Part 14

5.3K 156 21
                                    

Rizal POV

"Setelah menikah, Lena dibawa oleh suaminya. Mereka tinggal di alamat ini. Perasaan Ibu selalu tidak enak jika mengingatnya, ibu takut dia kenapa-kenapa."

Aku teringat dengan ucapan Ibu panti saat aku berkunjung ke sana beberapa waktu yang lalu. Aku menggenggam sebuah kertas kecil yang berisi alamat Lena sekarang.

Aku sedikit curiga dengan pernikahannya yang tiba-tiba seperti itu. Aku merasa ada sesuatu dibalik itu. Lagian jika dilihat-lihat, Lena sangat tidak cocok dengan lelaki itu. Terlihat sekali perbedaan umur mereka yang berbeda jauh. Sesuai tafsiranku, lelaki itu 10 tahun lebih tua daripada Lena. Kenapa Lena malah meliriknya sih?

"Awalnya Ibu tidak tahu siapa lelaki itu. Lena dengan tiba-tiba saja dia mengatakan akan menikah. Biasanya sebelum melakukan suatu hal apapun itu, Lena selalu bercerita dengan ibu."

Ucap ibu itu saat aku menanyakan tentang sosok suami Lena. Yang benar saja, Ibu panti saja tidak terlalu mengenal lelaki itu, mungkin hanya mengenal namanya saja. Dia mungkin tidak tahu bagaimana asal-usulnya Lena kenal dengan lelaki itu. Ada apa sih yang terjadi dengan Lena? Dia seperti mengambil keputusan dengan tiba-tiba. Tidak bercerita juga sama ibu panti. Dia seperti tidak dia yang biasanya.

Pukk...pukk...pukk... aku menoleh ke samping dan mendapati Ravi yang sibuk menepuk-nepuk mainan yang ada digenggamannya, dengan sesekali menggigitinya.

Aku memang sengaja membawanya, kalian tahulah, aku tidak akan meninggalkannya dengan wanita itu. Aku masih tidak yakin dengannya. Bagaimana jika dia akan menyiksa Ravi saat aku tidak ada? Kan bahaya. Malahan aku bakalan kena marah sama Radit dan Vina.

"Love me like you do. Lo..lo..love me like you do." Aku menyanyikan sedikit lirik dari sebuah lagu yang menurutku memiliki arti yang dalam. Aku memainkan kedua tangan Ravi dengan mengangkatnya ke atas dan menggoyang-goyangkannya. Saat ini jalanan masih berlampu merah, jadi ada sedikit waktu untuk bermain dengan bayi imut ini.

Ravi memperhatikanku dengan raut wajah herannya. Setelah lirik lagu itu habis, aku mencium kedua pipi tembem milik Ravi dengan sedikit kasar mungkin, hahaha. Wajah Ravi yang terbentuk lucu membuatku tak mau melepaskan ciuman ini. Dia sangat imut. Aku ingin memiliki anak sepertinya nanti. Sepertinya aku akan meminta bagaimana cara Radit dan Vina membuatnya. Hahaha.

Setelah aku melepaskan ciuman itu, Ravi tiba-tiba saja menangis. Kenapa? Apa mungkin aku terlalu kasar menciumnya?

"Maafkan unclemu yang tampan ini ya, sayang." Ucapku mengelus kepala botaknya lalu mencium salah satu pipinya.

Klakson yang berasal dari mobil belakang cukup menyadarkanku bawa saat ini sudah lampu hijau. Hari ini juga aku akan mendatangi alamat yang diberikan ibu panti tadi. Tapi, bagaimana dengan Ravi? Tanyaku sembari melihatnya dengan sekilas.

Aku memperlambat laju mobilku dan memberhentikannya di pinggir jalan. Aku mengeluarkan ponselku dan menekan salah satu nama di sana.

"Sher, kamu di rumah?" Tanyaku pada orang di sebrang telepon sana.

"Aku kesana sekarang." Ucapku lagi dan kembali melajukan mobilku menuju arah rumah Sherly.

Aku memutuskan akan menitipkan untuk sementara Ravi pada Sherly. Aku merasa aman menitipkannya karena Sherly sendiri menyukai kecil, apalagi Ravi, dia pasti akan senang jika tahu aku datang membawa malaikat kecil yang sangat imut ini.

"Ravii.." teriak Sherly saat dia melihatku datang dengan Ravi yang sedang meletakkan kepalanya di leherku dengan kedua tangannya memeluk leherku.

"Tumbenan kamu kemari, bawa si Ravi juga. Ada apa?" Tanya Sherly sembari mengambil alih Ravi dari gendonganku.

He Loves Me? Impossible!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang