Our blue day, not, just Me

623 54 13
                                    

Kamu termasuk orang yang bisa menerima aku dengan baik?
_________

Hyunsuk sudah berada di balik meja kerjanya sejak pagi. Keluar-masuk ruang meeting, mengerjakan segala hal di laptopnya yang sejak tadi terbuka dan menyala. Tidak ada yang berbeda di hari sebelumnya yang sibuk. Maksudnya, di luar sana semua tetap bergerak sama, hanya dia yang merasa semua tidak berjalan seperti biasanya.

Waktu sudah menunjukkan jam makan siang, sekretarisnya sudah menghubungi beberapa kali untuk memberi tahu bahwa siang ini Hyunsuk diundang makan siang untuk menemani salah satu kolega perusahaan. Namun, Hyunsuk sudah menolaknya dengan alasan tidak enak badan.

Semakin banyak pekerjaan yang menumpuk karena Hyunsuk tidak ke kantor kemarin. Dia sakit. Fisik dan hatinya masih sakit sampai sekarang. Hyunsuk bahkan berkali-kali melamun sambil menatap tumpukan berkas atau layar laptop yang menyala, hingga layar itu meredup kembali, seolah menarik semua pikiran di kepalanya dalam keadaan yang sedang dia rasakan.

Bayangan kabar buruk yang Hyunsuk terima kemarin masih begitu lekat. Membayanginya sampai Hyunsuk takut, mirisnya, dia tidak bisa menceritakan itu pada siapapun. Termasuk Jihoon, yang saat ini menjadi orang paling Hyunsuk percaya.

Justru Jihoon, yang paling Hyunsuk takuti jika kabar ini sampai padanya.

Ada suara dengung lembut laptop yang beriringan dengan detak jarum jam. Dia diam, belum memiliki rencana apapun. Membalikkan kursi, dia menemukan dinding kaca di belakangnya yang menghadap timur. Tadi pagi, sempat ada matahari yang terlihat, menyorotkan cahaya hangat menembus kaca. Namun kali ini, semua cahayanya disembunyikan oleh awan yang menggantung rendah. Pasti sebentar lagi hujan akan turun.

Kenapa kebetulan sekali saat dia ingin menangis dan menumpahkan segalanya?

Hyunsuk kembali berbalik saat getar ponsel terdengar, pandangannya tertuju pada layar ponsel yang menyala. Menemukan beberapa notifikasi chat dari berbagai kontak, dan yang baru saja, adalah nomor yang belum sempat dia simpan.

+82 853 2466 xxxx

Hasilnya sudah keluar

Apakah anda ingin melihatnya?

Hyunsuk tertegun lama. Ada detik-detik yang dia habiskan untuk terdiam sambil bergumul dengan pikirannya. Matanya mulai terasa perih, namun, kemarin dia sudah cukup menembusnya dengan rasa sakit sendirian. Bahkan mata sembabnya sekarang adalah efek raungan dan isakannya semalam. Kini, harusnya dia tidak terkejut hanya karena akan melihat kondisi itu secara langsung, kan?

Choi Hyunsuk

Ya, akan saya ambil hasilnya

Dan tolong anda juga rahasiakan ini dari siapapun

+82 853 2466 xxxx

Baik

Hyunsuk meraih tas, lalu berjalan keluar dari ruangannya. Ponselnya masih dia genggam, jadi saat ada telepon masuk dia bisa langsung melihat layar ponsel dan mengetahui siapa yang meneleponnya sekarang. Lalu, langkahnya terhenti mendadak.
Sesaat dia tatap nama itu sebelum ibu jarinya bergerak mengusap untuk membuka sambungan telepon. "Halo?"

"Suk, aku ada jadwal operasi kecil nanti, nggak ada yang bisa gantiin. Jadi ... nggak apa-apa kan kalau aku agak telat?" tanya Jihoon. Dari suaranya, Hyunsuk tahu jika pria itu pasti juga khawatir. Dan mengapa lucu sekali saat Jihoon tiba-tiba mengubah panggilan menjadi aku-kamu. "You can handle it, right?" tanyanya kembali. Meyakinkan.

Hyunsuk kembali melangkah, saat pintu lift terbuka, dia menemukan seseorang di lobi yang kini menoleh padanya.

"Tentu," gumam Hyunsuk. "Tapi aku bisa hubungi kamu kalau ada apa-apa, kan?"

Silent's || HOONSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang