Our's like flip a coin

483 45 10
                                    

Suatu saat, kamu harus percaya, kalau keajaiban itu benar ada
_________

Suatu saat, kamu harus percaya, kalau keajaiban itu benar ada_________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini, Hyunsuk sendiri yang mengarahkan Jihoon ke apartemennya. Kawasannya agak jauh dari pusat Seoul, apartemen sederhana yang berada diantara pemukiman penduduk. Sangat minimalis dan elegan, namun tampak aneh bagi konglomerat seperti Hyunsuk.

"Ini tempat persembunyian gue," ujar Hyunsuk. Dia sedang menjawab ekspresi bingung Jihoon.

Pria itu mengambil posisi di antara meja bar dan mereka duduk berseberangan. Seperti yang dikatakan Jihoon, mereka akan kembali membahas kejadian malam itu.

Saat Hyunsuk masih membelakanginya untuk mengambil dua kaleng softdrink, suara Jihoon terdengar, "Gimana sekarang? Udah bisa ngobrol sama gue? Udah nggak bimbang lagi?"

Hyunsuk menoleh. Ternyata Jihoon tahu apa yang Hyunsuk alami kemarin. Jadi setelah mengangsurkan minuman, dia segera duduk di hadapan pria itu. "Sori." Dia meminta maaf atas sikapnya yang membingungkan dan pastinya menyebalkan.

"Gue yang harusnya minta maaf," Jihoon menunduk. Lama. Dan mereka sama-sama diam. Dan saat Jihoon sudah mengumpulkan keberanian untuk kembali bicara, dia mengangkat wajah. Hyunsuk tahu pria itu sedang menatapnya meski dia sendiri masih menunduk. "Gimana tentang ucapan gue hari itu?" tanyanya. "Udah lo pikirin baik-baik?"

Setelah beberapa saat mengumpulkan pikirannya yang bercecer di udara, Hyunsuk menatap manik di depannya. "Apanya?" dia sebenarnya kebingungan menjawab. "Tentang lo yang merasa harus tanggung jawab setelah nidurin gue?" dia sudah terlalu naif, untuk apa menyembunyikan itu sekarang?

Jihoon melipat dua lengannya di atas meja, "Lo ngajak gue kesini buat bahas itu, kan?"

Ya, iya, emang iya. Tapi ... nggak anjir, ini lebih complicated.

"Kalau misal ... menurut lo, gue ini brengsek banget karena nidurin lo, harusnya lo tampar gue atau maki-maki gue, mungkin?"

"Kalau gue mau, gue bisa tampar lo di lobi rumah sakit tadi sekalian ditonton banyak orang," ujar Hyunsuk jengah. "Dan setelah gue bela-belain nunggu lo berjam-jam, terus gue harus berpikir buat nampar lo gitu? Apa nggak ada alasan yang lebih tolol daripada itu?"

"Siapa tahu lo berubah pikiran." Jihoon mulai menyesap minumannya. Setelah itu, dia mengetuk-ngetuk sisi kaleng dengan jemarinya. Jihoon masih mencerna mengapa Hyunsuk sejak tadi menghindari banyak kontak mata dengannya.

Hyunsuk tidak ingin menatap pria itu terlalu lama. Karena ... dia tidak ingin mengaku tiba-tiba jika selama beberapa minggu sejak pertemuan mereka, dia menunggu pria itu menghubunginya. Atau mungkin, Hyunsuk ingin tahu Mashiho telah mendapatkan informasi jika si Jihoon itu bertindak tidak setuju atas berita pernikahannya.

Hyunsuk tidak ingin mengakui bahwa dia ... ingin melihat Jihoon khawatir akan keadaannya saat ini.

"Gue nggak pernah berubah pikiran," Hyunsuk mulai mengangkat wajah. "Hanya ... pendirian lo tentang ngikutin mau gue buat ngelupain, cuma bikin gue mengerti bahwa ... gue nggak cukup istimewa buat lo perjuangin."

Silent's || HOONSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang