I fell for you

636 75 17
                                        

Shall we grow old together? Can we?
__________

Jihoon baru saja melepas segala atribut yang dia gunakan selama berada di dalam laboratorium. Dia sudah membereskan segala barang yang dia bawa ke Busan karena hari ini juga dia akan pulang. Tinggal menunggu waktu sampai penutupan acara pada pukul empat sore nanti.

Langkahnya terayun melewati pintu kaca terakhir, ponselnya baru saja dia nyalakan dan dia menemukan beberapa deret notifikasi berupa pesan beserta panggilan tidak terjawab yang dia abaikan selama di dalam laboratorium. Dia tertegun di tempat melihat banyak pesan masuk, termasuk kontak nama adik iparnya, Doyoung.

Belum sampai akhir dia membuka, tiba-tiba saja seseorang dari arah belakang berlari dan mendekat ke arahnya. Derap langkah cepat itu membuat tubuh Jihoon berbalik.

Setelahnya, dia temukan Jinhwan tengah berjalan di selasar yang salah satu sisinya dibatasi dinding-dinding kaca. Tiba di hadapannya, pria itu berdiri dengan napas sedikit terengah, sesaat menatap ke sisi saat mendengar bagaimana suara anak-anak yang beriringan berjalan ke arah gerbang keluar. Jihoon terkekeh, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Jam makan siang banget?"

"Aku traktir," ujar Jinhwan. Menoleh ke belakang. "Sengaja mobil kakak parkir di depan. Kamu mau makan di mana?"

Jihoon terkekeh lagi, dia berjalan lebih dulu di selasar, menuju ke arah pintu keluar, sementara Jinhwan mengikutinya di belakang. Jihoon memilih salah satu tempat makan yang tidak jauh dari rumah sakit itu, karena dia tahu masing-masing dari keduanya hanya punya waktu makan siang yang sempit.

Ada sebuah restoran Cina, orang rumah sakit biasanya memilih tempat itu untuk makan siang agar waktu makan lebih efisien. Dan mereka menjadi salah satu di antara banyaknya pegawai di sana.

"Habis ini balik ke Seoul?" tanya Jinhwan.

Sementara itu, Jihoon hanya mengangguk-angguk setelah menggigit ayam-nya. "Profesor Kim ngotot banget mau narik aku menetap di rumah sakit ini. Ya nggak bisa lah, suami aku gimana disana sendirian," ujarnya.

Jinhwan terkekeh, dia kembali mengingat saat Jihoon tiba-tiba bilang ke ayah dan bunda untuk menikahi anak tunggal C&H Group. "Sumpah kakak kaget banget malam itu. Penasaran sampai sekarang mau tanya, kamu sama Hyunsuk itu udah berapa lama kenalnya?" tanya Jinhwan. Dia tidak bisa menduga sejauh apa hubungan Jihoon dan Hyunsuk sehingga cepat-cepat melangsungkan pernikahan ditengah huru hara pewaris Saeshin melamar Choi Hyunsuk. "Kok, tiba-tiba aja nikah, nggak ada ngenalin pacaran dulu ke orang tua?"

"Sejak awal proyek di Oxford." Jihoon mengangguk-angguk. "Yah sekitar itu ..."

"Wah ..." Jinhwan ingin mengumpat, tapi jelas dia menahan diri. "Lima bulanan? Lebih?"

Jihoon mengangguk.

"Padahal kakak syok banget waktu itu lho, Ji. Pengen banget ngomong empat mata sama kamu." Jihoon mengerjap saat mendengar ucapan itu. "Berurusan sama keluarga C&H Group itu nggak pernah mudah. Serius. Walau kenyataannya sekarang kamu udah jadi bagian dari mereka," Jinhwan meneguk kembali minumannya sebelum menyambung kalimat. "Tetep harus ada aset pendukung biar bisa bertahan dan ... menang."

Jihoon diam, dia masih menatap kakaknya dengan penuh tanda tanya. "Maksudnya?" tanyanya.

Sementara Jinhwan mulai menjeda makan, dia meletakkan sendok dan sumpitnya disamping piring. Lalu menatap Jihoon serius. "Kamu butuh hal yang lebih daripada title kedokteran." Dia terlihat menghela napas berat. "Kamu tau kan saingan kamu tuh siapa?"

"Yoon Jaehyuk. Saeshin." Jihoon menebaknya tanpa berpikir.

Jinhwan mengangguk, menyetujuinya. "Nah, itu. Kamu harus bawa nama perusahaan biar bisa bertahan sama Hyunsuk." Melihat keadaannya sekarang, dia tahu itu yang akan dihadapi Jihoon. Benar. "Kakak akan alihkan nama Ji's Peach Corporation ke kamu, seandainya kamu setuju. Sementara kakak dan Jisoo akan fokus ngurus kerjaan di London sekalian besarin Jeongwoo disana. Gimana?"

Silent's || HOONSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang