7; Explain

750 74 7
                                    

Selamat Membaca ~

.

.

.

Shani ... Bisa ya? Demi Gita" kata Ajidar. Paksaan lembut dari Ajidar, masih membuat Shani kebingungan.

Belum lagi ia dibuat bingung oleh pesan Gracia yang di balas. Semakin sakit kepalanya. Air matanya mengalir tanpa henti.

Mau tak mau, ia harus membalas pesan dari Gracia dengan jujur, lagi pula ia sudah ketahuan.

Ajidar melirik kearah ponsel Shani, "Itu baru Shani yang Aji kenal" gumamnya, bangga dengan Shani yang mulai berani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ajidar melirik kearah ponsel Shani, "Itu baru Shani yang Aji kenal" gumamnya, bangga dengan Shani yang mulai berani.

Setelah 2 tahun penantian Ajidar, Shani mulai jujur.

Yang tadi hanyalah tangisan kecil. Tiba tiba, tangisan kecil itu menjadi jadi.

Ajidar mendekap kan tubuh Shani ke dekapannya. Ia mengelus punggung wanita tersebut, walau ia tahu nanti seragam kerja nya akan basah karna air mata Shani.

Aji tau, jadi Shani tak lah mudah. Ia hanya seorang wanita yang butuh berteduh, dan melampiaskan amarahnya ke seseorang. Namun, ia tak berani untuk mengungkapkannya.

"Kalo Shani mau ngelampiasin amarah kamu, Shani bisa pukul Aji. Keluarin kata kata yang selama ini Shanj pendem"

Shani menancap Ajidar, menyeka air mata yang berlinang, "Aku masih inget ruangan kamu dimana, berarti boleh ya??"

Aji mengangguk, memperbolehkan wanita itu masuk keruangannya.

Shani beranjak dari tempat duduknya, berlari seperti anak kecil menuju ruang Ajidar. Disusul dengan pemilik ruangan tersebut, ya Ajidar.

MGS

Sampailah mereka berdua di ruangan tersebut. Shani langsung berbaring di sofa yang ia sering tiduri selama ada di ruangan Aji.

Disana ada satu sofa, sofa panjang, dan juga . Aji membiarkan Shani berbaring di sofa panjang, sementara ia duduk di sofa pendek.

Ditelinga Aji, terdengar suara isak-an Shani yang ia tahan.

"Jangan kebiasaan, keluarin aja semua Shan, disini ada Aji sama Shani doang kok," Perintahnya.

Ya, benar saja. Ia menangis lagi, menangis kencang sambil menyalahkan diri sendiri.

"Salah Shani! Shani bodoh! Harusnya Shani gak lahir!"

"Shani gabisa jadi kakak ya, kak?" Tanyanya pada Aji.

"Engga Shan.. Shani keren.. Shani bisa jadi kakak yang baik!" Pujinya.

Berkali kali ia misuh misuh pada dirinyw sendiri. Ia merasa bersalah pada kejadian itu.

Bungsu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang