Desire : love in bias

1K 85 12
                                        

Warning! Mature content!
Please skip if you under age 18. Thanks


Kamu hanya perlu memaafkan agar bisa berpindah dari langkah satu ke langkah yang lain dengan lebih ringan
___________

Saat membuka mata, kepalanya masih terasa berat. Pandangannya seperti berputar selama beberapa saat. Dia harus bangun dengan perlahan, meringis sambil memegangi sisi kepalanya yang terasa sakit. Keadaannya belum membaik, tapi sepertinya Hyunsuk melewati waktu tidur yang lelap sampai terbangun saat waktu sudah melewati tengah malam bahkan hampir pagi.

Hyunsuk bersandar pada headboard, lalu melirik ke samping kanannya dan mendapati ruang tidur di sisinya kosong. Ada wadah berisi air dan handuk kecil di tas kabinet, di samping lampu tidur. Juga kelopak- kelopak bunga yang sudah berjatuhan di lantai.

Meraba-raba kasurnya, Hyunsuk mencari ponsel, yang ternyata sudah dipindahkan oleh Jihoon ke atas kabinet yang berada di sisi kiri tempat tidur. Hyunsuk menyalakan layarnya, lalu menemukan sebuah pesan singkat.

Park Jihoon

Kalau aku nggak ada, berarti aku masih dibawah

Cari makan😅

Hyunsuk tersenyum saat membaca pesan dan melihat emoticon di akhir kalimat. Tanpa menunggu, tangannya menekan nomor Jihoon, menelepon pria itu yang entah sedang cari makan apa sekarang, kenapa tidak tidak menunggu saja agar pesanannya diantar ke kamar?

Nada sambung hanya terdengar beberapa saat yang singkat sebelum suara Jihoon menyahut dari seberang sana. "Halo, Suk? Kamu bangun?"

"Hm-mm." Hyunsuk meraih bantal dan menyimpannya di atas pangkuan. "Kamu di mana? Beneran dibawah?

"Iya." Kekeh Jihoon terdengar. "Maaf aku tinggalin—eh, kamu lapar nggak? Mau aku bawain makanan?"

Hyunsuk menggumam agak lama. "Boleh. Kamu lagi makan apa?"

"Beef bulgogi sama bibimbab," jawab Jihoon. "Kamu mau apa? Nanti aku bawain sekalian naik."

Hyunsuk melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul empat pagi. "Ya udah, bibimbab aja nggak apa-apa."

"Jangan deh. Aku cariin bubur aja mau?" Suara Jihoon terdengar sedikit tidak jelas, pria itu seperti sedang berjalan, selanjutnya terdengar suara pintu mobil yang tertutup. "Aku udah selesai makan, tapi kayaknya kokinya lagi sibuk bikin menu sarapan. Daripada lama, aku cariin di luar aja, ya. Kayaknya ada di gang masuk."

"Ngerepotin kamu dong." Hyunsuk menggerutu. Masih menempelkan ponselnya ke telinga. Di antara deru mesin mobil dan klakson yang terdengar samar dari balik speaker ponselnya.

Ada kekeh kecil Jihoon. "Ya nggak lah, anggap aja suami sendiri."

Dan Hyunsuk tersenyum gagu atas ucapan itu.

"Udah nemu tempat beli buburnya?"

"Ada. Itu di depan," sahut Jihoon. "Ternyata ada di pinggiran jalan, jadi aku nggak perlu turun dari mobil. Bentar ya," ujarnya seperti menjauhkan ponsel karena suaranya terdengar jauh dan samar. "Masih ada, Bang? Oh, satu ya. Iya, dibungkus," Suaranya menghilang selama beberapa saat. "Bentar ya, Suk—Eh, jangan pakai seledri. Iya, suami saya nggak suka soalnya."

**

Hyunsuk meneguk habis sisa air dari botol yang tersimpan diatas kabinet. Dia melirik ke arah pintu beberapa kali, tapi Jihoon belum kunjung datang. Jadi, dia turun dari tempat tidur walaupun langkahnya sedikit sempoyongan, dia harus mengambil air minum sendiri karena tenggorokannya cepat sekali terasa kering.

Silent's || HOONSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang