Bottega Amarone

892 80 31
                                    

Bangsat! lo ngga bisa ninggalin dia gitu aja setelah apa yang otak gila lo lakuin itu ...
__________

Warn! :)

Dan disinilah Jihoon berdiri sekarang, di dalam sebuah hotel mewah di lantai 25. Dia hanya sedang bersandar ke tembok sambil bersedekap saat melihat seseorang yang kini tengah duduk di sofa sambil memeluk lututnya sendiri. Dia sempat menoleh sebelum akhirnya kembali tenggelam dalam pilu dan bingung harus mengungkapkannya seperti apa.

Jihoon tidak bisa mengajaknya bicara-atau mungkin tidak enak harus bertindak seperti apa setelah hal sembrono yang dilakukannya tadi.

Mencium orang asing benar-benar tidak pernah ada di pikiran lulusan S2 Kedokteran itu. Jihoon hanya kesal saat melihat ekspresi pria tadi, kenapa terlihat songong padahal Jihoon mengakui visualnya sama tampan dengan boy group bernama Treasure. Dan rasa kesal itu membawanya pada keadaan sekarang. Bersama orang asing yang tidak tahu asal usulnya.

Jihoon bisa saja bertanya apakah dia ingin pulang sekarang? Jika iya, Jihoon tidak akan keberatan mengantar. Tapi, tetap. Dokter itu merasa harus meminta maaf dan menuntaskan segalanya agar tidak ada apa-apa di masa depan.

"Gue bakal tunggu disini sebentar," katanya. "Kalau lo masih belum bisa bilang apapun, it's okay if you wanna stay here."

Tapi lagi-lagi yang sedang sedih hanya menoleh sejenak, lalu kembali menunduk dalam.

Jadi, Jihoon memilih berjalan ke pantri kecil yang memiliki sekat transparan disamping sofa, dia duduk disana sambil memandangi yang lebih kecil. Satu jam, dua jam, atau mungkin sampai Hyunsuk lelah dengan tangisnya dan tertidur tanpa sadar.

Jihoon sedang melepas jam tangannya saat Hyunsuk bergerak. Tatapannya bereaksi cepat, menangkap sosok mungil yang kini turun dari sofa dan menyusul keberadaannya. Jihoon masih diam saat melihat sosok itu ikut duduk di salah satu kursi bar. Dia mengangkat wajah, mengusap jejak air mata dengan telapak tangan. Cahaya pantri yang redup seolah menambah kesan pilunya, Hyunsuk mendongak pada Jihoon yang berekspresi datar.

"Gue yakin lo orang kaya, kan?" tanyanya. Suaranya parau, matanya sembab. "Daripada meratapi nasib, kenapa nggak gila aja sekalian."

Mereka bersitatap. "I just want to disappear for a moment to forget this pain. So ... do you have wine?"

**

Ada hening semenjak mereka saling memberitahu setidaknya nama dan pekerjaan masing-masing. Hanya itu, karena terlalu dini untuk mengobrol panjang sedangkan mereka hanya kebetulan bertemu, entah setelah ini akan bertemu lagi atau tidak. Tidak ada yang tahu.

Hyunsuk masih diam saat Jihoon menumpahkan isi botol pada dua gelas tinggi berkepala bulat di meja.

"Lo pasti nggak punya pacar," celetuk Hyunsuk, membuat Jihoon berhenti menuang sejenak lalu melanjutkan sisanya dan meletakkan botol dengan label nama Bottega Amarone ke meja.

Jihoon tersenyum tipis. "Why?"

Belum ada jawaban hingga Jihoon melihat Hyunsuk memutar bagian bulat gelasnya, lalu menyesap cairan kuning kehijauan itu sedikit demi sedikit. Melihat bagaimana ekspresinya berubah disertai kernyitan.

"Orang-orang kayak lo terlalu sibuk dengan pekerjaan," kata Hyunsuk. "Dokter terlalu cinta dengan pasien sampai-sampai lupa kalau dia punya kehidupan cinta nyata yang perlu diurus. Gue tau itu dari drama Descendants Of The Sun. Iyakah kayak gitu?"

Ada kekeh singkat dan getir sebelum Hyunsuk kembali meminum cairan itu sampai tak tersisa di gelasnya. "Hah, seorang pewaris tahta mungkin juga ngerasain sama. Makanya dia nyari pelampiasan yang bisa nampung segala kemauannya. Sialan. Brengsek," umpatnya.

Silent's || HOONSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang