9; Menyusul Mama dan Papa.

595 74 12
                                    

Selamat membaca~

.

.

.

Malam semakin larut, Gita masih menulis diary nya itu hingga lembaran akhir bukunya.

Sampailah dia di lembar akhir, ia pun mulai kehabisan ide. Gadis itu memutuskan untuk
Menyelesaikan diary nya, ia merobek secarik kertas, yang ia tulis sesuatu. Ia menempel kertas itu, di dinding.

Lalu, ia merebahkan tubuhnya. Ia memaksa untuk tidur, tetapi tak bisa. Kekhawatiran menggangu waktunya.

Disisi Shani dan Aji, mereka juga khawatir dengan keadaan Gita. Leukemia yang datang kepada gadis itu, tak memungkinkan waktu lama untuk dirinya bertahan.

Shani membatin, Kalo bisa, jangan Gita dulu.. sambil menikmati film, yang ada dihadapannya, ber-genre penuh tangis.

Aji melirik kearah Shani, mata wanita itu sudah berlinang dengan air mata. Ya, wanita itu menahan tangis.

Pria itu merebahkan tubuhnya ke paha Shani, agar ia bisa lebih jelas melihat kedua paras cantiknya.

"Kamu tetep cantik kalo nangis, hapus dulu air mata nya gih" Ujarnya.

Shani menyeka air matanya yang hampir menetes.

Aji tau perasaan Shani, ia menghawatirkan adik bungsunya itu. Leukemia tak meyakinkan untuk Gita bertahan lama.

Tujuan gua biar bisa buat Gita bertahan hidup, dan jadi suami Shani dimasa depan. Gracia, Feni, dan Gita harus dapet peran ayah Batinnya.

Gita diatas ternyata sudah terlelap dalam tidurnya, pipinya yang basah karena air mata. Ia takut kalau ia tak bisa menemani kakak kakaknya lebih lama.

Aji berusaha semaksimal mungkin, untuk membuat Gita bertahan hidup, nyawa Gita berarti untuk keluarga itu, termasuk Aji.

Sedangkan Feni di kamarnya Gracia, mereka berdua termenung dengan cerita Shani itu. Mereka berdua tak menyalahkan Shani, namun, mereka khawatir dengan keadaan Gita juga.

"Mpen, Gita harus jadi dokter hewan dulu" Ucap Gracia.

"Gita gak mungkin duluan. Dia harus raih mimpinya dulu, Ben," Balas Feni lagi.

Di jam satu dini hari, baru ke-empat orang itu bisa tidur, walau hanya sebentar.

MGS

Kedua pria dan wanita itu bangun lebih awal, untuk menyiapkan sarapan pagi.

Disusul oleh Feni, serta Gracia yang ikut membantu Shani dan Aji untuk menyiapkan makan pagi.

"Mpen, Ci, Kak" panggil Gracia pada ketiga makhluk yang ada di dapur.

Semua suara balasan "Hm?" tertuju pada nya.

"Diantara kalian, ada yang nangis semalem?" Tanyanya.

Semua menggeleng. Gracia semalam mendengar sayup sayup suara tangisan entah darimana.

Gita? Nama adiknya terbesit dalam pikirannya.

Ia berfikir, semalam ia mendengar suara tangisan, bertepatan disebelah kamar Gita. Berarti, Gita yang menangis.

Bungsu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang