Newspaper

205 34 8
                                    

Kringg....

Ketika bel pulang sekolah berbunyi, satu per satu siswa keluar dari kelas dengan langkah terburu-buru, berharap bisa sampai rumah sebelum hujan turun. Namun, harapan mereka pupus saat tetesan air mulai jatuh dari langit, awalnya pelan, lalu semakin deras.

Di depan sekolah, ada sebuah halte bis yang menjadi tempat perlindungan sementara bagi para siswa. Di bawah atap halte itu, Ashel duduk sambil memeluk tasnya. Rambutnya yang panjang sudah sedikit basah karena hujan yang tiba-tiba turun. Ashel menatap keluar, melihat tetesan hujan yang membasahi jalan dan genangan air yang mulai terbentuk.

Hujan deras membasahi halaman sekolah, menciptakan genangan air yang memantulkan langit kelabu. Suara gemericik hujan yang jatuh di atas genteng sekolah dan dedaunan membuat suasana semakin syahdu.Aroma tanah yang basah dan udara segar sehabis hujan menyelimuti suasana, memberikan rasa nyaman meskipun tubuh basah kuyup.

Ashel mengeluarkan ponselnya dari tas dan mengirim pesan kepada ibunya, memberi tahu bahwa dia akan terlambat pulang karena menunggu bis di halte. Sambil menunggu balasan, ia memperhatikan sekelilingnya.Di bawah atap halte, siswa-siswa yang menunggu hujan reda berbicara dengan nada bercampur antara keluhan dan tawa, menikmati momen kebersamaan yang tidak terduga ini. Ashel tersenyum kecil, merasakan kehangatan momen itu meskipun udara di luar terasa dingin.

Dari kejauhan, semua pergerakan Ashel tampak jelas oleh sepasang mata. Tak jarang ia juga turut menarik bibir nya keatas melihat wajah yang indah itu. Adel, masih setia didalam mobilnya yang berada di pinggir jalan, di depan sekolah mengikuti dan memastikan Ashel pulang dengan selamat

"Hei!" panggil Adel kepada orang lain

"Bisakah kau berikan payung ini kepada gadis yang disana?"

"Bisa, tapi bayar berapa?" Tengilnya

Rooling eyes tercipta kesekian diwajah Adel, ia pun mengeluarkan lembaran uang merah kepadanya

"cukup?"

Tanpa berlama-lama orang itu langsung merampas uang dan payung yang ada di tangan Adel. Ia pun berlari di tengah hujan dan memberikan payung itu pada Ashel

"Hai, ini ada orang yang ngasih payung buat kamu"

"Oh ya? siapa?"

Orang itu dengan cepat langsung menunjuk ke arah mobil Adel yang terparkir manis di pinggir jalan itu. Adel yang merasa di tunjuk pun langsung gelagapan dan langsung menarik gas mobil nya, mobil itu pun melaju meninggalkan lokasi itu

"Ck, gini nih ga ada briefing" diakhiri menyibakkan rambutnya ke belakang

-
-
-

"Semuanya! Ayo ganti baju kalian, jangan biarkan pak James mengamuk dulu baru kalian keluar" Seorang ketua kelas menginterupsi

"Woi Adel, ayo ke ruang ganti bareng!"

Tatapan malas dilayangkan Adel pada Wanita berambut pendek itu, mulai dari semalam anak itu tak bisa jauh dari Adel membuat Adel sedikit risih

"Duluan aja"

"Nanti kamu dimarahi pak James loh! kamu ga tau kan pak James gimana kalau marah?!"

Adel meringis mendengar Zee, bisa tidak anak ini santai saja kalau ngomong? mengapa harus berteriak? membuat telinga nya sakit saja

Ashel berdiri dari bangku nya dan langsung menuju ke ruang ganti, pergerakannya itu tak lepas dari pandangan Adel. Tanpa berlama-lama Adel pun langsung mengikuti Ashel

"Lah, tungguin dong! dari tadi diajak ga mau, giliran pergi sendiri, ga ngajak ngajak!" Teriak Zee

Sesampainya dikamar ganti, netra Adel mencari keberadaan yang selama ini selalu menarik perhatiannya. Namun, tak ada tanda-tanda sedikit pun

Love Eyeless (End woy! lgsg baca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang