Ring from another finger

588 55 41
                                    

Kamu hanya perlu terlihat baik-baik saja saat menghadapi orang yang pernah menyakitimu ...
__________

Hyunsuk terbangun. Saat cahaya dari luar kaca besar menembus tirai tipis berwarna keabu-abuan. Segala hal yang menyiksanya dari ujung rambut sampai ujung kaki mulai terasa saat manik itu terbuka lemah. Hal pertama yang dilakukan Hyunsuk adalah mengumpati dirinya sendiri sebelum pandangannya menyapu ruangan mewah itu.

"Jalang!" desisnya begitu menyandarkan tubuh ke headboard dan menyadari jika tidak ada yang menutupi tubuhnya selain selimut tebal.

Hyunsuk mengacak rambutnya sendiri, mengingat kepingan momen yang terjadi semalam. Lalu, rasa nyeri yang menyengat diantara dua pahanya saat pria itu bergerak menyatukan tubuh mereka. Mengingat saat Hyunsuk tanpa ragu membiarkan pria itu meninggalkan sebuah jejak disana.

Hyunsuk mengingatnya lagi, pada sosok yang memperkenalkan diri dengan nama Park Jihoon.

Segera Hyunsuk memunguti bajunya yang sudah berada di sofa, mengenakan seadanya sampai bisa menutupi tubuhnya untuk berlari ke kamar mandi karena perutnya bergejolak. Dia memuntahkan semuanya di kloset lalu melenguh kesakitan karena kepalanya pusing. Hyunsuk menjedukkan keningnya ke cermin, ingin menangis atau melakukan apapun. Dia merasa seperti sampah, apa ini bisa disebut karma karena Hyunsuk berusaha membalas dendam ke Jaehyuk?

Setelah membasuh wajah dan bisa melangkah dengan benar, dia keluar dari kamar mandi.

Langkahnya sempat terhenti, saat mendapati punggung sosok yang kini telah bersiap rapi dengan jas dokter yang tersampir di satu tangannya. Beberapa pegawai hotel baru saja selesai menyiapkan sarapan di meja saat Jihoon menoleh pada Hyunsuk yang kini mendekat dengan langkah pelan.

Satu tangan Hyunsuk digunakan untuk menopang tubuh begitu dia sampai di salah satu sisi meja. Tatapannya kosong, hampir tidak ingin melihat wajah Jihoon yang mungkin baik-baik saja, atau setidaknya terlihat baik-baik saja.

"Suk ..."

Hyunsuk mendongak. "Lupain semuanya," ujarnya. "Gue akan anggap ngga terjadi apa-apa. Gue nggak akan menuntut apapun. Gue janji," kini tatapannya tepat di manik Jihoon, meyakinkan. "And promise me, you'll forget it."

Hyunsuk berusaha menggerakkan kakinya menuju pintu. Dia sempat meraih Hoodie dan ponselnya yang tergeletak di kursi bar.

Jihoon menghela napas panjang. "You've just lost your ..."

"Gue pastikan ngga ada yang tertinggal." Hyunsuk tidak mengindahkan kalimat sesal Jihoon yang berusaha menahan langkahnya. "Gue janji, okay?"

"At least, let me apologize."

Ada helaan napas berat saat Hyunsuk mencoba menahan bulir-bulir air matanya. Dia kembali berbalik badan dan menatap pria itu dengan sorot mata bergetar. "For what?" nadanya terdengar muak.

Pria yang sudah siap dengan stelan dokter itu mendekati Hyunsuk. Memeluknya. Menyandarkan kepalanya di bahu Hyunsuk, membiarkan kedua tangannya bergerak untuk mengusap punggung dan kepala sosok yang tengah rapuh itu. "Maaf gue udah ambil sesuatu yang sangat berharga dari lo," ujarnya lirih sementara manik Hyunsuk mulai berkaca-kaca. "I can't forget it, jangan khawatir ... gue juga janji, bakal selalu ada buat lo. Tunggu gue, Suk."

Hyunsuk menggeleng. Dia melepas pelukan itu lalu dengan cepat menghapus air matanya. "Nggak bisa."

Karena Hyunsuk tahu, rencananya untuk berpisah dari Jaehyuk memang bukan jalan yang mulus. Dia tidak bisa lepas begitu saja hanya karena Hyunsuk tidak mau. Masalah pewaris diantara keluarga konglomerat memang selalu menjadi momok yang menakutkan. Ancaman demi ancaman selalu Hyunsuk dapat. Dia dituntut harus bisa mengelola perusahaan sejak usianya masih sangat muda. Sejak dulu, Hyunsuk tidak pernah memiliki waktu untuk dirinya sendiri bahkan sekedar bersantai dengan teman-temannya.

Silent's || HOONSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang