Gin diam berdiri di depan gerbang, ia ragu untuk masuk. Kejadian beberapa hari lalu membuatnya sedikit trauma, bahkan sampai terbawa mimpi.
"Gin?" Gin menoleh mendapati kakak kelasnya, Agil.
"Kenapa diem disini? Ayo masuk." Tanya Agil, menarik tangan Gin untuk masuk ke dalam sekolah.
"Gapapa kok, cumak takut aja." Jawab Gin, mendapatkan anggukan dari Agil.
"Kalo gitu kita bareng aja, sekalian mau nganterin bekal buat Mako." Ucap Agil.
(Kelas.)
"Sayang!" Teriak Agil, memasuki ruang kelas 11 mendapat semua pandangan kearahnya. Agil tidak peduli, memilih menghampiri Makoto yang tengah mengobrol dengan Riji dan Arion. Meninggalkan Gin yang berjalan santai ke arah bangkunya.
Gin meletakkan tasnya sebelum berjalan menuju kearah Arion dan duduk disampingnya.
Sebatang cokelat di taruh di depan Gin, Gin menoleh mendapati Riji yang tengah tersenyum padanya.
"Makasih,"Gin balas tersenyum membuka coklat tersebut dan memakannya, sesekali ia akan menyuapkannya ke Riji yang terus menatap kearahnya. Sedangkan Riji? Ia sudah senyam-senyum sendiri mendapatkan perhatian dari Gin.
Sedangkan Makoto dan Agil dapat merasakan hawa terbakar entah darimana.
"Yang, kok gerah ya?" Ucap Agil mengipasi diri dengan tangan. Makoto yang mendengar itu mengambil kipas portabel yang biasanya ia siapkan untuk Mia dan mengipasi Agil.
Sedangkan Arion menatap Agil jengkel.
"Pak, pacar gue jangan dipelototin!" Ucap Makoto merangkul Agil.
"Panas nihh!" Ejek Krow yang baru datang bersama Jaki yang terkekeh geli kearah Arion.
Arion berdecak kearah keduanya, sebenarnya ia tak masalah dengan interaksi Gin dan Riji dia 'hanya' jengkel.
Riji menatap Arion penuh kemenangan dan dibalas dengan tatapan datar dari arion. Sedangkan Gin menatap teman-temannya bingung lalu memilih lanjut memakan cokelatnya.
Sebelum Gin menyuapi Riji lagi tangan di tarik oleh Arion, dan memakan cokelat di tangan Gin membuat wajah Gin merona seketika.
Suara sorakan terdengar di seluruh kelas, mereka terkejut dengan perilaku Arion.
"Cie cie si papi udah mulai kepincut!"
"Si bapak udah mulai beraksi nih!"
"Sabar ya Ji saingan terberat lu udah mulai bergerak!"
Gin yang mendengar sorakan teman-teman dan menunduk pandangannya dengan muka memerah. Mereka yang melihat reaksi Gin hanya tertawa gemas.
Agil yang melihat itu ikut menggoda Gin, sebelum pamit pergi karena jam pelajaran akan segera di mulai.
Kringg Kringg
Bel istirahat berbunyi para siswa berbondong-bondong menuju kantin.
Gin memilih menghampiri Arion yang masih duduk di bangkunya."Arion kantin bareng yuk," ajak Gin berdiri di depan Arion.
Arion menatap Gin lalu mengangguk, Gin terkejut dengan respon Arion yang tidak seperti biasanya. Gin menangkup wajah Arion membuatnya menunduk kearahnya.
"Ini Arion kan? mikazuki Arion kan?" Tanya Gin.
Arion yang mendapatkan perilaku seperti itu, berdecak kesal menepis tangan Gin yang berada di pipinya. Berjalan ke luar kelas meninggalkan Gin yang masih terkejut.
"Arion tunggu!" Gin yang sadar berlari mengejar Arion yang tengah berjalan santai.
Mereka berdua berjalan berdampingan sebelum mereka di hampir oleh Menhan yang mengajak Arion ke ruang guru.