We can deal with the plan

471 42 15
                                    

Sometimes, we need to be patient when moving forward with a plan
_________

Hyunsuk meninggalkan ruangannya setelah jam makan siang. Saat baru mengecek ponsel, Hyunsuk menemukan satu pesan singkat dari sekretaris Jaehyuk, Haruto.

Dia memberi informasi jika pimpinannya sedang dalam kondisi kesehatan yang buruk dan memilih kembali untuk beristirahat di apartemen. Dan tentu saja, harus membatalkan rencana fitting jas pernikahan, padahal waktunya tinggal dua minggu. Hyunsuk menyerahkan segala keperluan acara pada Mashiho. Mulai dari pemilihan gedung, menu katering, kartu undangan, dan banyak lagi. Hari-harinya menjadi semakin sibuk, Hyunsuk harus bolak-balik memenuhi panggilan keluarga Jaehyuk, menanggapi segala keriwehan Mami, belum lagi urusan kantor yang hectic.

Dia sedang menghadapi sebuah rencana besar. Walaupun Hyunsuk ragu hidup bersama Jaehyuk, dia tidak tahu, akan menjadi selamanya atau tidak.

Hyunsuk sedang bercanda dengan jalan hidupnya sendiri. Dan dia seperti sudah tidak peduli dengan yang namanya kebahagiaan. Segalanya terasa kebas. Hyunsuk bahkan tidak merasakan apapun menjelang hari pernikahannya. Apakah ini pertanda kalau perkataan Jaehyuk benar, pernikahan ini cuma alat untuk menjalin kerjasama perusahaan.

Sudah. Itu. Selesai.

"Gue on the way," suara Mashiho terdengar dari ponsel yang Hyunsuk tempelkan di telinga, tadi, Hyunsuk memintanya untuk mengecek venue wedding. "Lo dimana? Kantor?"

"Nggak," kini Hyunsuk memasuki apartemen yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya ada sepasang sepatu bercecer didepan pintu masuk. "Gue di apartemen Jaehyuk. Nanti tunggu aja di Cafe Prince dulu ya, gue nyusul. Nggak lama, kok."

Hyunsuk melangkah lebih dalam, dia sempat memanggil nama Jaehyuk saat tidak menemukan keberadaan pria itu di lantai utama. Tidak ada sahutan, Hyunsuk kembali berbicara di telfon, "Lo sama siapa, btw?"

"Sendiri aja. Tadi cuma nemuin WO, ada sedikit masalah di ballroom. Tapi tenang aja, cuma masalah kecil kok," jelas Mashiho. "Okey kalau gitu kita ketemu di Cafe Prince ya."

"Oke, bye." Sambungan telepon terputus. Lalu, Hyunsuk menyimpan ponselnya ke saku jas saat melihat Jaehyuk tertidur di sofa.

Pria itu tidur menelungkup, wajahnya hampir jatuh, sementara tangan kanannya sudah menjulur ke lantai. Hyunsuk tau pria itu sangat berkomitmen dalam pekerjaan, selagi kakinya bisa melangkah, Jaehyuk akan tetap bekerja. Dan sekarang dia memilih pulang untuk tidur, berarti pria itu benar-benar sakit. Hyunsuk memeriksa keningnya, lalu sisi lehernya. Panas.

Hyunsuk berdecak, dia masih duduk di samping sofa hanya untuk melihat wajah yang kini terlelap.

Sepanjang perjalanan, Hyunsuk merasa khawatir karena tahu Jaehyuk sakit. Dan kini, dia hanya merasa gamang akan itu. Kekhawatirannya, tentang apakah benar Hyunsuk masih merasa nyaman seperti dulu, atau hanya sekedar rasa iba karena seseorang memang sedang sakit?

Hyunsuk membenarkan posisi tidur Jaehyuk. Menggulingkan tubuhnya ke tengah-tengah sofa agar tidak jatuh. Dia menemukan kemeja pria itu sudah lusuh karena tertindih, dan sampul dasi yang sudah terlepas. Dia juga mengangkat kepala Jaehyuk, menempatkan bantal dengan pas.

Hyunsuk meluruskan langkah menuju kamar di lantai itu, berniat mengambil selimut. Tangannya sudah meraih kain lembut diatas ranjang, saat Hyunsuk ingin berbalik, tatapannya menangkap sebuah polaroid kecil mengintip dari balik album sebuah foto. Dia meraihnya, melihat gambar bernuansa vintage itu.

Di foto polaroid itu, ada Jaehyuk, dan seseorang yang Hyunsuk tidak asing dengan wajahnya—yang selama satu minggu ini, sudah Hyunsuk cari tahu informasi tentangnya—tengah saling tersenyum sambil mengendong seekor puppy coklat yang menggemaskan. Senyuman keduanya merekah, terlihat nyaman, bahagia, dan damai. Tidak tersirat sedikitpun beban, mereka benar-benar bahagia.

Silent's || HOONSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang