Confision

275 41 10
                                    

Senja mulai menyelimuti taman dengan cahaya keemasan yang lembut. Dibawah pohon besar yang daunnya bergoyang pelan tertiup angin, Adel duduk tepatnya dibangku kayu itu. Matanya yang sendu memandang kearah langit yang perlahan berubah warna, dari oranye hangat ke ungu tua

Adel terlihat tenggelam dalam pikirannya. Perpaduan wajah yang tampan dan cantik itu kini tampak lesu, seolah-olah beban berat menghimpit hatinya. Tangan kanan nya memegang selembar foto yang sudah mulai kusut diujung-ujungnya, foto dia dengan Ashel. Kenangan-kenangan masa lalu berkelebat dibenaknya, membuat dadanya sesak

Matahari yang mulai tenggelam seolah membawa serta harapannya. Bayangan-bayangan panjang mulai terbentuk di tanah dan Adel merasakan dinginnya malam yang akan datang. Dia merapatkan jaketnya, mencoba mencari kehangatan yang kini terasa begitu jauh. Dalam keheningan senja itu, hanya suara lembut angin dan gemerisik dedaunan yang menemani kegalauannya 

"Seharusnya sebelum kamu ninggalin aku, kamu ajarin dulu aku cara melupakan kamu Shel" diakhiri tawa hambarnya. Air mata mulai menggenang disudut matanya. 

Adel memasukkan foto itu kembali kedalam saku jaketnya dan mulai bangkit dari bangku kayu itu.

"Adel?"

Adel membalikkan bedan dengan cepat karena mendengar namanya dipanggil. Disana, seorang wanita cantik tersenyum manis kepadanya, wanita itu pun berlari sedikit dan memeluknya erat

"Aku kangen banget sama kamu" ucapnya yang masih dalam pelukan 

Adel pun mengusap rambutnya sayang dan membalas pelukannya dengan senyuman

"Kamu makin ganteng yah" diakhiri sentuhan kecil dihidung Adel

Adel hanya tersenyum dan tetap tidak mengatakan sepatah kata padanya. Adel pun menarik tangan wanita itu naik ke mobilnya yang terparkir disamping taman itu menuju suatu tempat

***

"Stop" Ucap waita itu seraya menahan tangan Adel yang ingin mengambil botol bir itu

"Berapa botol yang harus kamu minum sampai kamu mau menceritakan apa yang terjadi?"

Adel menarik tangan yang menghentikan pergerakan nya, dan ia kembali menuangkan air dari botol bir itu ke dalam mulutnya. Wajah Adel kini sudah memerah, menandakan dia sudah mulai mabuk

"Aku menyukai wanita sha"

Marsha hanya diam dan mendengarkan lanjutan kalimat nya Adel

"Waktu itu, dia buta. Jadi dia ga tau kalau aku juga wanita, dia selalu anggap aku lelaki yang tampan hanya karena aku punya suara berat hahaha" tawa hambar

"Terus, kamu tau kan aku naik pindah. Lucunya! Dia satu sekolah sama aku ahahahah" nada mabuk nya sudah mulai terdengar jelas

"Tapi sayang banget, dia udah melihat karena operasi mata,.. Hiks" Mulai menangis

Marsha sedikit terkejut, bukan karena Adel yang menyukai seorang wanita, namun karena baru kali ini Adel patah hati. Biasanya, anak ini tak peduli apapun yang berbau percintaan. Adel hanya sibuk keluyuran malam, bolos pelajaran, tawuran dan pesta malam seperti saat ini

"Tau ga? Sekarang dia udah punya pacar baru tau! Secepat itu anjing dia ngelupain aku! ahahahah" Adel tampak frustasi

"Tapi, bukannya dia harusnya udah ngenalin kamu Del lewat suara?"

"Aku juga mikir gitu sebelumnya, dan dia juga udah sempat curiga sama aku. Tapi lihat! Lihat sha! dia lupain aku! sedangkan aku? Malah gini karena dia" Adel yang mulai mabuk pun mulai meracau tak jelas

"Aku kasihan sih sama kamu Del, tapi plis jangan nyusahin" Ucap Marsha pasrah karena melihat Adel yang sudah tertidur dilantai Bar itu

-
-
-

Love Eyeless (End woy! lgsg baca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang