Part 8

4.7K 164 13
                                    

Rizal POV

"Saya beli berlian yang itu." kataku sembari menunjuk salah satu kalung berlian yang ada di deretan meja kaca ini. Pelayan itu mengeluarkan kalung berlian itu untuk aku lihat.

Yah keputusanku terakhir adalah membelinya kalung berlian. Aku tak tau apa yang dia butuhkan saat ini. Jadi ya aku beli saja dia kalung ini. Lagian selama ini dia tak pernah meminta yang beginian samaku. Terkadang pun dia membayar makanannya sendiri walaupun itu bersamaku. Dia jarang sekali mau dibayari, dengan alasan dia tidak mau menyusahkan orang. Lah aku kan pacarnya, enggak masalah juga.

Pokoknya di mataku dia beda lah dari para wanita lainnya. Wanita lainnya kan biasanya minta ini-itu sama pacarnya, terutama barang-barang mahal.

"Yasudah, bungkuskan sekarang. Pakai itu." kataku sembari menunjukkan kotak berbentuk hati berwarna merah di sana.

Setelah membayarnya, aku langsung pergi menuju panti. Disana anai-anak panti pada bermain-main. Reyhan yang melihatku datang langsung menghentikan permainannya dan menghampiriku.

"Ada Kak Lena, Han?" tanyaku pada Reyhan.

"Kata Kak Lena, kalau kakak datang mau cari dia, bilang kalau dia enggak ada. Kak Lena enggak mau jumpa sama kakak." jelas Reyhan.

"Hm. Yasudah, kamu kembali main gih." kataku padanya.

Aku memasuki panti dan menjumpai ibu panti.

"Eh Nak Rizal, ada apa?" tanya ibu yang melihatku datang.

"Bu, Lena ada kamarnya?" tanyaku.

"Iya. Ibu heran, dia menjadi pendiam sekarang. Main-main dengan anak panti pun tidak. Dia lebih mengurungkan diri di dalam kamar. Untuk makan pun jarang." jelas Ibu Panti.

Aku jadi merasa bersalah. Karena aku Lena jadi  seperti ini. Maafin aku.

"Kalau boleh Ibu tau, kalian ada masalah apa?" tanya Ibu.

"Maaf Bu, aku tidak bisa membicarakannya. Tapi aku janji, aku akan kembalikan Lena yang dulu Bu. Sekarang aku mau ke kamarnya dulu." pamitku pada Ibu panti.

Sebelum membukanya, aku mengetuk pintunya terlebih dahulu. Nanti kalau di buka langsung takutnya dia lagi entah apa gitu.

"Siapa?" tanyanya dari dalam.

Kalau aku katakan ini aku, pasti dia tidak mau membukanya. Ah syukurlah, Reyhan datang dan sepertinya dia mau ke dapur. Aku memanggilnya sebentar.

"Kakak mau masuk ke dalam. Cuman kakak enggak berani bilang kalau kakak yang datang. Jadi nanti waktu kakak ketuk pintunya, kamu bilang 'ini Reyhan kak' oke." kataku padanya. Reyhan mengacungkan jari jempolnya. Aku mengetuk lagi pintu itu.

"Siapa?" tanya Lena lagi.

"Ini Reyhan kak. Boleh Reyhan masuk kak?" tanya Reyhan.

"Masuk." Setelah mendengar persetujuan dari dia, Reyhan pun aku suruh pergi.

"Oke. Makasih jagoan kakak. Nanti kakak kasi coklat, kakak ada bawa cuman kakak letak di mobil. Oke." kataku lagu bertos ria bersama Reyhan.

Aku membuka pintu itu dengan pelan. Aku melihat Lena yang masih bergelut di dalam selimut dengan posisi membelakangiku, makanya dia tak tau kalau yang datang adalah aku.

"Ada apa Han?" tanya Lena namun tidak juga menampakkan wajahnya.

"Ini aku." kataku. Dia langsung membuka selimutnya dan melihatku. Dia langsung terkejut.

Mengenaskan. Kantung matanya saja tercetak dengan jelas berwarna hitam. Badannya yang semula agak berisi sudah kurusan seperti orang penyakitan.

"Buat apa lagi kamu ke mari?! Pergi! Pergiii!!" teriak Lena ketika melihatku.

He Loves Me? Impossible!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang