itu membawa tubuh putranya agar mendekat ke keramik kolam.
"10 menit, perenggangan. "
Dengan kesal Axell membawa tubuhnya mengapung, lalu menggerakan kakinya dengan lincah keatas kebawah. Begitu juga dengan Alston yang mengikuti pergerakan sang putranya. 10 menit benar benar telah berlalu, dan kini ayah dan anak itu tengah berlomba dengan gaya yang berbeda sampai ujung. Dimana Axell dengan gaya andelannya gaya 'dada' dan Alston dengan gaya 'kupu kupu'.
Sebelum menyentuh keramik. Kaki miliknya di tarik sehingga tubuh miliknya tertarik kebelakang. Axell dengan tidak terima akan kekalahannya pun memberhentikan gerakannya.
"You lose, buny" Axell menatap kearah suara yang ia kenal, benar saja. Callix kini tengah menyenderkan tubuhnya di dinding.
"Daddy curanggg, ulang. Pokoknya ulanggg" Rengek nya tanpa sadar, mendengar suara menggemaskan putranya, Alston mengalihkan pandangannya. Sial, lagi lagi dia terkena serangan mendadak.
Dengan cepat Alston menaiki tubuh nya ke atas keramik dengan kedua tangannya, tangan kekar milik pria itu kini membuka baju yang mencetak dengan jelas tubuh miliknya. Melihat hal itu Axell mengalihkan pandangannya, bukan karena malu, tetapi dia malas melihat perut sang ayah yang berbeda dengan miliknya.
Melihat wajah suram kelinci kecilnya, Callix tertawa kecil. Kelinci nya begitu lucu dengan wajah merengutnya.
"Sudah cukup, Axell." Titah Alston.
Kedua tangan miliknya ia rentang kan kedepan agar menggapai dengan mudah tubuh putranya, dengan malas Axell menggapai tangan milik sang ayah. Tubuh itu pun terangkat ke atas dan kini menempel sempurna di gendongan sang ayah.
"Biarkan callix yang mengurusnya, dad." Callix mengambil alih tubuh adiknya ke dalam gendongannya, menghiraukan baju miliknya basah akibat adiknya.
Axell meletakkan kepalanya di atas pundak milik abang keduanya, tanpa sadar ia tengah menguap. Selalu begini, ia juga tidak mengerti kenapa setelah berenang dirinya selalu mengantuk.
"Tidur lah" Ucap callix, mendengar hal itu Axell menurutinya dengan senang hati.
***
Beberapa dokumen telah alston pegang, melihat para putranya telah siap. Pria berkepala empat itu segera menghampiri ke tiga putranya, dengan bungsunya yang tengah tertidur berada di gendongan Xander.
"Me iré a casa, dad"
Pria paruh baya dengan badan yang masih tegap mengangguk, tatapan yang begitu intens menatap anak yang berada di gendongan cucu nya.
"Bawa dia kembali, alston."
Mendengar itu sudut bibir nya tersenyum "never, dad."
Untuk kali ini cukup dirinya dan kedua putranya yang mengawasi dan menjaga kelinci mereka. Dia tidak akan pernah membiarkan yang lain termasuk keluarganya sendiri menyentuh kelincinya lagi.
~•~•~•~•~•~•
.
.
.
.Me iré a casa = aku akan pulang, ayah
HAII 🙋♀️🙋♀️🙋♀️🙋♀️
Bagaimana kabar kaliann? Aku harap kalian baik baik sajaa.
MAAF LAMAAA HEHEHHE, aku sibuk sekalii, sibuk meeting, sibuk ngurus dokumen, soalnya pemilik indo sih.....
SAMPAI JUMPA TAHUN DEPAN!! SEE YOU AND LOV YUUU
KAMU SEDANG MEMBACA
Axell
Novela JuvenilAxel benar benar merasa tidak percaya saat hidupnya benar benar berubah 180 derajat, kini hidupnya penuh kengkangan dan hukuman, dia ingin bebas tidak mau seperti ini. Braxga keluarga yang penuh dengan orang orang yang berkuasa di negeri ini, kini d...