Aretha dan lukanya

11 2 2
                                    

Heyyoo, ketemu lagiii kiteee niehhhhh, awokawok

Selamat membaca guys, semoga always sukaa yaawww:(((

Part ini khusus tentang Aretha yaaww, jadi gak ada bara-kala nya

****

Malam itu, terlihat seorang perempuan yang tengah tertidur dengan gelisah yang melanda nya. Aretha, perempuan itu tidur dengan tidak nyaman seperti tengah bermimpi buruk.

Sedetik kemudian, ia terbangun dengan keringat dingin membasahi di sekujur tubuhnya. Detak jantungnya berdetak begitu hebat, matanya sudah berkaca-kaca, ia memukul dadanya yang terasa begitu sesak dengan keras.

"Papa dateng lagi ke mimpi etha, ya? " ucapnya dengan tersenyum pedih. Ia bermimpi itu, lagi.

Etha, adalah panggilan kesayangan papanya, dulu. Kini, tidak ada lagi yang memanggil nya dengan sebutan itu, tidak ada lagi yang selalu menanyakan keadaan dirinya.

Aretha rindu, sungguh. Jika waktu bisa ia putar, biarlah dirinya yang mati waktu itu. Rasanya, percuma ia hidup, namun seperti mati.

Dan rasanya ia sudah lelah dengan semua nya, apalagi jika bermimpi papa nya membuat rasa bersalahnya kian membesar. Rasa takut, trauma, sakit, dan rindu kini bercampur aduk.

Aretha mulai bangkit dari tempat tidur nya dan berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air, karena tenggorokan nya terasa kering. Saat ia menuruni tangga, matanya tertuju pada seorang wanita yang sepertinya baru saja pulang, entah darimana.

Dengan penuh keberanian, Aretha berjalan menuju ke arah wanita itu, berniat untuk bertanya. Meski sejatinya, ia tahu bahwa perempuan yang ia panggil dengan sebutan mama itu tidak akan menjawabnya.

"Mama darimana?" Tanya Aretha dengan lembut, seraya hendak menyalimi wanita itu.

Namun, seketika senyuman Aretha luntur saat melihat tangannya di tepis dengan begitu keras oleh mamanya. Tetapi, ia masih memaksa untuk tersenyum, karena ini bukan pertama kalinya, tapi sudah ke sekian kalinya.

"Pergi kamu, pembunuh." Kata perempuan itu sembari menunjuk Aretha dengan tajam.

Pembunuh, satu kata, namun begitu menyakitkan ketika di dengar.

"Ma, aretha bukan pembunuh..." ucap Aretha dengan pelan, namun masih bisa di dengar oleh Inara.

Inara tertawa kecil mendengar, namun setelah itu ia menatap Aretha dengan tajam.

"Kamu pembunuh, Aretha. Kenapa kamu harus lahir di rahim saya? Kamu itu penyebab kematian belahan jiwa, saya." Ujar Inara dengan lantang tanpa memikirkan perasaan putrinya.

Sedangkan Aretha? Ia mati matian menahan rasa sesak di dadanya, ia menatap Inara dengan tatapan yang dipenuhi dengan rasa sakit.

Sebenarnya, Inara hanya belum bisa berdamai dengan semuanya. Kehilangan suaminya, membuat hidupnya hancur, ia kehilangan arah. Namun, tanpa ia sadari bahwa Aretha juga sama hancurnya dengan dirinya.

"Seharusnya yang mati waktu itu kamu, Aretha. Kamu itu benalu, saya menyesal melahirkan kamu. Entah dosa apa yang pernah saya perbuat sampai saya harus mempunyai anak seperti kamu." Ucap Inara dengan mata yang memerah karena menahan tangis dan amarah.

Cafe Bintang Dan BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang