⁸; Invisible string

112 73 22
                                    

Disclaimer before reading: Kindly leave me vote, coment and follow.

Disclaimer before reading: Kindly leave me vote, coment and follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📖.

"Nanti jemput cepatan ya, pak," ujar nebula. Sambil keluar dari mobil dan memasuki lingkungan sekolah karena waktunya sudah telat.

Berlari kecil di koridor sekolah dan menaiki tangga untuk sampai ke lantai 3. Sebenarnya ini bukan telat masuk atau apa, karena terlihat diantara murid yang lain hanya aku yang berlari. Aku terburu-buru karena harus menyelesaikan catatanku sedikit karena tadi malam aku tertidur cepat.

Dugh. Secara tiba-tiba aku langsung berdecak karena langkahku berhenti, apa ini tembok tetapi kok berkaki. Kunaikkan pandangan mataku dan melihat laki-laki tinggi menjulang.

"Jalan itu pakai mata," bentak lelaki itu.

"Apaan sih, lu yang berdiri disini. Ngalangi orang tau ga," balasku.

Songong banget, emang dipikir tangga punya bapaknya. Mungkin seperti itu isi hatiku sekarang yang sangat kesal.

"Gue kakak kelas, bisa sopan sedikit."

"Gue cuman sopan, sama yang sopan juga," ujarku sedikit nyolot.

Dia berdecak dengan kesal dan melihat ke arah dadaku, aku berdelik. Apa apaan dia ini, aku menyilangkan tanganku menatap tajam ke arah kakak kelas songong ini.

"Nebula Sereia, jadi gini modelan yang disukai jean." Setelah berkata hal yang membuatku tercengang dia pergi dengan gaya tengilnya, gaya jalan petantang pententeng sambil memasukkan tangannya ke kantong.

Apa maksud perkataannya, emang kenapa dengan modelan diriku dan kenapa juga dia membawa nama jean. Aku mendumel sepanjang sambil berjalan ke arah kelas.

****

"Hai." Aku berkata pelan karena memasuki kelasku yang hanya baru sebagian orang yang sudah datang termasuk jean yang memandangiku, kenapa dia bisa kelihatannya ganteng hanya dengan menatap saja.

Aku berjalan ke arah ketua kelas XI IPA¹ ini. "Jaegar, aku boleh liat catatan kimia sedikit ga?" Tanyaku dengan sedikit binaran dimataku, ini biasanya jurus yang aku gunakan ketika membujuk mamaku. Dia mendelik dan tertawa. "Boleh kok neb." Dia menyerahkan bukunya, aku mengambilnya.

"Terima kasih, aku pinjam bentar ya bukunya jae."

Aku langsung duduk di bangku dan segera cepat langsung mulai menyalin catatannya. Sebenarnya aku merasa dipandangi dengan tajam dari arah sampingku. Tapi ini bukan waktunya untuk memperdulikan itu, ini antara hidup dan mati.

How Love It End?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang