01; Harus Kehilangan?

1.6K 80 2
                                    

Peringatan. Kisah ini saya rombak dari cerita favorite youngest. Yang itu juga cerita saya. Jadi disini gaada copy paste dari cerita favorite youngest, karena itu cerita saya sendiri. ( Bikin ulang. )

Happy reading~

.

.

.

.

Pagi hari yang cerah, matahari menembus jendela kamar tidur Gita. Tiba tiba Shani membuka pintu kamar Gita perlahan, lalu membuka gorden kamar nya. Posisi Gita yang di depan jendela, mata nya silau, ia membuka mata nya perlahan, melihat Shani yang tersenyum di depan nya, Shani yang mengusap perlahan rambut hitam panjang milik Gita. Lalu berkata, "Bangun yuk Gits. Dibawah udah ada nasi goreng," Ucap Shani.

Dengan mata yang masih ngantuk, ia mengumpulkan nyawanya. Wajah Shani yang ada didepan matanya itu menghiasi paginya dengan indah. Pagi pagi ketemu wanita cantik. "Emhhh .. nasi goreng kak Mpen ya, ci?" Tanya nya pada Shani, sambil mengucek matanya.

Shani mengangguk, "Iyaa cantik. Mau gaa?" Tanya balik Shani dengan halus. Mendengar perkataan tersebut, matanya langsung terbelalak. Karena, nasi goreng yang dibuat chef Feni adalah yang terbaik. "Mau!" Balas Gita. Gita beranjak dari kasurnya, Shani pun keluar dari kamar Gita, beriringan dengan Gita juga.

Dibawah, Gita melihat Feni yang sedang berdiri didepan kompor, sambil memegang spatula. Selain Feni, Gracia pun ada disitu. Gracia sedang sibuk menyiapkan minuman dan menata meja makan.

Sedangkan Shani, ia membantu Gracia menata meja makan. Gita langsung berlari kearah Feni yang sedang memasak, dan berdiri disebelah Feni. Tentu Feni yang menyadari keberadaan gadis kecil itu.

"Adik kecil udah bangun?? Mandi dulu gih, " titah Feni.

"Oke!" Gita menurutinya. Gita langsung berlari secepat kilat menuju tempat penjemuran untuk mengambil handuk, lalu menuju kamar mandi.

Gracia yang melihat adik kecilnya berlarian justru khawatir ia terjatuh, "Gausah lari lari Gitaa!" Teriaknya pada Gita. Gita tertawa garing, ntah kenapa.

Disisi lain, ketiga kakaknya masih teringat peran sang ibu yang selalu ada di dapur. Sering kali mereka bertiga membantu sang ibu. Saat ini, hanya mereka bertiga yang ada didapur setiap pagi.

"Kalo kejadian waktu itu ga terjadi, mungkin mama sama papa masih ada ya, ci, mpen?" Tanya Gracia, dan tiba tiba air matanya menetes tanpa izin.

Shani terdiam sembari membantu Feni memasukan nasi goreng itu ke piring, belum ada yang berani jawab pertanyaan Gracia.

Feni menghembuskan nafasnya, "Mungkin, tapi papa sama mama juga udah tua. Itu takdir Tuhan, Gre.." Balas Feni dengan lirih.

"Pelan pelan kita ikhlasin," Lanjut Shani membalas pertanyaan Gracia.

Ruang dapur itu seketika hening, hanya terdengar suara oseng-oseng dari Feni yang sedang memasak.

Selang beberapa lama, Gita keluar dari kamar mandinya dengan keadaan setengah basah. Dan badannya dibaluri oleh handuk berwarna biru. Melihat kakak kakaknya yang sedang hening membisu, dirinya langsung memecahkan keheningan tersebut.

"GITAAA SUDAH SELESAI MANDIIIII" Ujar Gita dengan nada yang sedikit berteriak.

Shani berjalan menuju adik kecilnya itu, "Yuk Cici anterin kekamar. Kamu hari ini sekolahkan?" Ucap Shani. Gita mengangguk kecil. "Cici bisa anterin Gita?" Tanya nya.

Bungsu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang